Aku perlahan masuk kedalam pasar swalayan, dan aku lihat banyak sayur mayur berjejer rapi beserta harga nya, sungguh pemandangan yang jarang aku lihat
Ya aku akan membeli beberapa sayur mayur, untuk bahan makanan, dan di masak untuk persiapan makan malam, karena nyonya dan tuan akan makan malam di rumah setiap hari, kecuali weekend baru mereka akan dinner diluar begitulah kira-kira kata nyonya
biasanya di kampung, aku akan membeli sayur yang paling murah, karena melihat budget, lain disini, aku senang memilih sayur yang sesuai keinginan ku
Aku memegang seikat bayam segar dan aku terpanah dengan harganya, "di kampung ku lebih murah, disini dapat se ikat di rumah ku boleh dapat tiga sampai lima ikat, eh tapi ini kan bayam import", gumam ku dengan ketawa kecil, dasar udik batin ku
Aku mendekat ke arah daging segar, aku sendiri belum terlalu paham jenis-jenis ikan, dan bagaimana triks memasak nya, tapi aku akan mencoba mengambil daging ayam khusus paha dan beberapa bahan bumbu dapur lengkap
Aku lanjut menuju ke meja kasir, dan segera membayar nya dengan dua lembar uang pecahan Ringgit m***ysia, sekembalinya aku langsung keluar pasar swalayan menuju kedai makan tepat di depan pasar
Ku taruh belanjaan di bawah kursi, dan aku memesan makan siang ku beserta minuman dingin yang menyegarkan tenggorokan ku
"Hey kamu orang indo ya?", Sapa seseorang perempuan berperawakan gendut tapi putih bersih
"Iya kok tau", jawab ku heran, dan sok lugu.
"Nebak aja sih, eh malah benar ye kan, by the way nama mu siapa?"
"Nama ku Sarinah, dan biasa di panggil Sarinah juga"
"Kamu dari kota mana Sar, dan sekarang tinggal di komplek mana?"
"Aku dari kota Cirebuunk, dan sekarang aku tinggal di komplek sana tuh dekat lah, itu nah rumah yang bercat krim ke abu Abuan, ngomong-ngomong nama mu siapa?" Aku balik bertanya dong, berusaha mengakrabkan diri, biar nambah teman
"Nama ku Hayati, aku dari Cirebuunk juga tau"
"Iya kah, wah kita saudara sekampung dong, tidak menyangka ada teman dari kampung halaman", ucapku senang
"Benar banget, senang bisa ketemu tetangga di negeri orang tuh, oh ya Sar kamu udah nikah apa belum?", tanyanya aneh, apa wajah ku terlalu imut untuk usia dua puluh lima tahun
"Udah lah, anak ku aja udah masuk sekolah TK", jawab ku bangga
"Ah serius, ku pikir kamu masih gadis, karena mungkin badan mu yang kurus kali ya"
"Ih bisa aja deh kamu ti"
"Permisi pesanan makanan yang anda pesan", pramusaji datang mengantar makanan pesanan ku
"Iya terimakasih....", Aku menaruh makanan di depan meja ku
"Hayati kamu mau makan apa, biar aku pesanin sekalian, apa mau makan barengan sama aku saja?", tawarku
"Gak usah Sar, aku udah pesan kok, bentar lagi juga datang, nah tu kan udah datang"
"Permisi pesanan makanan yang anda pesan telah datang"
"Oh ya Ti kamu disini tinggal dimana?, Dan kamu udah punya suami apa belum?", aku tanya balik
"Tu rumah majikan ku yang ada pohon belimbing nya", Hayati menunjuk sebuah rumah klasik sangat besar lebih besar dari rumah majikan ku
"Wah besar sekali rumah majikan mu?"
"Ya begitulah Sar, kalau urusan rumah tangga aku udah bercerai setahun yang lalu"
"Oh ma'af ya Hayati aku gak bermaksud..."
"Gak papa Sar ini udah jalan takdir yang harus ku jalani, jadi aku sudah hampir lima tahun bekerja di tempat ini, dan setiap bulan aku selalu mengirim uang pada mantan suami ku di kampung buat biaya hidup dan biaya beli susu dan makanan anak ku.
Tapi nyata nya, uang itu di salah gunakan sama suami ku, dan kini anakku tinggal bersama orang tua ku", sesal Hayati pilu
"Sabar ya Ti, mudah-mudahan ke depan nya hidup mu akan jauh lebih baik, yang penting tetap semangat kerja nyari cuan, demi keluarga kita di Indo"
"Iya sar itu harapan ku, kini aku akan lebih giat bekerja lagi, dan aku akan membuat mantan suami ku menyesal telah menjahati ku, dan satu lagi Sar pesan ku sama kamu, jangan kamu terlalu percaya seratus persen sama suami mu"
"Iya ti, dan mudah-mudahan suami ku orang yang dapat di percaya ya, Aamiin" aku membalas ucapan Hayati, sebab aku tau siapa suami ku
Hayati tersenyum menanggapi ucapan ku yang terlalu naif, dan percaya diri ini
Tak terasa waktu hampir satu jam kami mengobrol, dan kini jam pun sudah menunjukkan pukul empat sore, dan aku harus segera pulang ke rumah majikan ku untuk masak dinner
Aku berpamitan dengan Hayati, dan segera melangkah kan kaki menuju rumah nyonya Claudya dengan sedikit tergesa-gesa
"Akhir nya sampai juga", batin ku dengan keringat yang membasahi badan, karena setengah berlari
****
Selesai menyetrika baju, aku mulai memasak untuk makan malam nanti
Sambil sesekali aku bernyanyi gembira ria agar masakan tambah lezat dengan bumbu cinta, kata pepatah kalau memasak memakai perasaan maka masakan pun akan terasa nikmat
Aku menaruh lima potong daging ayam yang ku masak dengan bumbu rendang kedalam piring kaca, aku menaruh sup bayam pada mangkok kaca bening, ada tempe dan tahu yang ku masak kecap serta ada sambal pete dan teri tawar
"Waktu nya mandi", aku melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh yang agak terasa letih
****
"Sarinah boleh buat kan teh untuk mami", nyonya Claudya datang dari arah depan
"Baik nya", gegas ku menuruti perintah majikan ku
"Sar membersihkan piring nya pakai sabun yang banyak, dan taruh dulu lanjut nanti lagi"
Aku pun segera membuat teh untuk tamu yang nyonya bilang adalah Mami nya tadi
klutik...
gelegep
satu cangkir air panas yang ku tuang, dalam teh merk Lipton dan sepotong jeruk lemon, membuat teh buatan ku harum wangi
"Silahkan di minum teh nya, nyonya", ucap ku pada Nyonya besar, karena selain tua, nyonya besar memiliki badan yang besar, hihihi
"Iya terimakasih", jawab nyonya besar yang berwajah menyeramkan tersebut.
"Nyonya muda mau teh juga", tanya ku pelan, takut di gas
"Gak Sar makasih", jawab nyonya Claudya cepat
"Tuan muda apa mau teh lemon hangat?", tanyaku pada Tuan Fauzan, ah ini menyebalkan, jika di rumah aku malas bertanya-tanya, pengen buat, ya langsung tak buatin satu teko
"Ya boleh"
Aku pun segera membuka kulkas, mengambil lemon dan memotong nya dan menyeduh dengan teh bersama air panas tanpa gula, entahlah rasanya bagaimana, harum sih iya, rasanya pasti asem-asem pahit, syeger...
"Ini tuan teh nya", aku meletakkan teh di meja lengkap dengan tatakan kecil
"Makasih Sar"
Akupun berlalu meninggal kan mereka yang mengobrol asik, dan aku akan melanjutkan mengelap piring dan sendok yang ku cuci tadi, dan akan menyimpan nya ke rak.
"Kamu sudah konsultasi ke dokter Cla", suara nyonya besar bertanya dengan nyonya Claudya, samar aku mendengar.
"Sudah ma, kemarin aku pergi bermasa mas Fauzan, kami datang menjumpai dokter spesialis kandungan"
"Dan apa kata dokter, apa ada masalah pada alat reproduksi kalian?"
"Tidak ma, kami berdua sehat ma", jawab tuan Fauzan
"Lalu kenapa di usia pernikahan kalian, yang sudah menginjak delapan tahun, Claudya tak kunjung hamil", nyonya besar terlihat bertanya-tanya penuh kekecewaan
"Sabar ma, mungkin Tuhan belum bisa mempercayai kita untuk menjaga seorang anak", tuan Fauzan nampak menenangkan nyonya besar, ah tuan Fauzan baik sekali, menjaga perasaan sang istri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments