Jamu Cinta
Di minggu pagi yang indah. Suara burung pun bersahutan. Menambah ramai nan asri suasana pagi di desa Suka mulya.
"Cipto, Mba mau berangkat dulu. Titip rumah jangan kemana-mana!" ucap Sri sambil melangkah keluar dari rumahnya.
Cipto sang adik yang baru berusia 7 tahun. Memiliki paras hitam manis layaknya orang jawa pada umumnya.
"Iya, Mba." jawab Cipto.
"Cipto bantuin mba dulu sini." pinta Srie pada Adiknya.
Cipto mengangkat jamu yang sudah tertata rapi dan menaruhnya di punggung Sri, Sementara Sri langsung menarik jarit(samping/kain) untuk mengikat hingga kencang jamunya hingga ke dada.
Cipto mencium punggung tangan Sri dan mengantarnya sampai pagar depan rumahnya.
"Bismilahirohmanirohim." Sri melangkah memantapkan niatnya untuk mengais rezeki hari ini.
Sepanjang perjalanan Sri terus menjajakan jamu pada orang orang yang di lewatinya.
"Jamu ... jamu. Jamune mas." Sri tersenyum menawarkan jamunya pada orang orang yang kebetulan sedang nongkrong menikmati minggu paginya.
Ke empat lelaki yang memang sudah menjadi langganan tetap Sri. Kini tersenyum menyambut kedatanganya.
"Keleresan Sri( kebetulan Sri) kami semua sudah nungguin kamu sedari tadi loh." ucap Mas Qohar sambil membantu memegangi dagangan Jamu Sri ketika menurunkanya.
"Iso wae Kang Mas iki( bisa saja masnya ini)." Sri kembali tersenyum.
"Oya Sri. Mas Arif pesan jamu kuat wonten(ada)?" pinta Arif salah satu pelanggan setia jamu Sri.
"Wonten mas, monggo di antos( ada mas, silahkan tunggu)." Sri mengambil satu serbuk ramuan jamu kuatnya di tambah sedikit kunyit dan telor ayam kampungnya.
Setelah mencampurnya menjadi satu di dalam satu gelas, kemudian Sri mengaduknya hingga rata.
"Iki mas Jamu kuate(Ini mas, jamu kuatnya)." Sri menyerahkan gelas yang sudah berisi jamu kuatnya kepada Arif.
Arif begitu bersemangat meminum habis jamu kuat yang telah di racik Sri untuknya.
"Pye, Rif rasane?( Bagaimana, Rif rasanya?" tanya salah temanya.
"Jos gandos mas bro( mantap sekali mas bro)." Arif mengangkat jempol tanganya sebagai ekspresi kepuasanya.
Ketiga orang lainya pun seketika memesan jamu yang sama dengan yang di pinta Arif sebelumnya.
Sambil menikmati jamunya sesekali mereka berbincang dan mencandai Sri yang memang yang memiliki paras ayu dan mempesona itu.
"Iki mas bilasane( Ini mas cuci mulutnya." Sri menuang air jahe yang di campur gula aren pada gelas pelangganya sebagai pencuci mulutnya.
"Matursuwun, Sri( terima kasih, Sri)." mereka semua mengembalikan gelas bekas jamunya pada Sri.
Srie dengan telaten langsung membersihkan gelas tersebut dengan air di dalam ember kecil yang selalu ia bawa kemana mana ketika berjualan jamunya.
"Pinten, Sri?( berapa Sri?)." tanya ke empat orang langganan setianya itu.
"Pitung ngewu, mas(7 ribu mas)" jawab Sri sambil tersenyum cantik khasnya.
Arif mengumpulkan uang dari ketiga teman di tambah darinya.
"Banyak amat mas uangnya, gak salah toh?" Sri menghitung kembali ternyata jumlahnya 50ribu.
Sri mengembalikan uang lebihanya pada Qohar. Namun Arif dengan cepat menggenggam tangan jemari Sri dan menggelengkan kepalanya.
"Gak apa apa, Sri. Ambil saja!, kita semua ikhlas kok. Iya, kan teman." Arif menoleh ke arah 3 kawan dengan tangan yang masih betah memegang jemari halus Sri.
"Matursuwon ya mas." ucap Sri sambil menarik lembut dan mencoba melepaskan jemarinya dari genggaman Arif.
"Oh ... maaf Sri. Saya lupa, habis kamu ayu Sri(cantik Sri)." Arif menggaruk kepalanya sambil nyengir kuda.
Sri mengangguk dan paham dan selalu menganggap semua itu hanya guyonan semata(candaan saja).
"Kalau begitu saya pamit lanjut kelilling ya mas." ucap Sri sambil melangkah pergi meninggalkan 4 sekawan langganan setianya.
Namun tak sedikit juga yang menyinyir dan menganggap bahwa Sri adalah gadis gatel yang selalu merayu suami orang dengan bodynya yang aduhai demi kelarisan dagangan jamunya.
"Itu dia orangnya mba!" tunjuk wanita itu tanpa ragu ke arah Sri yang sedang melangkah.
Salah satu wanita yang membenci Sri dan selalu menjadi provokator agar emak emak benci dan tak mau membeli dagangan jamunya.
"Kamu ndak boleh seperti itu Rohana." tegur salah satu emak emak yang bernama Rihana yang tidak pro dengan mulut Rohana yang selalu menggunjing.
"Halah ... kamu itu tau apa loh mba, lah wong aku lihat sendiri kok, Srie mengoyang pinggulnya di depan suami orang." ucap Rohana sambil mempraktekan goyang patah patahnya.
"Ah yang bener sih mba Rohana?" tanya salah satu emak emak yang kini merasa ragu dan takut suaminya sampe kecantol oleh Sri.
"Percaya deh sama aku mba, mana mungkin saya bohong." Rohana semakin menebar benih kebencianya.
"Mba Jamune mba(mba jamunya mba)." Sri kembali menjajakan dagangan pada emak emak yang kini menatapnya berbeda dan condong pada kebencian.
Kenapa mereka menatapku seperti itu?
Sri melangkahkan kembali kaki meninggalkan emak emak yang tak menjawab tawaran jamunya.
Waktu sudah menunjukan jam setengah sebelas siang. Sri memutuskan untuk beristirahat dan duduk di sebuah pos yang berada di pinggir jalan raya kampung suka mulya.
Senyuman kini terpancar di wajah cantik Sri. Dirinya merasa senang melihat dagangan jamunya telah habis terjual.
Sambil bersandar dan menselonjorkan kakinya. Sri terlihat menghitung pendapatanya.
Dari dalam mobil seorang pria tampan sedari tadi asik memperhatikan Sri yang sedang menghitung labanya.
Dia terlihat tersenyum sendiri. Di hati kecilnya ia sangat bersyukur, karena dia terlahir sudah menjadi kaya raya dan tak perlu harus bekerja keras seperti Sri yang sedang di pandanginya.
"Hei ... kenapa kau tersenyum senyum sendiri seperti orang gila?" tanya Oscar yang melihat David terlihat aneh siang ini.
David menoleh ke arah Oscar yang duduk di sampingnya.
"Kau lihat gadis itu." David menunjuk dari dalam mobilnya dengan kaca tertutup ke arah Sri yang masih duduk beristirahat di dalan posnya.
Oscar mengangkat sebelah alisnya.
"Memangnya kenapa dengan gadis itu?" tanya Oscar yang belum mengerti.
"Aku suka dengan caranya mencari uang. Sepertinya gadis itu pekerja keras." puji David dengan pandangan yang tak lepas memperhatikan Sri
"Pulang ah." Sri melipat uang hasil daganganya dan menyelusupkanya ke dalam gunung kembarnya yang menyembul dan memiliki size 36 nya itu.
David yang menyaksikan hal tersebut dirinya membulatkan mata dengan mulut ternganga dan tak habis pikir di buatnya.
Oscar kembali heran mendapati wajah teman sekaligus bosnya yang kini terlihat panas dingin di hadapanya.
"David ... kau kenapa?" Oscar menempelkan punggung tanganya pada Dahi David.
"Apa kau sakit? ayo kita ke rumah sakit sekarang." Oscar segera menstater mobilnya
"Aku tidak apa apa, Oscar. Antarkan aku pulang saja." titah David.
Oscar mengangguk dan kini melajukan mobilnya menuju kediaman David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫
aku mampir Thor,itu ukuran apa 36??lingkar badannya brp??😂😂
2022-10-29
0
🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫
penjelasannya lengkap Thor😄
2022-10-29
0
Putri
waduh, itu tmpat teraman nyimpan uang kayaknya gak da yg berani ambil...😱😵😁😁
2021-12-12
0