Sesampai di Jakarta. David segera menyuruh Oscar agar mengumpulkan semua jajaran staf agar segera berkumpul membahas masalah penting yang kini di alami perusahaanya.
Di dalam meetingnya. David mencari titik permasalahan yang kini mengguncang perusahaanya.
Di bantu Oscar. sahabat sekaligus sekretaris pribadinya, Akhirnya kemelut di dalam masalah perusahaan bisa di selesaikanya dengan cepat.
David merubah kabinet ke pengurusan perusahaan anak cabangnya. Dengan orang orang pilihan Oscar yang yang kinerjanya lebih baik dan bisa di percaya.
"Masalah disini sudah selesai, kita harus kembali menyelesaikan Survey kita di Suka mulya dan menyerahkan laporanya pada Kakek Adolf." ucap David sambil melangkah masuk ke dalam mobilnya.
Oscar mengangguk dan kini berlari kecil masuk ke dalam bangku kemudinya.
"Sudah sejak seminggu ini kita disibukan dengan pekerjaan." ucap David sambil menoleh ke arah Oscar yang sedang mengemudi di sampingnya.
Oscar tersenyum dan paham kemana arah obrolan sahabatnya.
"Bilang saja kalau kau ingin bersenang senang dengan para gadis. Iya, kan?" Oscar tertawa melihat wajah David yang kini sumringah dengan tebakan jitu sahabatnya.
"Tidak sia sia aku memilihmu menjadi sekretaris pribadiku, Oscar." puji David.
"Akan ku urus semua, Kau duduk manislah di kamar dan siapkan stamina tempurmu!" Oscar kembali fokus dan menambah kecepatan laju mobilnya.
"I like your style, Oscar." David menepuk nepuk pundak Oscar kagum.
PoV Cipto.
Cipto yang berpura pura tidur ketika Sri meramu jamunya. Kini Dirinya berhasil mengelabui dan kabur lewat jendela samping kamarnya.
Angan angan untuk mewujudkan membeli sepeda baru untuk Sri, sudah tak bisa di tahanya lagi. Sepanjang perjalananya Cipto terus berlari menuju toko sepeda dengan wajah yang mengukir senyuman.
Meskipun usianya baru menginjak 7 tahun. Cipto bukanlah anak manja yang suka bermain dan bersantai ria seperti anak anak kecil sebayanya.
Rasa sakit di kepalanya tak pernah ia hiraukan sama sekali. Di dalam hati dan pikiranya, membantu dan membuat Sri bahagia adalah impian nomer satunya.
Toko sepeda yang di tuju Cipto kini sudah berada di sebrang jalanya. Dia tinggal melangkahkan beberapa kali saja kakinya untuk sampai dan membeli sepeda barunya.
Tiyer ... Tiyer ... Tiyer.
Hidung Cipto kembali mengeluarkan darah segarnya. Dia memegang kepalanya yang dirasa teramat sakit. Dan menyumpalnya dengan kapas yang sengaja sudah ia bawa dan siapkan sebelumnya.
"Tuhan ... tolong kuatkan aku sebentar saja." Cipto menggeleng gelengkan kepala berharap rasa sakit dan pusing di kepalanya segera hilang.
Di depan toko sepeda. Cipto segera mencari sepeda yang sudah ia incar dan cocok untuk Kakaknya.
"Ada yang bisa saya bantu, Dek?" tanya penjaga toko itu pada Cipto.
Cipto mengangguk dan sambil melangkah menghampiri sebuah sepeda cantik berwarna pink yang ia anggap sangat cocok sekali untuk di gunakan Kakaknya berjualan.
"Mba ... sepeda yang ini berapa harganya?" tanya Cipto.
"Oh ... yang itu murah Kok, Dek. Harganya cuma satu juta." jawab si penjaga toko.
"Hah ... satu juta?" Cipto kaget dan merasakan ragu di hatinya.
"Iya, satu juta, Dek." tegas si penjaga toko.
Cipto menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan kemudian ia mengeluarkan uang yang ia gulung dan ikat menggunakan karet gelang dari dalam bungkusan plastik hitamnya.
"Mba apakah harga sepeda itu tidak bisa kurang?" tanya Cipto yang berharap si penjaga toko bisa memberikan discount potongan harga padanya.
"Hemmm ..." gumam si penjaga toko dan kemudian dia pergi menemui si pemilik toko sepedanya untuk meminta persetujuan potongan harga untuk Cipto.
Dari dalam tokonya. Si pemilik menoleh ke arah Cipto yang masih setia mengelus ngelus sepeda berwarna pink yang di inginkanya.
"Baiklah." ucap si penjaga toko setelah mendapat persetujuan dari si pemilik. Dan kemudian ia melangkah kembali menghampiri Cipto yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Dek," panggil si penjaga toko dan Cipto pun menoleh.
"Iya, mba."
"Sembilan ratus ribu, mau?" si penjaga memberi potongan harganya pada Cipto.
"Tunggu sebentar, mba. Saya hitung dulu uangnya." Cipto membuka karet gelang yang mengikat gulungan uangnya dan kemudian menghitungnya.
Ternyata setelah di hitung, total keseluruhanya adalah delapan ratus lima puluh ribu rupiah.
Cipto menunduk sedih. Keinginan untuk membelikan sepeda agar Kakaknya bahagia kini pupus sudah di dalam hatinya.
"Kenapa Dek? uangnya kurang?" tanya si penjaga toko meminta kepastian.
Cipto mengangguk sambil menunduk merasakan sedih di dalam hatinya.
Si pemilik toko kini berdiri dan memegang pundak si penjaga toko dan menganggukan kepala isyarat untuk berikan saja sesuai dengan uang yang Cipto miliki.
Si penjaga toko. Kini membungkukan badan dan mensejajarkan tubuhnya dengan Cipto.
"Dek, boleh mba hitung uangnya?" tanya si penjaga toko.
Cipto mengangkat wajah dan kemudian menyerahkan seluruh uangnya untuk di hitung oleh si penjaga toko.
"Semuanya 850.000." ucap si penjaga toko yang baru menyelesaikan menghitung uang milik Cipto.
"Iya, Saya cuma punya segitu mba." ujar Cipto.
Si penjaga toko mengusap kepala Cipto dan tersenyum.
"Ya sudah ... ambil sepedanya sana." titah si penjaga toko dan sukses membuat Cipto mengangkat wajah dan tersenyum bahagia.
"Yang bener mba, boleh?" tanya Cipto yang belum yakin dan percaya.
"Iya," si penjaga tersenyum mengiyakan jawabnya.
"Terima kasih, mba. Kamsia Ko." ucap Cipto sambil menuntun sepeda barunya.
"Iya, Dekm sama-sama.
Cipto sangat bahagia dan bersiap menyebrangi jalan menuju arah pulangnya.
Tiyer ... Tiyer ...Tiyer.
Di tengah jalan. Rasa sakit di kepala Cipto kembali kumat dan sangat menyakitkan.
Cipto mengerutkan dahi menahan rasa sakit di kepalanya.
"Hidungku berdarah lagi." Cipto mengelap dengan punggung tanganya.
Pandanganya kini mulai kabur dan buyar. Yang terdengar hanya sebuah klakson mobil yang begitu kencang terdengar jelas di telinga Cipto.
"Mba ... mba Sri." Cipto memanggil manggil nama Kakanya.
Cipto terjatuh dan tak mampu lagi menyangga tubuhnya yang terasa lemah tak berdaya.
Ckitttt ....
Sebuah mobil Fortuner mengerem mendadak ketika bemper mobilnya hampir saja menyentuh tubuh Cipto yang sudah ambruk tertimpa sepeda barunya.
"Sial ... hampir saja aku menabrak bocah ini." Oscar gugup dan langsung keluar dari mobilnya menghampiri Cipto.
"Woi ... tanggung jawab loh!" seru beberapa warga yang siap menghajar Oscar jika ia tak mau bertanggung jawab atas perbuatan yang memang sebenarnya bukan murni kesalahanya.
Oscar membopong Cipto dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Hampir saja ia menjadi target amukan warga setempat jika ia terlambat dalam pergerakanya.
Dengan perasaan cemas bercampur gelisah. Oscar langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit untuk menyelamatkan Cipto.
Di villa. David terlihat asik menikmati surga dunia. Dia bergumul denga dengan wanita cantik yang di jadikan pemuas nafsu bi rahinya.
Ayo like dan favouritekan biar gak ketinggalan ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Putri
teh celup ni babang David🤦🏻♀️
2021-12-12
0
bundA&M
lamjut
2021-11-29
0
🌹glory🌹
wah salut ma cipto kecil2 udah mandiri
2021-11-28
1