CIPTO SAKIT

Di Villa. David segera merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya.

"Tunggulah disini, aku akan menghubungi Dokter untuk memeriksa kesehatanmu." Oscar melangkahkan kakinya namun David segera mencegahnya.

"Tidak perlu, Oscar! aku hanya perlu istirahat saja." titah David.

"Apa kau yakin kau tidak apa apa?" tanya lagi Oscar yang khawatir dengan kesehatan bosnya.

Oscar akan memanggil David dengan sebutan Bos jika mereka sedang berada di depan orang lain. Begitu pun sebaliknya, Oscar hanya memanggil nama David saja tanpa embel embel Bos, jika mereka hanya berdua saja.

David menganggukan kepala tanda keadaan fisiknya baik baik saja.

"Baiklah, aku akan memerintahkan pelayan untuk membuatkanmu wedang jahe susu.

"Terima kasih, Oscar. Kau bisa keluar sekarang! karena saat ini aku butuh istirahat.

"Ok," Oscar mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan David sendiri di dalam kamar Villanya.

Di rumah kecil tempat kediaman Sri. Cipto sudah terlihat senang sekali menghitung uang tabungan hasil dari memungut Aqua bekasnya.

Sebenarnya Cipto sudah lama menggeluti profesinya dalam memungut Aqua bekasnya. Dia mengumpulkanya dalam karung dan menjual pada pengepul tanpa sepengetahuan Sri Kakaknya.

Tiap pulang sekolah, ia selalu berbohong kepada Sri dengan alasan main ke rumah teman untuk menutupi aksi mulung Aqua bekasnya.

Semua itu ia lakukan karena tak tega melihat Sri yang selalu berangkat dan pulang kelelahan karena menggendong jamu daganganya. Cipto ingin sekali menjadi orang yang berguna di mata Kakaknya.

"Aku rasa sudah cukup." Cipto segera memasukan uang yang sudah ia gulung dan ikat dengan karet ke dalam kantong plastik hitamnya.

Seperti biasa. Setelah berjualan Sri akan mampir ke pasar untuk membeli beberapa rempah untuk di racik dan ia jual kembali esok harinya.

"Cipto." panggil Sri yang baru saja mendudukan dirinya di amben teras rumahnya.

Cipto segera berlari kecil dan membantu Sri melepas ikatan jamu di punggunya.

"Kamu sudah makan, Dek?" tanya Sri.

"Belum, mba." ucap Cipto sambil memijit mijit kedua pundak Kakaknya.

Sri mengeluarkan bungkusan yang berisi nasi beserta lauknya dari dalam bakulnya.

"Makan dulu, Dek! jangan maen terus kamu itu." Sri membuka kertas pembungkus nasinya dan menyuapkan nasinya ke mulut Cipto.

"Iya, mba." Cipto mengangguk patuh sambil mengunyah nasi dari dalam mulutnya.

Sri merasa kaget ketika melihat hidung Cipto tiba tiba saja mimisan.

"Cipto ... kamu kenapa? kenapa hidungmu tiba tiba saja berdarah?" muka panik langsung muncul di wajah Sri.

Cipto hanya menggeleng tidak tahu sebagai jawaban pada Kakaknya.

Sri berlari mengambil kapas dari dalam kamarnya. Dan kemudian kembali keluar menghampiri Adiknya.

"Dek, kita ke puskesmas sekarang ya!" pinta Sri namun Cipto menolak dengan alasan ini hanya biasa.

Selesai menyumpal hidung Cipto dengan kapasnya. Sri bergegas berlari ke kamar mengganti bajunya.

"Ayo, Dek. Kita ke puskesmas sebentar." Sri menuntun Cipto.

Jarak dari rumah Sri menuju jalan raya tidak begitu jauh. Sehingga memudahkan mereka cepat sampai di pinggir jalan untuk menunggu mobil angkotnya.

Dengan mobil angkot. Kini mereka pergi menuju puskesmas yang jaraknya hanya 10 menit dari jalan raya tempat tinggal rumahnya.

Di puskesmas Cipto langsung di periksa oleh Dokter Sony yang kebetulan sedang bertugas pada Siftnya.

"Bagaimana Dok, Dengan keadaan Adik saya? tidak ada hal serius, kan?" Sri menatap wajah Dokter Sony dengan panik.

"Sri ... Setelah memeriksa dan melihat gejala yang di rasakan Cipto Adikmu, sepertinya ...." Dokter Sony menunduk tak melanjutkan perkataanya.

"Sepertinya apa Dok? beritahy saya!" Sri menggenggam tangan Dokter Sony meminta kejujuranya.

Dengan perasaan berat. Dokter Sony menghela nafas dan menghembuskanya secara perlahan.

"Sri ... ini baru tebakan saja, sepertinya Adikmu mengidap Leukimia." ucap Dokter Sony dengan nada yang ia rendahkan berharap Cipto tak mendengarnya.

Dokter Sony mengatakan pada Sri agar Cipto secepatnya di bawa ke rumah sakit. Untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih detail dan akurat. Karena di puskesmas ini, masalah alat kedokteran masih bisa di katakan jauh dari kata lengkap.

Aura kesedihan tersirat dari wajah Sri yang ayu. Rasa takut bercampur cemas menjadi satu di dalam hati dan pikiranya. Di dalam hati kecilnya, Sri tak mau terjadi hal yang serius, Karena Cipto adalah adik satu satunya miliknya yang paling berharga di dunia.

Dengan berat hati kini Sri melangkah keluar dari puskesmas sambil menuntun Cipto adiknya.

"Rumah sakit?" gumam Sri di dalam hati yang belum apa apa sudah memikirkan bayangan biaya yang tidak sedikit.

"Mba ... tadi Dokternya bilang apa sama mba?" tanya Cipto sambil duduk menunggu mobil angkotan yang menuju rumahnya lewat.

"Tadi Dokter bilang kamu tidak apa apa, Dek." Sri mencoba menutupi dengan kebohonganya.

"Tapi ... tadi Cipto denger kok, katanya Cipto harus di periksa di rumah sakit. Iya, kan?" Cipto menatap mata Sri meminta kepastian.

Sri memeluk dan mencium kepala Cipto sambil menangis.

"Dek, jangan sedih ya. Kakak akan selalu berusaha untuk kesehatanmu." Sri menangis sambil mengusap ngusap kepala Cipto.

Di Villa David. Oscar mendapat telepon bahwa perusahaan milik David sedang mendapat masalah serius, Dan mengharuskan David datang dan terjun langsung menanganinya.

"David, perusahaan anak cabang yang di Jakarta mengalami masalah serius, dan sekarang kita harus pergi kesana secepatnya." jelas Oscar dan David pun mengangguk paham dan bergegas menyiapkan dirinya untuk segera meluncur.

Oscar dan David menaiki mobilnya dan segera melaju pergi menuju perusahaan anak cabangnya yang berada di Jakarta.

Sebenarnya David dan Oscar bertempat tinggal di luar negeri tepatnya di Inggris. Di indonesia hanyalah anak cabang dari perusahaan raksasanya.

Sedangkan di Desa Suka mulya. David dan Oscar sedang melakukan Surveynya. Karena dalam kurun waktu yang dekat. David berniat menanamkan sahamnya untuk anak cabang perusahaanya yang baru.

Mobil yang di tumpangi David dan Oscar melaju tidak begitu cepat. Hingga memudahkan David melihat dengan jelas apa yang di lewatinya sepanjang perjalanan.

"Bukankah itu gadis yang kemarin aku lihat sedang menghitung laba?" gumam David di dalam hati yang tak sengaja melihat Sri yang masih menangis memeluk adiknya di pinggir jalan ketika mobilnya melintas.

Sri dan Cipto kini telah pulang dan berada di dalam rumahnya. Sri memberikan obat pada Cipto yang di berikan Dokter Sony padanya.

Sambil menunggu Cipto yang masih terlihat tidur dengan pulas. Sri memanfaatkan waktunya untuk meramu jamu yang akan di jualnya besok pagi.

Namun alangkah kagetnya Sri ketika ia baru selesai meramu jamu. Dirinya tak mendapati Cipto berada di dalam kamarnya lagi.

"Cipto ... kamu dimana, Dek?" seru Sri sambil mencari ke seluruh ruangan rumah kecilnya.

Sudah sepuluh menit mencari. Namun Cipto tidak di temukanya.

HAI ... TINGGALKAN LIKE RATE AND COMMENT KALIAN DI NOVEL TERBARUKU DISINI.

Terpopuler

Comments

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

Cipto lg skt knp ilang thor

2022-10-29

0

Bakulgeblek

Bakulgeblek

lingkunganku banyak wanita2 pejuang spt ini, pejuang halal ditengah parahnya dunia...
wanita2 hebat... 😓
salut 🙏🙏🙏

2021-12-11

0

🐾Dee Octavie🐾

🐾Dee Octavie🐾

waduh...gk mungkin kan cipto punya ilmu halimun 🤭🤭🤭

2021-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!