Di tengah pergumulan panas melawan dua wanita cantik nan aduhai. Handphone David tiba tiba saja berdering, memberikan notifikasi agar si pemilik segera mengangkat panggilan masuknya.
"Siapa lagi sih?" Dengan malas David mengambil ponselnya yang berada di nakas dan mengecek dan melihat nama si pemanggil.
"Oscar, mengganggu saja." David dengan malas mengangkat panggilan masuk dari Oscar.
"Iya, Halo." sapa David.
"David, dengarkan aku! aku sekarang berada di rumah sakit." Oscar memberitahu David.
David mengerutkan dahinya sangat dalam merasa heran dengan apa yang terjadi pada Oscar yang tiba tiba saja ada di rumah sakit.
"Rumah sakit? memang siapa lagi yang sakit?" tanya David.
"Ceritanya panjang, cepatlah kau kesini dan tolong aku!" pinta Oscar.
"Merepotkan saja kau. Baiklah, tunggu 30 menit lagi aku akan sampai disana." David mengakhiri panggilan masuknya.
Walaupun belum mencapai puncak klimaksnya. David segera menyuruh pergi wanita panggilan yang selalu menghibur dan memuaskan nafsu bonteng jumbonya.
Sri masih mencari cari keberadaan Cipto. Dia menanyakan keberadaan Cipto pada tiap teman teman sekolahnya yang ia harap Cipto sedang main bersama salah satu teman sekolahnya.
Waktu sudah menunjukan jam 6 petang. Namun Sri belum juga mendapatkan informasi keberadaan Cipto Adiknya.
"Dek, kamu dimana?" Sri menangis sambil menyusuri pinggiran jalan raya.
Di tengah kekalutannya. Tiba tiba saja mbok Darmi yang tak sengaja melintas langsung menyapa Sri.
"Sri, kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Mbok Darmi tetangga Sri yang berprofesi berjualan sayur di pasar.
Sri menangis dan langsung berhambur memeluk mbok Darmi.
"Cipto hilang, Mbok. Sri sudah mencarinya kemana-mana, tapi tidak ada." Sri menangis sesenggukan di dalam pelukan mbok Darmi.
Mbok teringat dengan Cipto yang tadi siang tak sengaja ia lihat sedang melintas menyebrang menuju toko sepeda yang tak jauh dari tempat ia berjualan.
"Sri, bagaimana kalau kita tanyakan pada pemilik toko sepeda, karena tadi siang Mbok tak sengaja melihat Cipto sedang berada di toko tersebut.
"Toko sepeda?" Sri mengerutkan dahi dalam.
"Ayo, Sri." Mbok Darmi melangkah menarik tangan Sri menuju toko sepeda yang letaknya tak begitu jauh dari tempat ia berdiri saat ini.
Di depan toko sepeda. Mbok Darmi dan Sri mendapati si penjaga toko yang sedang menutup rolling door tokonya.
"Maaf, mba. anu ..." tanya mbok Darmi yang merasa tiba tiba saja bingung.
"Anu apa mbok?" tanya si penjaga toko sambil menatap mbok Darmi dan Sri secara bergantian.
"Mba, apa tadi sore atau siang, mba melihat anak kecil berusia 7 tahun datang kemari?" tanya Sri yang menjelaskan ciri ciri Cipto.
Sejenak si penjaga toko terdiam mengingat siapa saja pembeli yang sudah datang ke tokonya untuk membeli sepeda.
Kini memorinya teringat dengan anak kecil tadi siang yang membeli sepeda pink baru di tokonya.
"Apa anak kecil itu, tinggi badanya segini?" si penjaga toko menyebutkan ciri ciri yang sesuai dengan Cipto.
"Iya, mba. Apa mba melihatnya?" tanya lagi Sri.
Si penjaga toko menceritakan pada Sri dan Mbok Darmi. Dan membenarkan bahwa tadi siang, Cipto memang datang kesini untuk membeli sepeda.
Dan ia menunjukan sepeda baru itu pada Sri, yang ia ambil kembali ketika Cipto dibawa Oscar masuk ke dalam mobilnya.
Si penjaga toko juga menceritakan bahwa Cipto telah di bawa seseorang ke rumah sakit, namun ia sendiri kurang tahu siapa yang telah membawanya.
Tangisan Sri makin pecah setelah mendengar penuturan dari si penjaga toko.
"Mbok ... Bagaimana ini?" Sri bergetar ketakutan.
Mbok Darmi mengusap ngusap punggung Sri mencoba untuk menenangkanya.
"Sabar Sri. Ayo, kita harus pergi ke rumah sakit sekarang." ajak mbok Darmi yang langsung menghadang angkot yang kebetulan lewat di depanya.
Mbok Darmi dan Sri kini naik dan masuk ke dalam angkot untuk menuju rumah sakit.
Di rumah sakit, David baru saja sampai dan keluar dari mobilnya. Dia melangkah menuju meja receotionis untuk menanyakan pasien anak kecil yang di wakili atas nama Oscar.
"Terima kasih, Sus." David melanjutkan kembali langkahnya menuju ke ruangan dimana Oscar berada.
Sesampai di depan pintu ruangan itu. David segera masuk untuk melihatnya secara langsung.
"David." seru Oscar yang melihat David masuk ke dalam ruanganya.
"Bagaimana bisa kau ceroboh sampai mencelakai anak ini, Oscar?" tanya David dengan wajah setengah jengkel pada sahabatnya.
"David ... dengarkan dulu ceritaku." ucap Oscar.
Oscar menceritakan kronologis kejadian yang di alaminya tadi siang pada David.
"Dan apa kau tahu tadi Dokter mengatakan apa padaku?" Oscar mengusap wajah merasakan hari ini adalah hari paling sial menurutnya.
"Memang Dokter telah mengatakan apa padamu?" tanya David.
Oscar menoleh pada Cipto yang masih terbaring lemas di atas bad hospitalnya.
"Anak itu mengidap Leukimia." ucap Oscar dengan tangan mengacak ngacak rambutnya merasakan bingung dan pusing di dalam pikiranya.
David membelalakan mata kaget mendengar itu. Dan ia menoleh ke arah Cipto merasakan iba di dalam hatinya.
"Apa kau sudah menghubungi orang tuanya, Oscar?" tanya David namun Oscar hanya menggeleng kepala.
"Jangankan orang tuanya, Alamatnya saja aku tidak tahu David, Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika Kakekmu mengetahui ini, aku bisa saja di pecat dan di kulitinya hidup hidup." Oscar bergidik membayangkan ngeri.
"Kau tenang saja, Oscar. Aku akan mengerahkan beberapa anak buahku untuk mencari tahu informasi anak ini." David tersenyum menepuk nepuk pundak Oscar.
David memegang kepalanya merasakan pusing karena tadi saat bergumul dia tidak mencapai ******* surgawinya.
"Oscar, ikut aku!" ajak David sambil melangkah keluar dari kamar inap Cipto.
Oscar mengangguk dan mengikuti David dari belakang menuju Cafe yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.
Sementara Sri dan Mbok Darmi. Mereka berdua kini telah sampai dan berada di rumah sakit dan berdiri di depan meja Receptionis.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Receptionis itu pada Sri dan mbok Darmi.
Sri dan mbok Darmi mengangguk bersamaan.
"Sus, apa tadi ada pasien anak kecil yang dibawa kesini? kurang lebih usianya 7 tahun." Sri menjelaskan ciri ciri Cipto pada receptionis itu.
"Laki laki?" petugas receptionis itu memastikanya.
"Iya, benar. Sus." Sri mengangguk dan mengiyakan jawabanya.
Suster memberitahu mbok Darmi dan Sri bahwa pasien yang di carinya sedang berada di ruangan kamar nomer xxx.
Mbok Darmi dan Sri segera berlari kecil menuju ruangan yang sudah di beritahukan Suster padanya.
Sri memegang knop pintu kamar inap Cipto dan membukanya.
"Dek ..." tangisan Sri pecah kembali setelah mendapati Cipto terbujur lemas dengan wajah sangat pucat di atas bad hospitalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
bundA&M
semangat
2021-11-29
0
🌹glory🌹
sedih baca ini thor apalagi cipto satu2nya saudarà yg dimiliki sri....
2021-11-28
1
uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽
kasian nya cipto masi kecil sudah harus menderita penyakit sperti itu😣😣😣
2021-11-26
1