Walaupun mata Dimas tertutup, dia masih bisa merasakan kehadiran Akira berada disekitarnya, karena aroma tubuhnya.
Dimas fokus mengatur pernapasannya, berpura-pura tidur. Dimas merasa cukup dengan obrolan penyemangat dari Akira.
Dimas masih tidak mengerti kenapa semalam Akira bisa datang. Perawat yang meneleponnya semalam pasti melakukan kesalahan. Dimas sudah tidak pernah mendengar kabar dari Akira sejak dia memutuskan untuk pergi dari hidup Dimas.
Mengapa Akira menemaniku hari ini, apa untuk melihatku menjadi orang yang lemah?
Akira butuh uang, tentunya. Laporan Kevin menunjukkan seberapa banyak uang yang Akira butuhkan. Mungkin ini adalah rencana kotor Akira. Dia akan meminta uang setelah menunjukkan empatinya padaku, apakah dia ingin bermain cantik?
Akira bahkan bukan istrinya lagi, dan sekarang mereka berteman. Mereka sudah mulai terbiasa, mengobrol dengan santai satu jam yang lalu. Apapun alasannya, Dimas senang Akira datang menemuinya.
Dimas butuh berinteraksi dengan manusia, - seseorang yang menganggapnya sebagai seorang manusia, bukan sebagai benda yang hidupnya dilihat dari garis yang ada dilayar.
Siapa lagi yang bisa menemaniku? Siapa lagi yang bisa aku hubungi? Tidak Sofia. Sofia sangat menyayangiku, tapi dia tidak memiliki kebiasaan untuk memberikan semangat kepada orang lain. Tidak juga Sam Chandra.
Dimas tidak akan membiarkan sekretarisnya itu, atau siapapun orang yang berhubungan dengan Abraham Group melihatnya seperti ini.
Tidak boleh ada seorangpun yang tahu kondisi ku saat ini.
Tapi, Akira tahu, dan awalnya hal itu sangat mengganggunya. Dimas bahkan mengusir Akira keluar ruangan saat dia berusaha keras untuk menyuapi dirinya sendiri. Tapi sekarang sudah tidak jadi masalah.
Akira adalah bagian dari hidupnya dimasa lalu, dan kehadirannya saat ini hanya sementara waktu. Akira bukan bagian dari masa depannya, jadi tidak masalah jika dia mengetahui keadaan Dimas yang sekarang. Dimas berpikir rasional.
Dimas berpikir kapan Akira meninggalkan rumah sakit. Berpikir apakah Akira akan kembali lagi. Akira harus kembali. Dimas membutuhkannya, leluconnya, sifat usilnya.
Suka atau tidak, Dimas membutuhkan obrolan basa-basi dari Akira.
Dimas membutuhkan kecantikan Akira: rambut hitam panjang yang mengelilingi wajah oval yang didominasi bola mata bulat coklat. Kulitnya agak pucat sekarang, tulang pipinya terlihat lebih jelas dan dia berubah menjadi wanita dewasa yang lebih manis. Suaranya lebih nyaring dari biasanya. Dan dia terlihat begitu kecil.
Dimas benar-benar membutuhkan Akira.
Tapi kenapa dia datang? Apa yang Akira inginkan atau harapkan dariku? Aku tahu di sangat membutuhkan uang untuk menyelamatkan bisnisnya. Tidak diragukan lagi itulah alasan mengapa Akira datang.
Dimas datang ke kota ini untuk memberi Akira uang dengan menjadi investor di acara fashion show Akira. Sebenarnya Akira sangat bijaksana dalam hal keuangan, karena mereka beberapa kali berargumentasi karena masalah keuangan.
Saat Akira memutuskan untuk membangun usaha butiknya, dan meminta dana yang banyak kepada Dimas. Dimas menolak, enggan lebih jauh menuruti kemauan Akira. Seminggu kemudian Akira pergi. Dia menulis surat untuk Dimas dan meninggalkannya.
Dimas pikir Akira hanya sedang marah dan akan kembali pulang. Dimas bahkan membuat skenario dimana dia dengan penuh cinta akan menerima Akira kembali setelah dia berjanji untuk merubah jalan pikirannya.
Kini Akira menjadi lebih mandiri. Berdiri sendiri.
Uang pasti menjadi alasan utama kehadirannya sekarang. Dia pasti tidak menginginkan aku kembali dalam hidupnya ketika aku sudah membaik nanti. Tentu saja Akira tidak menginginkan laki-laki yang sekarat, atau laki-laki yang lumpuh sepertiku.
Ketika Dimas berusaha untuk tidur, sesuatu mengganggu pikirannya. Dia mencoba untuk mengingat, tapi tidak bisa. Suara seorang laki-laki membangunkannya dari lamunan.
"Tuan Dimas, sekarang waktunya mengganti pakaian anda Tuan."
"Jam berapa sekarang?"
"Tiga lewat tiga puluh Tuan."
Pagi atau malam? pikir Dimas.
Dia harus melakukan sesuatu, dia baru saja teringat. Dimas melihat nama yang tertera di baju pria itu.
"Eddi, kapan tugas shift mu berakhir?"
"Jam lima Tuan."
"Apakah kau mau uang satu juta untuk satu jam pekerjaan yang akan aku berikan?"
Pria berbadan tegap itu tertawa kecil. "Tentu saja Tuan. Selama pekerjaan tersebut tidak ilegal."
"Pertama, bawakan aku sebuah telepon. Lalu beritahu perawat untuk membawa dompetku kemari."
"Baik, Tuan Dimas."
Beberapa menit kemudian Eddi kembali dengan membawakan Dimas telepon genggam. Eddi menghubungi nomor yang Dimas berikan dan menaruh telepon ditelinga Dimas.
Dimas menelepon ke kantor dan dijawab mesin penjawab otomatis, "Sam, aku telah mengubah rencana ku. Aku tidak pergi ke kota XXX. Aku sedang dalam perjalanan untuk liburan beberapa hari dan tolong beritahu Kevin. Aku akan menelepon mu lagi nanti."
Pesan tidak masuk akal itu tidak akan dipercaya begitu saja oleh Sam, Sam pasti tahu, ada suatu hal yang tidak beres terjadi pada Dimas. Karena Dimas tidak pernah melakukan hal apapun dengan spontan. Tapi Sam tidak akan tahu dimana harus menemukan Dimas saat ini.
Dimas tidak akan membiarkan siapapun melihatnya seperti ini, lemah, dan tidak berdaya. Perusahaannya pasti akan kacau jika orang-orang tahu dia tidak berdaya.
Ketika perawat masuk membawa dompetnya, Dimas memintanya memberikan uang satu setengah juta kepada Eddi. "Pasti cukup untuk membayar taksi, pergilah ke hotel XXX untuk mengambil tasku."
"Baik Tuan."
Epilog
Eddi kembali dengan membawa tas, dan Dimas melihatnya membuka tas dan memindahkan sebuah map merah besar dengan stempel Akira Fashion. Eddi lalu membuang kertas yang tidak berguna kedalam keranjang sampah.
"Kerja bagus Eddi."
"Saya akan memberikan barang-barang anda yang lain kepada perawat untuk disimpan. Beritahu saya jika ada pekerjaan lain yang anda ingin lakukan Tuan." Eddi menyeringai. "Bayarannya sangat bagus Tuan."
*****************
Pagi hari berikutnya, Akira berdiri diluar ruangan Dimas dan sedikit berteriak, “Bersiap untuk menerima kunjungan, Dimas?”
“Tentu.” Sambut Dimas dengan ramah, lalu Akira menyibak tirai yang menutupi tempat tidur Dimas. Alat monitor jantung terdengar lembut dan stabil menampilkan garis warna hijau yang naik turun dengan teratur.
Senyum Dimas secara bersamaan muncul saat dia mengerutkan dahinya. “Kira, kau terlihat buruk! Apa yang telah kau lakukan pada tubuhmu?”
Sepertinya perasaan Dimas lebih baik hari ini, pikir Akira.
Matanya berseri-seri dipenuhi dengan rasa humor yang baik. “Lidahmu masih saja tajam seperti dulu Dimas. Kau selalu bisa membuat kepalaku berputar-putar dipenuhi dengan bunga.” Akira tersenyum. “Aku bertemu dengan supplier pagi ini. Aku sudah belajar dengan keras, cara seorang pebisnis memperlakukan aku, seperti aku gadis berusia lima belas tahun dan terlihat imut, jika aku tidak berpenampilan menarik.”
“Itu menjelaskan kacamata bulat hitam jelek yang kau pakai. Kacamata itu menutup seluruh wajahmu.”
“Terlihat cocokkan denganku, hah? Sambil melepaskan kacamata. “Ini hanya kacamata plastik, penglihatan ku masih sempurna.”
“Dimana rambutmu?” tanya Dimas.
“Aku membiarkan mereka diam dibelakang, agar tidak ada orang yang iri melihatnya. Hahaha." Akira berbalik badan memperlihatkan rambutnya yang di kuncir tinggi membuat tengkuknya terlihat. “Tidak rapi yaa, hehehe?”
“Tidak ada yang akan memanggilmu Kira si imut.”
“Tidak ada yang akan memanggilku Kira lagi. Namaku Akira Olivia."
“A-ki-ra…” Dimas mengulang dengan lembut, kemudian berkata, “Kau manis seperti ini. Kau sudah dewasa. Kau harus punya nama dewasa Akira.”
“Aku senang akhirnya kau menyadari bahwa aku sudah dewasa. Aku menjalankan bisnis, aku menjalani hidupku-sangat nyaman, terima kasih. Aku memiliki rumah sendiri dan aku merupakan pemilik rumah yang bertanggung jawab.”
“Rumahmu tidak di gunung kan?”
Akira tertawa terbahak dengan pertanyaan Dimas.
“Tidak, rumahku berada dipinggiran kota.”
“Itu artinya beberapa tetanggamu memiliki mobil rongsokan didepan rumah mereka dan tidak bisa berbahasa nasional dengan baik, dan yang lainnya sibuk menggoda mu?”
Akira mengerang. “Aku tahu kau tidak suka, kau terlalu fanatik. Kau tidak suka bertetangga dengan orang yang tidak sama persis denganmu.”
“Aku tidak bermaksud menyinggung mu. Hanya saja sepertinya tempat itu tidak aman untukmu hidup sendirian. Aku mengkhawatirkan mu. Apa kau memang tinggal sendirian disana?”
“Aku tinggal sendirian, Dimas. Tapi tadi kita sudah setuju kan, kalau aku ini sudah jadi wanita dewasa dan berhak menjalani hidupku sendiri.”
“Hanya berhati-hatilah…”
Terkejut dengan perhatian Dimas tentang dimana dia memilih untuk tinggal, Akira memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi. “Apakah kau tidur nyenyak semalam?”
Dimas mengangguk. “Bagaimana denganmu?”
Bersyukur karena riasan wajahnya menyembunyikan kebenaran, Akira berbohong. “Tentu saja. Apakah Dokter Jerry sudah kesini?”
“Tadi dia disini, tapi tidak berkata banyak. Dia hanya melihat kondisiku, menanyakan beberapa pertanyaan, dan berkata, ‘Emm….”
Akira duduk disebuah kursi yang berada disamping tempat tidur Dimas, dan tiba-tiba dia diliputi keinginan untuk menyentuh Dimas, membiarkan tangannya berada di dada bidang Dimas.
Kenangan masa lalu kembali muncul, kenangan yang membuat Akira kembali mengingat rasa kasih sayang Dimas, kelembutannya, cintanya terutama saat urusan bercinta.
Akira memutuskan melupakan bayang-bayang masa lalu, mengingatkan dirinya bahwa urusan bercinta di tempat tidur adalah satu-satunya hal yang berjalan dengan baik dalam hubungan pernikahan mereka.
Tubuh mereka berkomunikasi dengan sempurna, memberi dan menerima kesenangan yang indah dengan energi yang terkuras membuat mereka terlelap dalam tidur nyenyak.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Teruterubuzu
Niat baik Akira dipertanyakan oleh Dimas.. Jangan salah prasangka buruk Dim, tak semua wanita matre, Akira tulus membantumu.
2021-12-28
0
Farida Wahyuni
dimas berprasangka buruk sm akira. dia kira nya perempuan mungkin semua matre.
2021-07-14
2