Kelelahan, Akira Olivia mengangkat kepalanya tegak dan menggosok lehernya dengan jemarinya. Silau cahaya lampu yang ada diatas meja membuat matanya serasa terbakar. Mencoba memijit pelipis dengan jarinya sambil menguap.
Akira kebingungan, harus segera mencari investor untuk menyelamatkan bisnisnya, Akira Fashion Designer. Tiga tahun dia merintis semuanya bersama neneknya, mendesain, membangun, membuat, dan menjual pakaian hasil karyanya.
Akira menarik nafas dalam-dalam dan menutup matanya sebentar.
Tidak mungkin, aku tidak boleh menyerah.
Akira harus memangkas biaya produksi sebanyak mungkin, tapi pakaian tersebut harus tetap dibuat. Karyawan akan tetap bekerja, dan dia harus menemukan cara untuk menangani masalah finansial ini.
Yang Akira perlukan adalah seseorang yang berani mengambil resiko memberikan bantuan kepada bisnis kecil yang dikelola oleh seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun yang tidak punya banyak pengalaman di dunia fashion.
Telepon berbunyi, dengan cepat Akira menuruni tangga, berharap neneknya baik-baik saja.
Siapa lagi orang yang akan meneleponku di jam dua pagi seperti ini?
“Halo apakah saya bisa bicara dengan Nyonya Akira Abraham?” ucap seorang wanita di seberang telepon.
“Siapa?” tanya Akira heran.
“Saya perawat dari rumah sakit XXX, nyonya. Saya mencoba menghubungi Nyonya Akira Abraham. Istri dari Tuan Dimas Abraham.”
“Dimas?”
“Apakah anda Nyonya Akira Abraham?”
“Aku rasa iya.” Tentu saja iya. “Iya,” imbuhnya, merasa sedikit malu.
“Tuan Dimas sekarang berada di rumah sakit XXX, kami belum menentukan diagnosanya, tapi Tuan Dimas sungguh sakit. Dia meminta kami menghubungi anda Nyonya.”
Terkejut terdengar dari suara Akira “Aku…?”
“Ya Nyonya.”
“Dia mencari aku?” tanya Akira sekali lagi dengan raut wajah penuh tanda tanya.
Nada suara perawat terdengar kesal. “Jika anda ingin melihat suami anda, Nyonya Abraham, dia ada di unit ruang perawatan intensif. Dia sepenuhnya sadar- tidak terluka ataupun dioperasi. Dia dapat dikunjungi kapanpun. Anda harus mengetahui bahwa kondisinya lumayan serius.”
Akira mendengarkan dengan baik penjelasan dari perawat itu, lalu menutup telepon.
Dimas ada di kota ini, di rumah sakit, dan mencari aku? Setelah tiga tahun diam membisu, sekarang dia mencari ku. Dimas pasti sangat sakit.
Akira berdiri didepan ruang ICU mendengar penjelasan Dokter Jerry, mencoba memahami apa yang dijelaskan oleh laki-laki botak dihadapannya tentang bagaimana kondisi Dimas saat ini.
“Lengan dan kaki Tuan Dimas secara parsial mengalami kelumpuhan, dan sepertinya akan lebih memburuk lagi. Ada jaringan yang rusak di tulang belakang dan ototnya. Meskipun begitu saya belum bisa memastikan, tapi saya yakin dia mengalami Guillain-Barre syndrome.”
Dimas lumpuh. Ya Tuhan, batin Akira.
Akira mengingat dengan jelas bagaimana kuatnya otot lengan dan kaki Dimas, badannya yang tegap, dadanya yang bidang, kekuatan dan kesenangan yang Akira rasakan dalam pelukan Dimas.
Akira mengubur segala kenangan manis itu selama tiga tahun, tapi kini semuanya kembali lagi.
Kenapa dia kembali lagi Tuhan?
Akira dan Dimas terlihat sangat serasi saat bersama, tapi itu dulu. Ketika cinta dapat menyatukan setiap perbedaan yang ada diantara mereka.
Akira menarik nafas dengan gemetar. Dia harus tahu yang sebenarnya. “Apakah dia merasa kesakitan Dokter?”
“Tidak, dia tidak akan merasa kesakitan. Meskipun tubuhnya mati rasa. Dia bisa merasakan tekanan, kehangatan, sentuhan, sama seperti biasanya.” jawab Dokter Jerry.
“Apakah dia sekarat?” Akira menggigit bibir karena mengatakannya. Ada perasaan takut yang berkecamuk di dalam dadanya.
“Ada banyak kasus kematian disebabkan oleh syndrome ini, tapi sekarang sudah berkurang. Bagaimanapun, kebanyakan kasus kematian yang disebabkan oleh syndrome ini adalah karena adanya gangguan pernapasan ketika otot dada yang digunakan untuk bernafas mengalami kelumpuhan. Sekarang Tuan Dimas berada di ICU jadi kami bisa memonitor pernapasannya. Hal positifnya adalah pernafasannya dalam keadaan normal saat ini.” jelas Dokter Jerry lagi.
“Apakah dia akan….” Bibir Akira menolak untuk mengatakan kata kelumpuhan. “Akankah dia sembuh?” Katakan iya Dokter!
“Kami tidak bisa memprediksinya. Masih terlalu dini. Kami juga belum bisa memastikan bahwa dia mengalami Guillain-Barre syndrome sampai kami melakukan tes lebih lanjut. Sebetulnya, kami tidak tau seberapa luas kelumpuhan itu akan menyebar ditubuhnya. Bisa jadi hanya sehari, mungkin seminggu. Lalu kami akan mengusulkan untuk rehabilitasi. Tapi kau harus tahu bahwa tidak ada gejala khusus dari Guillain-Barre syndrome. Beberapa pasien hanya mengalami lumpuh yang tidak terlalu parah, beberapa yang lain mengalami kelumpuhan yang cukup serius. Ada pasien yang bisa sembuh seratus persen, tapi kebanyakan mengalami kelumpuhan permanen, Nyonya Abraham.”
“Nona Akira, Akira Olivia,” ucap Akira membenarkan namanya dengan keadaan linglung, dan berpikir mengapa dengan cepat ia menyadari dokter menyebut namanya dengan salah.
Dimas sekarang lumpuh. Mungkin saja sekarat. Dan mencari diriku. Kenapa? Sejak aku meninggalkan Dimas tiga tahun yang lalu, Dimas tidak pernah menghubungiku. Lalu kenapa sekarang?
Mungkin Dimas menyadari bahwa pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik. Hidup di kalangan menengah atas sebagai istri dari seorang pebisnis kaya yang terkenal. Akira tidak pernah merasa nyaman, hidup dalam aturan yang melemahkan semangatnya.
Tapi sekarang Dimas sangat sakit. Dan mencari dirinya, Akira tidak mungkin akan membiarkannya melewati ini sendirian.
Jika Dimas memang membutuhkan aku sampai Sofia kakaknya dan teman-temannya datang, maka biarlah.
Beberapa detik Akira berpikir.
Apakah Dimas akan melakukan hal yang sama jika berada di posisiku saat ini.
“Bisakah saya melihatnya Dokter? Apakah dia bisa berbicara?” tanya Akira.
“Anda boleh menemuinya Nona Akira. Dia terjaga, dan sejauh ini, kemampuan bicaranya tidak terganggu sama sekali.”
Sejauh ini!
“Demi kebaikan Tuan Dimas, saya menyarankan anda untuk sabar. Jadilah diri anda sendiri. Jangan perlakukan dia seperti orang yang cacat. Kesembuhannya tergantung pada emosinya.” saran Dokter.
Dokter Jerry lalu membuka pintu ruang ICU. “Tinggallah selama mungkin yang anda mau. Saya akan memeriksanya besok. Selamat malam.” ucap Dokter Jerry lalu melangkah pergi.
Sementara Akira diam mematung. Memilih berdiri di depan pintu tanpa berani melangkah masuk ke dalam.
Pikiran Akira masih berkecamuk.
Apa aku harus masuk? Tapi apa yang harus aku katakan?
Akira kemudian berjalan mondar mandir di depan ruang ICU. Menimbang-nimbang untuk masuk ke dalam, atau lebih baik pulang ke rumah.
Akira memilih duduk di bangku yang tersedia, lalu membuka ponselnya dan mencari tahu tentang penyakit yang diderita Dimas.
Akira mengetik kata Guillain-Barre syndrome di kolom pencarian.
Dahi Akira mengkerut, sorot matanya fokus membaca setiap isi artikel tentang syndrome itu.
"Ya Tuhan, kasihan sekali kau Dimas. Semoga kau tidak mengalami syndrome ini." ucap Akira.
Akira kemudian memasukkan ponsel ke dalam tas kecil yang ia bawa. Berdiri di depan pintu ruang ICU, merapikan rambut dan pakaiannya yang terlihat kusut lalu masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Teruterubuzu
Jangan ragu untuk memulai hal yg baik Akira untuk membantu, merawat Dimas & percayalah suatu saat nanti hal baik/perbuatan baik yg kau lakukan akan menghasilkan buah yg baik pula.
2021-12-28
0
Berdo'a saja
mampir untuk menyimak
2021-10-29
0