BAB 03.
*** Istriku Bocah SMA ***
"Kamu ke mana saja seharian ini?"
"Jalan jalan."
"Sama siapa?"
"Kepo deh ah."
"Bukannya kepo, aku hanya ingin tahu kamu pergi ke mana saja."
"Itu sama aja Kak."
Satya mendengkus sebal, tidak suka di katain 'kepo' sama Risa. Dia kan hanya ingin tahu saja, jelas itu bedakan dengan kepo?
Hah! Tapi mau bagaimana lagi, Risa kan masih bocah. Mau debat sampe bibir kesel pun tetap Risa yang akan menang. Atau lebih tepatnya Satya yang mengalah pada Risa yang selalu ingin benar...
Yah 'perempuan selalu benar kan?'
Sebenarnya Satya sangat ingin bertanya tentang hari di mana ia melihat Risa bersama cowok seumuran dengannya itu beneran Risa atau dia salah lihat. Tapi takut di katain kepo sama Risa, jadi Satya urungkan niat baiknya itu.
"Kak Satya sukanya sama tante tante ya? Pantesan tidak suka sama Risa." ucap Risa tiba tiba.
Satya yang baru saja menyandarkan punggungnya di sofa pun langsung bangkit lagi karena kaget dengan ucapan Risa.
"Apa maksud kamu?"
Risa mengendikkan bahunya acuh sembari mengganti channel tv. "Ya aku sering liat kakak jalan berdua sama tante tante gitu."
"Heh kapan kamu liat?"
Risa menatap Satya sedih. "Jadi bener, kak Satya sukanya sama tante tante."
"Apaan sih! tentu saja tidak, aku masih suka yang bening." seru Satya kesal.
"Ahh masa... Sama Risa yang bening begini saja tidak mau malah milih tante Melda ..." ucap Risa membuat Satya menatap tajam Risa.
"Kamu kenal sama Bu Melda?" tanya Satya bingung.
Risa mendengkus. "Bukan itu topiknya kak."
"Ck!"
"Apa harus nunggu aku jadi tante tante kayak tante Melda dulu baru kak Satya suka sama Risa..." ucap Risa.
"Ahh tapi kalau aku sudah jadi tante tante, berarti kak Satya sudah jadi kakek kakek dong ya?" lanjut Risa sambil membayangkannya dirinya seumuran dengan Tante Melda dan Satya yang sudah seperti kakek tua.
"Terserah kamu saja deh." ucap Satya lalu meninggalkan Risa sendiri.
"Isshhh nyebelin banget sih punya suami om om!" seru Risa kesal sambil menggigit remot tv.
*** Istriku Bocah SMA ***
"Saya tidak mau tahu, pokoknya yang ngehajar anak Saya harus di hukum seberat sebatnya atau kalau Anda tidak mau menghukumnya, Saya akan membawa jalur hukum untuk menyelesaikan itu semua." ucap seorang pria paruh baya dengan marah pada Pak kepala Sekolah.
Satya yang baru saja tiba ruang kepala sekolah dan duduk di kursi sebelah pria paruh baya itu bergidik ngeri melihat kemarahan beliau.
"Liat ini anak saya sampai jalan saja pake tongkat begini." ucap pria itu menunjuk anaknya yang duduk di sofa ruangan itu.
"Maafkan adik Saya pak." ucap Satya.
"Anda pikir maaf bisa membuat anak Saya sembuh." ucap Pria itu.
Satya menelan ludah memperhatikan cowok seusia Risa yang mukanya penuh dengan lebam biru. Apa mungkin Risa yang melakukan itu semua?
Bagaimana mungkin Risa bisa melakukannya, setau Satya.. Risa itu anaknya baik dan penurut dan bukan gadis yang ganas atau Satya belum tahu itu.
"Pa, sudahlah... Lebih baik kita pulang... Tadi kan Pak Bendi (kepala sekolah) sudah bilang kalau dia bakalan di skors satu minggu." ucap cowok yang sejak tadi cuma dia memperhatikan Ayahnya yang marah marah sama pak kepala sekolah. Ahmad Efendi.
"Apa?! Yang bener saja... tidak bisa begitu dong. Masa cuma di skors doang." ucap Ayahnya Ahmad tidak terima dengan hukuman yang membuat anaknya babak belur sampai jalan saja pakai tongkat masa cuma di skors satu minggu! itu sangat tidak adil, untuk anaknya.
"Pokoknya anak itu harus di keluar in dari sekolah." ucap Ayahnya Ahmad.
"Pa, tidak bisa begitu dong... Ini semua juga salah aku kok." ucap Ahmad.
Satya memijat keningnya pusing mendengarkan perdebatan antara anak dan ayah itu. Kalau sampai Risa di keluarkan dari sekolah ini, Satya tidak akan mau mengurus pemindahan Risa kesekolah baru. Itu ribet banget!
"Pak, bagaimana kalau adik Saya di skors saja satu bulan... Jangan di keluarkan." ucap Satya mencoba nego dengan Ayahnya Ahmad.
Belum sampai Ayahnya Ahmad bersuara, pintu ruangan sudah terbuka dari luar bersamaan seruan tidak terima Risa dengan ucapan Satya.
"Tidak bisa begitu dong kak... Kelamaan itu satu bulan, tidak sekalian saja di keluar in." ucap Risa kesal.
"Risa tolong yang sopan dikit bisa." ucap Satya.
"Ohh maaf." ucap Risa sebal lalu duduk di sofa sebelah Ahmad.
"Jadi kamu ngadu sama bokap kamu." ucap Risa pada Ahmad.
Ahmad menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Uh anu-- itu tidak ngadu kok... Papaku saja yang ngeyel dateng ke sekolah." ucap Ahmad.
"Makanya jangan jadi anak bokap... Masa gitu aja K.O." ucap Risa santai.
Ayahnya Ahmad menatap Risa dan Ahmad bergantian dengan wajah memerah. "Ahmad, jangan bilang cewek yang di samping kamu itu adalah orang yang membuat kamu babak belur begini?"
Ahmad menatap Ayahnya seraya meringis. "Kan aku sudah bilang sama Papa buat tidak usah ke sekolah nanti malu."
"Astaga! Kenapa kamu bisa berantem sama cewek dan kalah lagi... Memalukan sekali kamu Ahmad." ucap Ayahnya Ahmad lalu menyeret Ahmad keluar ruangan.
"Loh loh pak ini kasusnya bagaimana?" tanya pak kepala sekolah.
"Sudah selesai." ucap Ayahnya Ahmad dari luar ruangan.
"Jadi adik Saya tidak jadi di skors pak?" tanya Satya.
"Maaf, tapi adik Anda tetap Saya skors satu minggu di mulai hari ini." ucap pak kepala sekolah.
"Terima kasih kalau gitu Saya permisi pak." ucap Satya lalu mengajak Risa pulang.
Risa cemberut, tapi tetap mengikuti Satya kayak anak ayam mengikuti Ibunya. Dan mengabaikan nyinyiran siswi siswi yang tidak sengaja berpasasan dengan mereka yang mengatakan betapa tampannya kakaknya Risa. Risa yakin saat dia masuk sekolah nanti pasti akan banyak siswi yang mendekatinya agar bisa kenalan dengan kak Satya!
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa anak tadi sampe jalan saja harus pake tongkat?" tanya Satya saat mereka sudah ada di dalam mobil.
"Ck! Cuma masalah sepele. Amad saja tuh yang keterlaluan. Dasar anak Daddy!" ucap Risa kesal mengingat kejadian beberapa hari lalu saat Ahmad mengerjai dirinya karena dirinya anak baru.
"Masalah sepele kamu bilang?" ucap Satya tidak percaya.
"Suahlah kak, tidak perlu ikut campur. Sudah kelar juga kan?" ucap Risa malas.
"Semua itu kamu yang lakuin?" Tanya Satya.
Risa mendengkus. "Tidaklah, masa iya aku yang cewek kalem begini bisa bonyokin Amad." ucap Risa berbohong.
Satya menghela napas lega. "Syukurlah, aku kira kamu yang buat anak tadi bonyok."
*** Istriku Bocah SMA ***
Satya melongo melihat penampilan Risa yang berubah malam ini. Berubah dalam artian lebih parah dari sebelumnya.
"Risa kamu tidak punya uang buat beli baju apa? Pakaian anak kecil gitu di pakai?" tanya Satya setelah menyusul Risa masuk ke dalam Apartemen.
Tadi siang Satya mengantar Risa sampai lobby, namun ternyata gadis itu tidak naik ke atas dan entah malah pergi ke mana dan pulang pada malam hari dengan pakaian yang sangat sangat terbuka.
"Kenapa?" tanya Risa dengan senyum menggoda membuat Satya bergidik ngeri karena malah teringat dengan Bu Melda.
"Kamu malah keliatan kayak tante tante girang pake pakaian kurang bahan kayak gitu." ucap Satya dengan mata yang memandang kearah lain, takut khilaf kalau natap Risa terus.
Risa mendengkus. "Kan kak Satya sukanya sama tante tante, jadi Risa berusaha jadi seperti yang kak Satya suka."
***
Mohon maaf bila masih menemukan adanya typo.
jangan lupa favoritekan cerita ini dan like, komentar di tunggu... bagi poin juga boleh, 10 poin pun tak masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rafanda 2018
mungkin si risa niru karakter authorrr
2022-06-25
1
Edah J
hahaha Risa mulai berusaha nihhh😁
2021-12-11
1
Noorhied
Iissshh Risa bener2 bar bar, suka karakternya...koplak..
2021-08-01
1