Hati Yang Kau Sakiti
Fatimah yang sedang asik memangku laptopnya tiba-tiba saja dikagetkan oleh kedatangan suaminya bersama dengan seorang wanita yang terlihat cantik dan juga seksi.
Bajunya terlihat sangat memeluk erat tubuh wanita tersebut, dandanannya menor dan belahan dadanya pun sampai terlihat dengan jelas.
Bulatan sintalnya terlihat kecil, bajunya yang sangat minim bahan membuat setiap lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas.
Sayangnya, bamper depan dan belakangnya pun terlihat kurang menonjol menurut Fatimah.
"Ada apa, Mas?" tanya Fatimah dengan dahi yang berkerut dalam, kepada suaminya.
Menurutnya, kenapa suaminya itu tak ada sopannya? Kenapa dia masuk ke dalam kamar mereka dengan membawa perempuan lain?
Lelaki yang baru satu bulan menikahinya itu pun langsung menghampiri Fatimah, dia duduk tepat di samping Fatimah.
"Mas mau menikah lagi," ucap Rudi suami dari Fatimah.
Fatimah membulatkan matanya, dia sungguh tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut.
"Menikah lagi?" tanya Fatimah.
"Iya Arra, aku harus menikahi Audy. Karena dia sedang mengandung anakku, darah dagingku." Ucap Rudi dengan tegas.
Fatimah tersenyum sinis ke arah Rudi, dia tak menyangka jika Rudi akan secepat itu menikah dengan wanita pujaan hatinya.
"Tapi, Mas. Kuburan Grandpa saja masih basah, masa kamu mau menikah lagi? Apa nanti kata keluarga besar ku?" tanya Fatimah was-was.
Rudi terlihat menghela napas berat." Kamu juga tahu kan, kita menikah hanya karena permohonan terakhir dari Grandpa'mu itu?"
Fatimah langsung menganggukkan kepalanya," ya."
Fatimah menjawabnya dengan singkat, dia tak tahu harus berkata apa lagi.
"Kalau begitu, biarkan aku menikahi kekasihku. Aku tak mungkin membiarkan dia dalam keadaan hamil dan sendirian, aku harus bertanggung jawab atas kehamilan Audy." Rudi terlihat memelas.
Fatimah merasa geram, pernikahan mereka memang bukan dasar cinta. Akan tetapi, Tak bisakah dia menghargai arti suci dari kata pernikahan?
"Tapi, Mas. Bagaiaman kalau keluarga besar aku tahu? Aku tak mau mengecewakan mereka." Fatimah tertunduk lesu.
Fatimah tak mencintai lelaki yang bernama Rudi itu, akan tetapi nama keluarga besarnya dipertaruhkan di sini.
"Jangan kamu bilang, lagi pula kami akan menikah sirih. Karena yang terpenting, aku menghalalkan Audy dulu." Rudi kembali menjelaskan.
"Terserah!" akhirnya Fatimah pun tanpa sadar sudah mengiyakan.
"Bagus, lagi pula kalau kamu tak mengizinkan pun, aku akan tetap menikahi Audy." Ucap tegas Rudi.
Rudi bangun dan langsung menghampiri Audy, dia merangkul pundak Audy lalu membawanya keluar dari kamar utama.
Saat Rudi hendak menutup pintu kamar, Fatimah kembali memanggil suaminya itu.
"Mas Rudi!" panggil Fatimah setemgah berteriak.
Rudi melepaskan rangkulannya, kemudian berbalik dan menatap Fatimah dengan lekat.
"Apa lagi?" sungutnya.
"Tolong katakan padaku, apa alasannya kamu menikahiku? Bukankah saat itu kamu sudah berhubungan dengan Audy, lalu kenapa kamu malah setuju menikah denganku?" tanya Fatimah.
Rudi langsung tersenyum, dia memang bisa saja mengatakan tak mau saat itu. Akan tetapi, dia merasa sangat tergiur dengan apa yang di tawarkan oleh Tuan Aleandro.
"Tentu saja karena penawaran dari Grandpa kamu," kata Rudi.
"Penawaran? Penawaran apa?" Fatimah pun sangat kaget, karena dibalik kata setuju terdapat hal yang tak dia ketahui.
"Tuan Aleandro mempunyai saham di perusahaan milik Ayah, dia puluh persen. Beliau berjanji akan. memberikannya padaku, kalau aku menikahimu." Terang Rudi tanpa tahu malu.
Mata Fatimah memerah, dadanya seakan bergemuruh. Ribuan belati seakan menghujam jantungnya, jadi ini hanya karena sebuah kesepakatan, pikirnya.
"Kenapa kamu tidak menolak saja, Mas? Untuk apa menikahiku, kalau hanya demi saham dua puluh persen?" tanya Fatimah lagi.
"Justru itu, karena saham dua puluh persen itu sangat berharga. Dari saham yang dua puluh persen itu, bisa aku gabungkan dengan dua puluh persen saham milikku. Lalu aku gabungkan dengan milik Papah dua puluh persen, jadinya sekarang aku punya enam puluh persen." Rudi tertawa senang.
"Kamu tahu, sekarang aku sudah jadi direktur utama di perusahaan yang aku pimpin. Tak sia-sia bukan aku menikahimu?" timpalnya lagi.
Fatimah benar-benar merasa lemas di sekujur tubuhnya, dia tak menyangka ada lelaki seperti suaminya itu.
"Demi harta, Ya? Bahkan harga diri saja bisa kamu tukar, Mas." Kata Fatimah dengan suara lemahnya.
"jangan berisik, aku mau pergi. Mungkin selama tiga hari ini aku tidak pulang, aku akan menghabiskan waktu berduaan saja dengan Audy." Kata Rudi tanpa beban.
Fatimah hanya bisa menganggukan kepalanya, karena dia tidak tahu lagi harus berkata apa terhadap suaminya tersebut.
Dia kecewa bukan karena Rudi akan menikah lagi. Akan tetapi, dia kecewa karena mengetahui hal yang sesungguhnya. Jika Rudi rela menikah dengannya hanya karena dijanjikan saham 20% oleh Grandpanya.
Sungguh lelaki yang tak punya harga diri pikirnya, rela melakukan semuanya demi saham 20%.
Rudi melenggang pergi dari kamar utama, lalu dia pun kembali merangkul Audy dan mengajak Audy untuk pergi dari sana.
Karena memang, dia akan segera menikah dengan Audy di rumah Audy sendiri. Jika Rudi terlihat sangat bahagia, berbeda dengan Fatimah.
Dia masih terlihat syok dengan apa yang diucapkan oleh Rudi, dia langsung menutup laptop miliknya dan menyimpannya di atas nakas.
Lalu, Fatimah pun langsung merebahkan tubuhnya. Entah kenapa, tiba-tiba saja dia merasa sangat lemas. Badannya terasa tak bertulang, ingin sekali dia mencari teman untuk mencurahkan isi hatinya.
Ingin sekali rasanya dia berkeluh kesah, tetapi pada siapa. Dia tidak mungkin berkeluh-kesah kepada keluarganya, yang ada dia akan mempermalukan keluarganya, pikirnya.
Akhirnya Fatimah pun memutuskan untuk memendamnya sendiri, tanpa membaginya dengan siapapun.
Tatapan mata Fatimah terlihat kosong, matanya menerawang jauh mengingat saat 1 bulan yang lalu Grandpa'nya yang tengah kritis memintanya untuk menikah dengan Rudi lelaki tak tahu diri, menurutnya.
#Flash Back On#
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba suasana rumah menjadi ramai?" tanya Fatimah, saat dia baru saja pulang dari kantor.
Seorang pelayan yang melihat kedatangan Fatimah, langsung menghampiri Nona Mudanya.
"Non, Tuan Besar kritis." Adunya.
Tanpa menunggu lama, Fatimah langsung berlari menuju kamar utama. Saat dia masuk ke sana, sudah banyak orang yang berkumpul di sana.
Ada Ayah Aksa, Bunda Najma, ada adik dan juga kakaknya di sana. Ternyata, di sana juga ada lelaki yang sangat dia cintai sekaligus dia benci.
Kakak iparnya, lelaki yang tengah menikahi Kakak pertamanya. Sialnya, dari semenjak berusia empat belas tahun sampai sekarang, dia belum juga bisa melupakan lelaki setan itu.
Ya, Fatimah selalu menganggap lelaki itu setan. Karena selalu saja mengganggu pikirannya, membayang-bayangi kehidupannya dan selalu membuat dirinya tak tenang.
Apa coba namanya kalau bukan 'setan'?
Setan tampan yang mengkontaminasi pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
neng ade
akhirnya ketemu juga novel nya ini setelah bolak balik nyari nya
2024-02-27
0
Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰
yg bodoh kakek nya laki laki kalau sudah mau d beli dengn harta mk kedepan nya tak akan baik masa laki laki ke gitu d berikn untuk cucu nya sendiri
2023-11-21
0
ayu nuraini maulina
udah cerai aja klo suami dah selingkuh ktmbng d madu
2023-06-28
1