Hari yang seharusnya merupakan hari yang penuh dengan kebahagiaan bagi pasangan pengantin baru, tidak berlaku untuk Fatimah dan juga Rudi.
Fatimah terlihat bersedih karena baru saja dia pulang dari pemakaman Grandpa'nya, Rudi terlihat seperti suami yang sangat baik dan juga siaga.
Dia terus saja memeluk Fatimah sambil mengelus lembut punggungnya, ada rasa tenang dan juga senang yang menyeruak di dalam hati Fatimah.
Karena ternyata, walaupun tidak ada cinta di antara mereka, Rudi dengan mudahnya memberikan perhatian kepada Fatimah yang kini telah resmi menjadi istrinya.
"Jangan nangis terus, Ra. Wajah kamu jadi bengkak, nanti aku ngga bakal bisa ngenalin kamu lagi." Goda Rudi.
Fatimah tersenyum di balik sedihnya, Aksa dan Najma yang melihat perlakuan Rudi merasa senang. Menurut mereka, Rudi tak terlalu buruk. Dia perhatian pada Fatimah, hal itu sudah cukup menjadi awal yang baik untuk sebuah hubungan, pikir Aksa.
Aksa sempat melirik jam yang melingkar di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Aksa pun meminta Rudi untuk mengajak Fatimah ke dalam kamarnya.
"Rudi, tolong ajak Arra ke kamarnya. Biar dia bisa istirahat," pinta Aksa.
"Siap, Yah." Jawab Rudi.
Rudi langsung merangkul pundak Fatimah, dia pun menuntun Fatimah menuju kamarnya. Akan tetapi, sebelum itu Rudi pun berpamitan terlebih dahulu kepada Aksa dan juga Najma.
Sampai di dalam kamar, Rudi langsung mendudukkan Fatimah di pinggir ranjang. Dia mengusap air mata Fatimah dengan lembut dan memeluknya.
Dia berusaha untuk menenangkan hati wanita yang baru saja menjadi istrinya tersebut.
"Mau langsung istirahat atau mau shalat Ashar dulu?" tanya Rudi.
"Aku lagi datang bulan Mas, aku mau langsung istirahat saja." Fatimah terlihat melerai pelukannya, kemudian dia pun merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai sebatas dada.
Rudi langsung mendekatkan wajahnya dan mencium kening Fatimah dengan lembut.
"Ternyata, nasib ku sangat malang ya? Di hari pertama kita menikah, kamu malah datang bulan." Ucap Rudi sembari majawel dagu Fatimah.
Fatimah terlihat mendelik sebal, lalu dia pun langsung menutup wajahnya dengan selimut. Rudi langsung terkekeh dia mengusap lembut pundak Fatimah yang terhalang oleh selimut kemudian dia berkata.
"Aku hanya bercanda Arra, aku juga masih punya perasaanm Aku tidak mungkin mengajak kamu melakukan hal itu di saat keadaan kita masih berduka." Kata Rudi.
Fatimah pun langsung membuka selimutnya, kemudian dia menatap Rudi dengan penuh selidik.
" Aku tidak mau kamu paksa, Mas. Aku maunya kita melakukannya karena dasar suka sama suka," kata Fatimah.
Dia tidak menampik akan kewajibannya sebagai seorang istr,i akan tetapi dia juga tidak mau melakukannya begitu saja dengan lelaki yang tidak dia kenal sama sekali.
"Iya, aku tidak akan memaksa. Jika kamu tak menyerahkan diri mu padaku," kata Rudi.
Rudi mengecup kening Fatimah, lalu Rudi langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tak lama terdengar gemericik air yang menandakan jika Rudi sedang melaksanakan ritual mandinya.
15 menit kemudian, Rudi pun telah kembali dengan keadaan yang sudah lebih segar. Fatimah yang tidak mendengar lagi suara pergerakan dari Rudi langsung membuka matanya, Fatimah melihat jika Rudi sedang melaksanakan kewajibannya terhadap sang khalik.
Seulas senyum pun terbit dari bibir mungil Fatimah, saat itu Fatimah berpikir jika Rudi adalah lelaki yang baik, taat beribadah dan tidak memaksakan kehendaknya terhadap seorang perempuan yang kini telah menjadi istrinya tersebut.
Fatimah memejamkan kembali matanya, lalu tidur dengan posisi membelakangi Rudi. Tak lama kemudian, terasa ada pergerakan di atas kasur.
Ternyata Rudi ikut merebahkan tubuhnya, lalu menarik Fatimah ke dalam pelukannya. Fatimah sangat senang, karena Rudi mau menghargai pernikahan mereka walaupun tanpa cinta.
Hatinya sedikit tertarik akan kelakuan lelaki yang baru saja menjadi suaminya itu, Fatimah pun berharap, jika pernikahannya akan langgeng walaupun tak di dasari rasa cinta.
Setiap malam, Rudi selalu tidur bersama dengan Fatimah. Di kala pagi tiba, Rudi lah yang sering terbangun lebih dahulu dan menyiapakan sarapan pagi untuk mereka.
Jika jam pulang kerja tiba pun, Rudi selalu menjemput Fatimah. Walaupun dia tak pernah meminta haknya, tapi dia selalu memperlakukan Fatimah dengan sangat baik dan lembut.
#Flash Back off#
"Ya tuhan, ternyata semua sikap manisnya hanya sandiwara. Dia sengaja bersikap manis, agar keluarga besarku tak curiga. Benar-benar lelaki setan, aku benci dia, Tuhan." Ucap kesal Fatimah.
Hari ini adalah hari libur, sangat rugi menurutnya kalau hanya berdiam diri di rumah. Fatimah memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke sebuah Mall yang ada di pusat kota.
Mungkin saja hal itu, akan membuat pikirannya lebih tenang. Fatimah segera bangun, dia segera memakai baju santainya. Baju muslim yang terlihat sangat modis.
Walaupun Fatimah berkerudung, dia tak pernah tertinggal trend. Unyu sesaat dia mematut wajahnya di depan cermin, setelah merasa puas dia langsung berangkat.
Tak perlu waktu lama, lima belas menit kemudian dia sudah sampai di sebuah Mall tempat tujuannya. Sampai di sana, yang terlebih dahulu ingin ia sambangi adalah butik.
Dia merasa perlu membeli beberapa baju dan juga kerudung untuk menunjang penampilan nya, karena dia memang selalu tampil modis di setiap harinya.
Fatimah memiliki tubuh goal seperti Najma, Bundanya. Banyak para lelaki yang berusaha untuk mendekatinya walauoun tahu jika dia sudah bersuami, akan tetapi dia selalu menutup dirinya.
Bukan dia terlalu mencintai Rudi, akan tetapi karena hatinya yang seakan lama telah membeku. Tentunya, semenjak lelaki yang dia samgat cintai sejak berusia empat belas tahun memutuskan untuk menikah dengan Kakaknya sendiri.
Fatimah masuk ke sebuah butik dengan Brand ternama, dia mulai memilih baju, hijab, celana bahkan gamis yang telihat sangat cantik pun dengan cepat dia pilih.
Dia juga memilih beberapa gaun yang terlihat sangat indah, sengaja dia beli untuk acara penting dalam menghadiri acara penting.
Setelah selsai, dengan cepat dia membayarnya. Tak lupa dia pun meminta penjaga toko untuk mengantarkannya ke rumahnya.
"Terima kasih, Nona. Anda sudah sudi berbelanja di toko kami, pesanan anda akan segera kami antarkan." Ucap pelayan toko tersebut.
"Sama-sama," ucap Fatimah sopan.
Fatimah yang merasa haus setelah berbelanja pun langsung melangkahkan kakinya menuju Caffe yang tak jauh dari sana.
Saat masuk ke dalam Caffe tersebut, Fatimah sangat kaget. Karena ternyata tak jauh dari sana ada Rudi yang sedang duduk manis sambil menggenggam tangan wanita yang belum lama dia bawa ke rumah.
Hatinya terasa panas, bukan karena cemburu. Hanya saja, dia merasa Tuhan seakan tak adil padanya. Hidupnya seperti dipermainkan, sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
nikmati dulu saja Rudi tar kau akan menyesali nya
2022-10-11
0
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
laki2 munafik
2022-10-11
0
N⃟ʲᵃᵃ࿐D"Ucrit"
Rudi baik di awalnya doang, kesininya keliatan topeng nya palsu
2022-10-11
0