Semua orang yang ada di sana terlihat sedih, bahkan Bunda Najma terlihat menangis sesenggukan di samping Dad'nya. Ayah Aksa terlihat menenangkan Bunda Najma.
Ke lima cucu Tuan Aleandro pun nampak bersedih, mereka tak kuasa menahan tangis. Termasuk dengan cucu menantu dan juga cicitnya.
Mereka benar-benar terlihat sedih, apa lagi saat melihat napas Tuan Aleandro yang terlihat makin tersenggal.
Membuat mereka makin bersedih, rasanya mereka belum siap untuk ditinggalkan oleh Tuan Aleandro. Memang benar, jika nyawa adalah titipan.
Akan tetapi, rasa sedih dan tak siap sudah pasti akan menyeruak dalam hati.
Satu bulan yang lalu, istrinya Nyonya Mariam baru saja pergi meninggalkan mereka semua. Rasanya, kesedihan akan ditinggalkan oleh Nyinya Mariam pun belum terobati.
Jika Tuan Aleandro, ingin meninggalkan mereka juga, rasanya mereka belum siap. Kalai boleh jujur, Tak ada manusia yang siap untuk berpisah dengan orang-orang yang mereka sayang.
Dari ke lima anak Najma dan juga Aksa, hanya Fatimah yang belum menikah. Padahal usianya sudah dua puluh lima tahun, sudah pas untuk berkeluarga.
Adik kembarnya saja bahkan sudah mendahuluinya untuk menikah dengan wanita pujaan hati mereka, malahan mereka pun sudah memiliki keturunan.
Tuan Aleandro terlihat menatap Fatimah, tangan lemahnya melambai ke arahnya. Perlahan, Fatimah menghampiri Grandpanya lalu duduk tepat di samping Tuan Aleandro.
Fatimah langsung menggenggam erat tangan Tuan Aleandro yang terasa sangat dingin, air matanya langsung luruh tak tertahan.
"Grandpa," bibir Fatimah bergetar, dia merasa tak sanggup saat melihat kondisi dari Grandpanya.
"Grand--pa, pu--punya permintaan. Tolong kabulkan permintaan ku yang satu ini?" Tuan Aleandro berucap dengan terbata.
Hal itu membuat semua orang yang ada di sana merasa makin sesak, mereka sangat takut jika Tuan Aleandro akan meninggalkan mereka saat itu juga.
"Apa, Grandpa? Katakanlah!" Kata Fatimah.
"Menikahlah, sebelum Grandpa tiada. Grandpa, mohon." Ucapnya memelas.
Tuan Aleandro terlihat mengambil napas dalam sambil memegang dadanya, rasa sesak semakin terasa.
Semua yang ada di sana, terlihat sangat kaget. Bukan karena apa, hanya saja Fatimah memang tak mempunyai seorang kekasih.
Lalu, bagaiaman bisa dia mengabulkan permintaan Tuan Aleandro.
"Grandpa punya calon untuk kamu, dia sedang di jemput oleh Cristhina." Kata Tuan Aleandro dengan napas tersenggal.
"Ta--tapi, akau tak mau menikah dengan pria yang tak aku kenal." Tolak Fatimah.
"Demi Grandpa," ucapnya lagi.
Tepat di saat itu, Christina datang dengan seorang pria yang terlihat sangat tampan dan juga gagah. Mereka langsung berjalan menghampiri Tuan Aleandro.
Lelaki tampan itu, langsung mengedarkan pandangannya. Kemudian, dia tersenyum pada setiap orang yang ada di sana.
"Saya, Rudi Hartono." Ucapnya memperkenalkan diri.
Seketika ingatan Aby, adik dari Fatimah teringat akan mantan pemain bulu tangkis asal Surabaya yang bernama Rudi Hartono.
Dia pun mendekati Fatimah, lalu berbisik tepat di telinganya Kakak Cantiknya.
"Bae-bae, Kak. Kalau nikah sama dia, elu pasti ditangkis kalau engga di smash." Setelah mengatakan hal itu, Aby terlihat mengatupkan mulutnya menahan tawa.
Najma sempat melirik ke arah putranya itu, pasti dia sudah membisikkan kata-kata yang konyol pada Fatimah.
Secara, Aby memang terkadang suka berbicara dengan gayanya yang terkadang tak tahu situasi.
Fatimah sempat merutuki ucapan adiknya, dia begitu kesal mendengar ucapan adiknya itu. Menurutnya, kenapa dia harus berkata seperti itu di saat yang genting seperti ini?
"Nak, Rudi." Panggil Tuan Aleandro.
"Ya, Tuan." Jawab Rudi.
"Mendekatlah," pinta Tuan Aleandro.
Rudi pun menurut, dia langsung duduk tepat di samping Tuan Aleandro. Lalu, dia menggenggam tangan Tuan Aleandro dengan erat.
Tuan Aleandro terlihat mengayunkan tangannya, dia seakan mengisyaratkan kalau dia ingin berbisik kepada Rudi.
Rudi pun segera mendekatkan kupingnya ke arah bibir Tuan Aleandro, tak lama Tuan Aleandro pun terlihat berbisik kepada Rudi.
Setelah mendengar ucapan Tuan Aleandro, Rudi pun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Semua yang ada di sana, nampak terheran-heran.
Mereka jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang mereka sedang bicarakan? Kenapa terlihat sangat rahasia dan terkesan ditutup-tutupi?
Sebenarnya, Aksa kurang setuju jika putrinya Fatimah dinikahkan begitu saja dengan lelaki yang tidak dia kenal sama sekali.
Akan tetapi, Aksa merasa tak enak hati. Jika harus menolak permintaan terakhir dari mertuanya. Walau dengan berat hati, Aksa sudah memutuskan untuk menerima apapun keputusan dari Tuan Aleandro dan Fatimah sendiri.
"Nak Rudi sudah bersedia untuk menikah dengan kamu, Nak. Grandpa mohon, menikahlah dengan Nak Rudi. Agar Grandpa, bisa istirahat dengan tenang." Ucap Tuan Aleandro.
Fatimah sempat melirik ke arah Rudi, pria itu terlihat tampan, gagah dan juga terlihat berkarisma. Mungkin tidak ada salahnya, jika dia mencoba untuk membuka hati.
"Mau kan, menuruti keinginan Grandpa untuk terakhir kalinya?" tanya Tuan Aleandro lagi.
Dalam hatinya yang paling dalam, Fatimah merasa tersinggung. Secara tidak langsung, dia seperti tidak mampu mencari sosok lelaki yang bisa menjadi imam yang baik untuk dirinya.
Fatimah lalu mmenatap Najma dan juga Aksa, walau bagaimanapun mereka adalah orang tua Fatimah. Dia berhak meminta pendapat dari kedua orang tuanya.
"Ayah, Bunda?" Fatimah seolah sedang meminta jawaban.
Aksa dan Najma terlihat berat hati, akan tetapi keputusan ada di tangan Fatimah.
"Kamu sudah besar, Nak. Walaupun Ayah berat untuk melepaskan kamu, tetap saja keputusan ada di tangan kamu." Jelas Aksa.
Sebenarnya, Fatimah tak ingin menikah dengan Rudi. Entah kenapa, dia merasa di balik kesempurnaan Rudi, ada hal tak baik yang tak bisa dia lihat.
Akan tetapi, demi permintaan terakhir dari sang Grandpa. Dia pun akhirnya menganggukkan kepalanya, dia rela menikah dengan lelaki yang benar-benar tak dia kenal sama sekali.
Tuan Aleandro langsung berdecak senang, dia langsung tersenyum dan memanggil Cristhina.
"Cristhina, tolong siapkan semuanya. Beaok pagi, saya mau mereka melangsungkan acara pernikahan." Titah Tuan Aleandro.
Cristhina langsung membungkuk hormat." Siap, Tuan."
Cristhina langsung meminta semua berkas penting kepada Najma, untuk keperluan syarat nikah. Begitu pula dengan dengan Rudi, Cristhina meminta kelengkapan berkas peribadi milik Rudi.
Keesokan harinya, pernikahan itu pun benar-benar terlaksana. Fatimah menikah dengan Rudi secara sederhana, hanya dihadiri oleh kedua belah pihak keluarga dan juga beberapa sanak saudara.
Tak ada kata mewah ataupun kata wah, karena memang pernikahan ini adalah pernikahan dadakan. Tidak akan mungkin dalam beberapa jam saja pernikahan itu akan terlaksana dengan hal yang sangat luar biasa.
Tepat setelah Fatimah menikah dengan Rudi, Tuan Aleandro pun menghembuskan nafas terakhirnya. Ada rasa sesak yang menguasai dada Fatimah, akan tetapi ada rasa lega karena dia sudah menuruti permintaan terakhir dari Grandpanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
grandfa gk tau apa kelakuan Rudi sebelum akhirnya mau menikah kan dengan cucu nya
2022-10-11
0
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
tampan fisik...tapi minus akhlak
2022-10-11
0
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
cinta sejati...
2022-10-11
0