Rudi segera bangun dan mengedarkan pandangannya, tak juga dia melihat istrinya. Rudi pun memutuskan untuk mandi dia mengambil handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Saat Rudi membuka pintu kamar mandi, langkahnya langsung terhenti. Karena dia melihat sesuatu yang selama ini tak pernah dia lihat.
Fatimah sedang berdiri dengan tubuh polosnya, air shower mengguyur tubuh indahnya. Terlihat begitu seksi dan menggoda.
Rudi baru sadar jika tubuh istrinya begitu indah, terlihat padat dan terbentuk dengan sempurna. Maha karya Tuhan yang benar-benar memanjakan mata, membuat Rudi membeku seketika.
Satu bulan dia sia-siakan, satu bulan dia hanya membiarkan Fatimah di dalam dekapannya saja. Bukannya dia tak mau, hanya saja dia terlalu memikirkan wanita lain. Bahkan wanita yang telah sah menjadi istrinya dia anggurkan begitu saja.
Rudi menelan salivanya dengan susah payah, bahkan miliknya terlihat sangat menegang. Celananya terlihat semakin sesak, membuat Rudi terasa ingin menerkam istrinya saat itu juga.
Fatimah yang telah selesai membilas tubuhnya, langsung mengambil kimono mandi. Saat Fatimah hendak memakai kimono mandinya, Fatimah terlihat sangat kaget karena melihat Rudi yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Mas! Kamu ngapain di sini?" tanya Fatimah.
Fatimah langsung memakai kimono mandinya dengan cepat, sedangkan Rudi yang seakan tersadar langsung menghampiri Fatimah.
"Mas mau mandi," jawab Rudi.
"Ya udah, mandi situ." Fatimah langsung melangkahkan kakinya.
Dia hendak keluar dari kamar mandi, akan tetapi Rudi langsung memeluknya dari belakang. Dia menciumi leher jenjang Fatimah dengan tangan yang mulai nakal merambat kemana-mana.
"Mas!" sentak Fatimah.
Rudi menghentikan aksinya, dia membalikan tubuh Fatimah lalu memandangnya dengan lekat.
"Apa?" tanya Rudi dengan wajah yang sudah mendamba.
"Besok kamu mau nikah, mau berangkat jam berapa?" tanya Fatimah berusaha mengalihkan perhatian.
Bukannya dia tak mau memberikan hak suaminya, hanya saja jika mengingat suaminya yang akan menikah lagi, membuat hati Fatimah terasa sangat sakit.
Wajah Rudi berubah pias, bahkan dia sampai lupa akan niatnya untuk menikahi Audy kekasihnya. Karena yang ada di otaknya saat ini hanyalah bayangan tubuh Fatimah yang terlihat begitu indah.
Bodoh sekali pikirnya, selama ini hanya dia sentuh tapi tak pernah dia rasakan kenikmatannya seperti apa?
"Mas?"
"Eh... besok Mas berangkat pukul delapan saja, nikahnya juga siangan. " Jawab Rudi.
"Oh... aku pakai baju dulu ya. Aku langsung ke dapur saja, kita makan malam bersama." Kata Fatimah.
Rudi tak bisa berkata apa-apa, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah.
Setelah kepergian Fatimah, Rudi hanya bisa merutuki kebodohannya. Dia sangat menyesal karena yang indah tak pernah dia jamah, sedangkan tubuh Audy malah dia nikmati.
"Bodoh! Kenapa gue bodoh banget? Tubuh istri gue malah lebih bagus kemana-mana, kenapa gue malah tergoda sama tubuh Audy?" ucap Rudi bermonolog sendiri.
Rudi dengan cepat menyelsaikan mandinya, segera memakai baju dan langsung menghampiri Fatimah di dapur.
Saat Rudi tiba, Fatimah terlihat sedang menata makanan di atas meja. Dia terlihat cekatan, dan selalu melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.
Padahal dia selalu sibuk bekerja, tapi tak pernah sekalipun menelantarkan urusan rumah tangga. Rudi akui Fatimah sangat sempurna sebagai seorang istri, pikiran Rudi pun kini mulai goyah.
Akan tetapi, dia tak mungkin menghindari pernikahannya dengan Audy. Karena ada bayi yang sedang Audy kandung, tentunya itu adalah anak Rudi.
"Mas, kenapa malah diem? Sini, aku sudah buatin Ayam kecap kesukaan kamu." Fatimah langsung mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi dan Ayam kecap.
Rudi langsung duduk dan menerima piring yang sudah Fatimah siapkan lengkap dengan isinya, rasanya dia menjadi enggan untuk menikahi Audy.
Sedangkan Fatimah terlihat biasa saja, setelah menyiapkan makanan untuk suaminya, dia segera makan. Sesekali dia terlihat memandang Rudi lalu tersenyum dengan sangat manis.
Itulah Fatimah, walaupun hatinya terluka dia selalu bisa menyembunyikan lukanya. Dia selalu berusaha agar terlihat baik-baik saja.
Melihat senyum manis Fatimah, membuat Rudi makin enggan untuk menikahi Audy. Bahkan, dadanya terasa sesak.
Menyesal?
Mungkin itulah yang kini mulai memenuhi rongga dadanya, membuat Rudi terlihat merasa bersalah pada istri cantiknya itu.
Selepas makan malam, Fatimah langsung duduk di ruang keluarga sambil memangku laptopnya. Karena besok dia akan bertemu dengan klien penting.
Rudi langsung menghampiri Fatimah dengan membawakan satu gelas coklat hangat untuk Fatimah, lalu dia duduk tepat di samping Fatimah.
"Diminum dulu, Ra. Mumpung masih anget," ucap Rudi dengan nada perintah.
Fatimah menutup laptopnya, lalu mengambil coklat hangat tersebut dari tangan Rudi.
"Makasih, ya, Mas." Fatimah langsung menyesap coklat hangat tersebut.
"Enak?" tanya Rudi, Fatimah menganggukan kepalanya. "Besok hari minggu, kamu kok masih sibuk aja?" tanya Rudi.
"Besok ada klien penting, Mas. Sorenya dia mau balik ke Negara A, jadinya kami harus bertemu besok siang." Jelas Fatimah.
Fatimah terlihat meletakan cangkirnya, lalu kembali menyalakan laptopnya.
"Ra..." panggil Rudi.
Rudi terlihat merapatkan tubuhnya, hingga tubuh mereka kini saling bersentuhan.
"Apa, Mas?" tanya Fatimah dengan alis yang sudah naik satu.
"Mas mau peluk, boleh?" tanya Rudi.
Fatimah sebenarnya sangat enggan, akan tetapi dia masih ingat jika dia adalah seorang istri dari lelaki yang bernama Rudi Hartono itu.
"Boleh, tapi akunya sambil ngerjain ini ya... " kata Fatimah.
"Ngga apa-apa, yang penting aku bisa peluk kamu." Kata Rudi.
Rudi langsung memeluk Fatimah dari belakang, sedangkan Fatimah terlihat asik dengan pekerjaannya. Sesekali tangan Rudi terlihat mengelus pundak Fatimah dan memberikan pijatan-pijatan lembut di sana.
Sebenarnya Fatimah merasa tak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh suaminya, dia wanita normal. Usianya saja sudah dua puluh lima tahun, saat Rudi menyentuhnya tubuhnya terasa meremang.
Bahkan saat tangan Rudi memijat pundaknya, tubuhnya terasa di aliri aliran listrik yang tiba-tiba saja menyengatnya. Fatimah ingin merasakan hal yang lebih, tapi dengan cepat dia menetralkan pikirannya.
"Sadar, Ra. Besok dia mau nikah lagi, elu jangan terbuai sama sentuhannya. Dia emang laki elu, tapi hatinya bukan milik elu." Gumam Fatimah dalam hati.
"Ra, ada yang bisa Mas bantu?" tanya Rudi dengan tangannya yang mulai membelai puncak dada Fatimah.
Fatimah menarik nafas dalam, dia merasa tubuhnya benar-benar menginginkan sesuatu yang lebih.
"Ngga usah, Mas. Tinggal dikit lagi," ucap Fatimah beralasan.
"Ra, hijabnya buka ya? Kan ngga ada Bibi, cuma aku aja yang lihat." Pinta Rudi.
Fatimah menghentikan aktivitas tangannya, lalu membuka hijabnya. Rudi terlihat sangat senang, dia langsung mengecup leher jenjang istrinya.
"Mas, geli... akunya lagi kerja." Ucap Fatimah manja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ida Naurah
awas aj klw sampe Fatimah luluh sama sirudi
2025-02-11
0
neng ade
syukurlah klo Rudy cepat sadar jika istri. nya itu lebih cantik dari si Audy.. cuma sayang km tuh. ush membuat Fatimah sakit hati dan terluka karena usia pernikahan nya aja baru sebulan tapi udh mau nikah lagi
2024-02-27
0
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
akhirnya cepat sadar juga itu si Rudi
knp juga kau tergoda sama yg lain segala kau awal gk saling suka buatlah saling mencintai aja dengan satu sama lain gk dengan tergoda sama yg lain
2022-10-11
0