Cinta Yang Terpendam
Sore hari di jalanan ibukota, kemacetan yang terjadi hampir di setiap ruas jalan, terlebih di jam jam rawan seperti di jam pulang kerja seperti sekarang.
Sebuah mobil terus melintasi jalanan yang semakin padat, setelah menempuh waktu yang cukup lama sampailah mobil tersebut di parkiran bawah tanah gedung sebuah apartemen.
Seorang pria dengan pawakan tinggi gagah keluar dari mobil dan bergegas membuka pintu lainnya. Dengan sopan pria itu meletakkan tangannya di samping atap mobil, mempersilahkan penumpangnya untuk turun dengan hati-hati agar kepalanya tak membentur atap mobil, kemudian turunlah seorang wanita sambil membetulkan letak rok nya yang terlihat kusut. Gadis itu memberikan sedikit senyuman yang tertahan, terlihat gugup.
Sultan kemudian menutup kembali pintu mobil lalu berjalan menuju bagasi, mulai mengeluarkan satu per satu barang dari sana. Keduanya berjalan beriringan menuju lobby lalu naik lift menuju lantai tujuh gedung itu. Tak ada percakapan yang terjadi antara keduanya.
Hening.
Sampai keduanya tiba.
"Biar aku tunjukkan padamu, ini ruang tamu, dapurnya ada di sebelah sana!" Sultan menunjuk sebuah ruangan di bagian ujung.
Mereka berjalan mengelilingi setiap ruangan, terlihat sang pria sambil menjelaskan sementara istrinya hanya mengangguk.
"Ini kamar utamanya, maaf ... hanya ada satu kamar disini karena memang awalnya aku tinggal sendiri, kamu bisa istirahat disini," ucap Sultan.
Hanum melemparkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, desain interiornya terlihat sangat manly di dukung dengan semua aksesoris dan perabot yang ada. Perlahan gadis itu mulai berjalan mendekati peraduannya kemudian duduk di tepi ranjang sambil melihat Sultan melepas dasinya.
"Istirahatlah! Kamu pasti lelah setelah seharian menempuh perjalanan jauh." Sultan baru saja bangkit dari sofa yang terletak di samping pintu kamar.
"Aku mau mandi dulu Mas, badanku rasanya sudah lengket semua," balas Hanum.
Sultan membalikkan badannya tepat di depan pintu ketika akan keluar kamar.
"Ya, aku ada di ruang kerja. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, panggil saja kalau kamu perlu sesuatu."
"Terimakasih banyak Mas."
"For what? " Sultan menatap wajah istrinya.
"Semuanya, terimakasih untuk semua yang sudah Mas Lakukan untukku," lirih gadis itu.
Sultan mengangguk, kemudian membuka pintu dan segera meninggalkan kamar sementara Hanum bergegas ke kamar mandi, merasa sudah sangat ingin membersihkan diri.
Hanum Salsabiela Himawan, gadis berusia dua puluh dua tahun yang beberapa waktu lalu sempat menjadi janda. Suaminya tewas dalam bertugas menjaga perbatasan negara akibat terjadinya kerusuhan disana.
Sakti, nama mendiang suaminya yang meninggal setelah mendapatkan perawatan intensif selama tiga hari di rumah sakit khusus tentara. Hanum merasa sangat hancur saat itu karena dia belum sempat merasakan manisnya menjadi pengantin baru dan sudah langsung di tinggal kan oleh suaminya untuk pergi bertugas, sehari setelah upacara pernikahan.
Sakti memberikan wasiat terakhir kepada Sultan, kakak kandungnya agar pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu mau menggantikannya menjaga wanita yang sangat dicintainya dengan cara menikahi Hanum setelah kepergiannya. Merasa hanya Sultan lah satu-satunya orang yang tepat untuk itu.
Lima bulan setelah masa berkabung, Sultan dan Hanum telah resmi menikah atas restu dari seluruh keluarga besar. Dan tepat pada hari itu juga, Sultan membawa istrinya ke Ibukota karena alasan pekerjaan, meninggalkan Semarang, kota dimana keluarga besarnya tinggal.
Lima belas menit berlalu, Hanum keluar sudah mengenakan piyama lengan pendek berwarna maroon yang terlihat sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Rambutnya di ikat tinggi kuncir kuda, dia berjalan sambil meratakan moisturizer di wajahnya.
Gadis cantik yang baru saja menikah pada pagi tadi itu berhenti tepat di depan pintu ruang kerja suaminya, baru saja dia berniat membuka pintu tapi alangkah terkejutnya dia karena mendadak pintunya terbuka.
"Oh, kamu sudah selesai?" Sultan juga terkejut mendapati Hanum muncul di depannya.
"Ya Mas, lekas mandi! Aku akan menyiapkan makan malam," balas Hanum.
"Baiklah."
"Oh ya, apa ada makanan yang ingin kamu makan?" tanya Hanum.
"Terserah kamu saja, aku bisa makan apa saja karena aku bukan pemilih makanan," jawab Sultan.
"Baiklah kalau begitu." Hanum mengangguk.
Segera gadis itu menuju dapur, membuka kulkas lalu menghela nafas panjang begitu melihat isi kulkas. Hanya ada beberapa sayuran, daging ayam, makanan ringan dan minuman kaleng yang tersusun rapi di tempat nya.
Setelah sejenak berpikir dirinya hendak memasak apa, tak lama kemudian Hanum mulai lincah meracik bahan makanan, menyalakan kompor dan mulai sibuk dengan spatula. Memotong sayur sambil sesekali mengaduk-aduk isi wajan.
Aroma wangi masakan yang menyeruak ke seluruh penjuru ruangan membuat Sultan merasa lapar, lelaki itu mulai berpikir apa yang sebenarnya sedang dimasak oleh istrinya karena baunya saja sudah sangat menggugah selera.
"Apa ada yang bisa aku kerjakan?" tawar Sultan.
Hanum menoleh dan mendapati suaminya sudah berada di sampingnya, pria itu terlihat berbeda dengan pakaian kasual. Ini pertama kalinya Hanum melihat suaminya tanpa setelan formal.
"Tidak perlu, ini sudah selesai. Duduk dan tunggulah sebentar biar aku siapkan," timpal Hanum.
Sultan menarik bangku dan duduk disana sambil memperhatikan istrinya sibuk menyelesaikan masakannya. Sudah ada ayam goreng mentega, capcay dan bakwan jagung manis diatas meja. Hanum mengambil piring, mengisinya dengan nasi lengkap dengan lauknya lalu menyodorkan pada suaminya, tak lupa pula ia menyodorkan segelas air.
Mereka makan dalam diam, hanya suara sendok yang beradu dengan piring yang terdengar memenuhi ruangan tersebut.
Selesai makan malam, kini keduanya sudah berada di dalam kamar sekarang. Mereka sama-sama canggung, bingung mesti berbuat apa.
Sultan berjalan ke arah kasur dan mengambil bantal lalu meletakkannya di sofa. Dia merebahkan badannya yang sudah amat penat.
"Tidurlah, sudah malam," ucap Sultan
"Tapi ...,"
"Aku tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak padamu, aku tahu kita menikah karena keadaan. Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa ijin darimu, percayalah," ucap Sultan seolah mengerti dengan apa yang sedang ada di pikiran istrinya.
"Bukan itu maksudku, tapi ...," sergah Hanum.
"Tidak perlu berpikiran macam-macam! Tidak apa-apa." Sultan mulai memejamkan matanya ketika melihat istrinya mulai terbaring.
Hanum menarik selimutnya sampai menutupi sebagian tubuhnya, gadis itu berusaha memejamkan matanya. Berguling, gelisah sampai berganti posisi namun nihil, dia sama sekali tidak mengantuk.
Hanum bisa melihat dengan jelas wajah tampan pria yang saat ini telah resmi menyandang status sebagai suaminya, ketika dirinya dalam posisi saling berhadapan. Terdengar dengkuran halus dari bibir Sultan, menandakan jika pria itu telah memasuki alam mimpinya. Gadis itu kemudian menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, berjalan menuju almari. Dicarinya kain tebal yang bisa dia gunakan untuk menghangatkan tubuh Sultan.
Dibentangkannya kain berwarna biru muda, mungkin Sultan begitu lelah akibat kesibukan selama beberapa hari yang lalu ketika berada di Semarang sehingga tidurnya terlihat begitu pulas.
Hanum kembali merebahkan diri di atas kasur, meraih remote pengatur suhu udara, mengaturnya agar tak terlalu dingin.
Itulah yang dia lakukan di malam pertama pernikahannya.
.
Tbc ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Oh Dewi
mampir ah, mana tau seru.
Demi apa, sesusah itu nyari novel yang seru. Btw, mau sekalian rekomendasiin novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, wajib search pakek tanda kurung.
Bagus banget novelnya, tapi ya gitu minim pembaca😈
2022-08-31
0
Dream Girl
Menarik😍
2022-05-09
0
Wida Ratna
love akk sy hdr jg
2021-06-11
0