"Apa tidak enak?" tanya Hanum saat melihat ekspresi suaminya ketika tengah menyantap sarapan paginya.
"Enak kok," jawab Sultan singkat.
"Lalu kenapa kamu terlihat seperti sedang berpikir?" telisik Hanum.
"Aku hanya belum terbiasa saja, rasanya seperti mimpi. Saat ini ada orang yang mengurus segala keperluanku dan juga memasak untukku." Sultan tersenyum sambil mengunyah makanannya.
Hanum melemparkan senyumnya, lalu mengangguk.
"Hm, kamu kerja dimana mas? Aku bahkan tidak tahu sedikit pun tentangmu?" Hanum menggelengkan kepalanya, payah.
Tiba-tiba Sultan tersedak membuat Hanum gerak cepat memberikan segelas air padanya, Sultan mereguk habis sampai isi dalam gelas kaca itu tandas.
"Pelan-pelan mas, kenapa sampai tersedak?"
"Hm." Sultan mengangguk. "Aku bekerja di kantor Dinasty Group," imbuhnya.
"Astaga, itu kan perusahaan bonafid, pasti sangat sulit untuk masuk kesana, benar kan?" seru Hanum, dia merasa sangat terkejut karena suaminya bekerja di perusahaan raksasa yang hampir beroperasi di segala bidang.
"Lalu ... kamu bekerja sebagai apa?"
Sultan kembali meraih gelasnya, meminum beberapa teguk. Bola matanya liar, pria itu begitu gelisah, bingung hendak menjawab apa.
"Aku, hm ... itu, sebagai ...," Sultan memijit pelipisnya. terlihat sekali jika dirinya tengah kebingungan.
"Ya, mas kerja disana sebagai apa? Kamu di departemen apa? Staf atau ...," Hanum semakin penasaran.
"Ehhmm, itu ... manager," cetusnya. "Ya, aku jadi manager keuangan."
"Wah, keren sekali, pasti gajimu lumayan ya?Aku pernah dengar kalau menjadi staf disana saja gajinya sudah sangat menggiurkan apalagi menjadi manager ya? Pemilik perusahaan juga katanya sangat royal dan memperhatikan kesejahteraan karyawan nya. Lantas, sudah berapa lama Mas kerja disana?"
"Tiga tahun lebih mungkin."
Sesekali Sultan melirik istrinya yang masih tersenyum mendengar penjelasannya, untuk pertama kalinya dia melihat Hanum tertawa begitu lepas.
.
Matahari semakin naik,udara makin panas. Kedua pasangan suami istri itu kini tengah sibuk membersihkan rumah, menyapu lantai, mengepel, membersihkan debu-debu di sekitar perabotan.
Hanum mengganti gorden dengan warna pastel, mengubah letak sofa dan menata ulang, menaruh vas bunga di meja dan seketika ruangan itu berubah menjadi lebih segar dan ceria.
Sultan mengambil botol air dingin dari dalam kulkas, meneguk sampai setengah badan botol itu habis, kemudian berjalan pelan dan memberikan pada istrinya.
"Kamu mau minum?" tawarnya.
Hanum meraihnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meletakkan botol yang telah kosong itu di meja.
"Terimakasih," ucap gadis itu sambil merosotkan tubuhnya di sofa.
Sultan juga ikut duduk, dia menoleh ketika melihat keringat yang meluncur dari dahi menuju leher jenjang istrinya yang begitu putih.
Kenapa dia begitu seksi, batin Sultan.
Pria itu terus menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran nakal yang mulai menguasai pikirannya.
.
Malam hari tepat pukul tujuh, Hanum terlihat sibuk menata beberapa makanan ringan di meja sementara Sultan mulai menuang sirup dalam beberapa gelas.
Tak lama bel berbunyi, Sultan menaruh pitcher di atas meja, menghentikan sejenak pekerjanya lalu setengah berlari menuju pintu, muncullah teman-temannya begitu daun pintu terbuka lebar.
"Selamat malam Pak, kami datang," ucap seorang pria sambil memeluk Sultan.
"Selamat atas pernikahan mu," pria lain menimpali sambil memberikan sebuah pelukan juga kepada Sultan.
"Terimakasih semuanya, ayo silahkan masuk! Silahkan duduk," titah Sultan.
Mereka semua masuk dan mulai mengambil posisi duduk di tempat masing-masing yang membuat mereka nyaman. Hanum berdiri sambil memberikan senyum ramah mempersilahkan tamunya untuk duduk dan menikmati jamuan yang telah di sediakan.
"Perkenalkan, dia Hanum. Istriku." Sultan mendekati istrinya, menyentuh bahu Hanum. "Dan Hanum, kenalkan! Mereka rekan kerja juga teman-temanku," imbuh Sultan.
"Ini Raka, dia asistenku di kantor." orang yang di tunjuk Sultan tersenyum sambil menunduk kan kepalanya kemudian menjabat tangan Hanum.
"Ini Mira, Audi, Sekar, dan disebelahnya ada Akbar, rekanku di kantor. Dan yang di sebelah sana, Adam dan Reno, kami berteman sejak masih SMP," terang Sultan.
Jadi ini gadis itu, cantik sekali ... wajar Sultan begitu tergila-gila padanya. Pria bernama Adam membatin sambil terus mengamati wajah ayu dari istri sahabatnya.
Kenapa bisa secantik ini dia sekarang, di foto yang sempat ditunjukkan Sultan dulu, dia terlihat sangat imut dan juga polos. Kecantikannya tidak berubah, malah semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Cantik matang khas wanita dewasa, body nya juga bagus. Reno pun tak berhenti melihat Hanum yang terlihat sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Mereka semua terlihat senang, berbincang di selingi candaan yang membuat tawa mereka pecah sesekali. Suasana sangat riuh malam ini, mereka melanjutkan jamuan makan malam kemudian bercengkrama lagi hingga larut malam.
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, acara baru saja selesai. Sultan menyuruh Raka dan kawan-kawan untuk mengantarkan para wanita pulang ke rumah masing-masing.
Kini suasana sepi kembali setelah kepergian tamu mereka, tinggalah pasangan pengantin baru itu sibuk membereskan sisa-sisa acara tadi. Merapikan piring dan gelas yang berserakan, mencucinya dan meletakkan di tempatnya.
Sultan tengah menyapu di ruang tamu, dia terus tersenyum saat mengingat orang-orang dengan jelas memuji istrinya.
Bahkan Adam terang-terangan mengatakan kalau Hanum sangatlah cantik. Sultan senang mendapat tanggapan positif dari teman-temannya tentang Hanum. Masih terngiang saat Mira dan Audi berbisik memuji kecantikan istrinya.
Ah ... entahlah, Sultan merasa sangat bahagia saat ini, dia serasa melambung begitu teman-temannya melontarkan begitu banyak pujian untuk istrinya.
.
Di dalam kamar tidur, Sultan yang telah selesai berganti pakaian kemudian duduk di sofa, mulai sibuk dengan laptopnya di temani secangkir kopi hitam buatan Hanum.
Beberapa kali pria itu melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat meski Hanum sudah masuk kesana lima belas menit yang lalu.
"Mas ...." panggil Hanum dari dalam kamar mandi.
Sultan segera meletakkan laptopnya dan menghambur ke kamar mandi.
"Ada apa?" tanyanya, lalu pintu pun terbuka.
"Tolong bantu aku melepaskan resleting bajuku, ini tersangkut," ucap Hanum sambil membalikkan badannya kemudian menyibakkan rambutnya yang panjang dari punggungnya.
Sultan terlihat sangat gugup.
"Mas, ayo tunggu apa lagi!" seru Hanum.
"Ah, iya baiklah."
Perlahan Sultan mulai membuka resleting baju istrinya, tangannya gemetar seiring dengan keringat yang bercucuran. Ketika resleting terbuka dengan sempurna dan menampilkan punggung mulus istrinya, pria itu menutup matanya, dengan susah payah ia menelan salivanya.
Godaan apa ini Tuhan? batin Sultan.
"Sudah," ucap Sultan hampir tak terdengar.
"Terimakasih Mas." Hanum kembali menutup pintu kamar mandi.
Sultan melirik Hanum yang sudah terlelap dalam alam mimpinya, gadis itu segera naik ke atas ranjang begitu selesai mengganti baju. Dia tidur dengan begitu lelapnya, membiarkan Sultan tersiksa menahan hasrat kelelakiannya yang sempat muncul tadi. Sultan terus memperhatikan wajah cantik istrinya tanpa berkedip lalu menghembuskan nafas kasar.
Astaga ... aku yakin aku tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini. Sultan mengeluh.
Pria itu lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi, mandi air dingin dilakukannya semata untuk meredam hasratnya yang semakin tak terbendung. Akan sangat berbahaya kalau ini tidak segera dihentikan.
tbc ❤️
.
Mohon maaf jika ada kekurangan atau typo ya soalnya Author masih belajar.Ini karya pertama author. Mohon dukungannya 🙏🙏🙏
Love you all ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Wida Ratna
karya pertama tor tapi susunan katanya afik.. mudah dimengrti. tp aku penasaran tor itu si sultan manajer keuangan ato direkturnya y😁
2021-06-11
1
Nur Liswati
kasian sultan..
2021-04-19
1
Suryatina Handayani
kenapa harus menahan hasrat mu Sultan,kan sdh sah minta baik2 sm istri mu sdh siap kah jadi istri yg sesungguhnya utk mu,beres kan Sultan?
2021-04-05
1