Sinar matahari pagi terasa hangat menerpa wajah Hanum melalui sela-sela jendela. Beberapa kali dia mengerjapkan matanya, melirik jam dinding yang menunjukkan sudah pukul setengah enam pagi.
"Astaga! Ya ampun bisa-bisanya aku bangun kesiangan." Hanum segera beranjak menuruni ranjangnya, setengah berlari menuju kamar mandi.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, dia bergegas menuju dapur bermaksud untuk membuat sarapan. Langkahnya terhenti sesaat untuk melihat suaminya yang masih terlelap kemudian membuka pintu perlahan agar tak membangun pria itu.
Lagi, Hanum mendesah panjang manakala melihat isi kulkas yang hampir kosong, hanya ada beberapa butir telur, sosis dan minuman kaleng. Berpikir sejenak, bingung mau memasak apa, dia ingat betul beras juga sudah habis, hanya tersisa sedikit itupun sudah dimasaknya semalam.
Tak lama Sultan keluar dari kamarnya, lelaki itu berjalan sambil memegangi tengkuknya yang terasa sakit karena semalaman tidur di sofa yang bahkan tidak muat untuk tubuhnya yang tinggi.
"Kamu sedang apa?" tanyanya pada Hanum.
"Eh, sudah bangun? duduklah dulu, sebentar lagi sarapanmu telah siap," kata Hanum sambil meletakkan ommelet ke dalam piring.
Dia mendekati meja makan kemudian meletakkan piring berisi telur berbumbu itu ke hadapan suaminya. Menuangkan segelas susu dan menaruhnya tepat di sebelah kiri piring.
"Maafkan aku, hanya ini yang bisa aku buat, stok bahan makanan di kulkas habis," jelas Hanum.
"Baiklah kalau begitu, nanti kita bisa pergi berbelanja setelah sarapan," timpal Sultan.
Hanum mengangguk kemudian menarik sebuah bangku, duduk manis dan bersiap menghabiskan sarapan bersama setelah pergantian statusnya itu.
.
Sultan berjalan menyusuri tiap lorong supermarket sambil memegang troli sementara Hanum sibuk memilih bahan makanan yang akan dibelinya sambil sesekali melihat catatan di tangannya.
Mereka terus berjalan sampai akhirnya mereka tiba di depan kasir dengan keranjang penuh barang belanjaan. Kasir wanita yang sedang bertugas itu tersenyum dan menyembutkan nominal yang harus dibayar oleh hanum. Gadis itu menoleh ketika Sultan memberikan sebuah kartu kredit, dia dengan canggung menerimanya.
Mereka sampai di apartemen sore harinya, Sultan dengan cekatan membantu istrinya menata bahan makanan di kulkas. Membereskan beberapa barang dan menaruhnya pada tempatnya.
Selang beberapa menit kemudian.
Hanum meletakkan segelas jus jeruk di meja setelah melihat suaminya begitu kelelahan. Dia mengambil dompet dalam tasnya lalu mengeluarkan kartu kredit dan mengembalikan pada suaminya.
"Kenapa?" tanya Sultan, pria itu mengernyitkan dahinya, bingung.
"Aku kembalikan kartumu," cicit Hanum.
"Tidak perlu, kenapa mesti di kembalikan? Kamu kan istriku, kamu berhak mendapatkan nafkah dariku. Pegang saja, belilah apapun yang kamu mau dan tidak perlu sungkan. Uangku uangmu juga." Sultan kembali menyodorkan kartu kreditnya.
Melihat Hanum yang masih tak bergeming menimbulkan tawa kecil pada pria tampan itu.
"Pegang saja! Mulai sekarang ini telah menjadi milikm," imbuh Sultan saat melihat ekspresi canggung istrinya.
Dengan ragu Hanum menerima kembali kartu kredit tersebut, percuma dia menolaknya karena Sultan pasti akan memaksanya untuk tetap menerimanya.
"Oh ya, besok malam aku akan mengundang beberapa teman dan rekan kerjaku, aku harus memperkenalkanmu pada mereka sekaligus memberitahukan kalau kita sudah menikah, kamu tidak keberatan kan?" tanya Sultan.
"Tentu saja tidak, hm ... berapa orang kira-kira yang akan datang biar aku bisa mempersiapkan makanan untuk besok?"
"Tidak perlu repot-repot, aku akan memesan dari restoran tempat biasa aku pesan, hanya sepuluh orang kira-kira," Sultan menjelaskan.
"Ya sudah kalau begitu."
Hanum berlalu dan menuju kamar untuk kemudian mandi, dia merasa lelah setelah seharian berjalan kaki mengelilingi pusat perbelanjaan.
.
Sultan Chandra Pradipta, pria berusia dua puluh tujuh tahun dengan tinggi badan seratus delapan puluh tujuh centi meter. Tuhan menganugerahkan wajah yang tampan menawan lengkap dengan mata sedikit sipit, alis yang hitam lebat, bulu mata yang juga lentik yang diwariskan dari ibunya, hidung mancung dan bibir tipis dengan rahang yang tegas membentuk mukanya dengan sempurna. Membuat setiap kaum hawa terpesona ketika melihatnya. Sultan tipikal pria yang pendiam dan tertutup, dia diketahui belum Pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita sekalipun. Mauryn, satu-satunya wanita yang dekat dengan Sultan. Keduanya berteman sejak kecil, Mauryn sangat bergantung juga sangat dekat dengan Sultan terlebih ketika kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan, hubungan mereka menjadi sangat dekat.
Setahun yang lalu Mauryn pergi ke Amerika mengikuti suaminya yang bertugas disana, perlu diketahui, suaminya itu seorang diplomat.
.
Sultan mulai sibuk dengan laptopnya, meneliti beberapa file yang belum sempat dilihatnya karena beberapa hari dia tinggalkan. Pernikahannya yang berlangsung di Semarang telah menyita banyak waktunya.
Keringat meluncur di dahi lelaki itu, dia melirik sekitar lalu meraih remote control air conditioner di atas nakas kemudian menyesuaikan suhunya agar dia terganggu ketika meneruskan pekerjaannya.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, Sultan berulang kali memijat tengkuknya merasa sangat lelah juga karena efek tidur di sofa yang begitu sempit. Dia menggeliatkan badannya kemudian bangun untuk segera mandi.
Berjalan sambil terus menggerutu merasakan jam yang dirasanya sangat cepat berjalan, dia merasa baru saja bekerja dan tiga jam berlalu begitu saja sementara pekerjaannya masih belum juga selesai.
Sultan membuka pintu kamar dan melihat Hanum sedang duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya, gadis itu kemudian bangkit dari ranjang lalu mendekat ke arah suaminya.
"Mau aku siapkan air hangat untuk mandi?" tawar gadis itu.
"Tidak usah, aku akan mandi air dingin saja. Aku rasa cuaca akhir-akhir ini sangat panas," tolak Sultan, halus.
Hanum memberikan handuk yang baru saja diambilnya di lemari kemudian mulai memilih baju ganti untuk suaminya setelah Sultan masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar gemericik air dari dalam sana, Sultan merasa sangat segar setelah sekujur badannya tersentuh air. Mulai sibuk dengan shampo dan berulang menggosok rambutnya, lalu menuju wastafel untuk kemudian gosok gigi. Pandanganya terhenti pada sikat gigi baru berwarna pink yang bertengger di samping sikat gigi miliknya. Seulas senyum terbit di bibirnya manakala membayangkan dia sudah menikah dengan cara tak lazim seperti ini.
Dalam hati bersyukur karena mendiang adiknya mempercayakan mantan istrinya kepada dirinya. Dia juga kembali teringat bagaimana Mami, Papi dan juga kakeknya memaksanya untuk segera melepas masa lajang mengingat adiknya telah menikah terlebih dulu.
Sultan bingung karena dia belum memiliki kekasih sampai saat itu dan seketika terjadilah pernikahan instan, itupun dengan janda muda adiknya.
Sultan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, berpikir akan menjalani kehidupan rumah tangganya dengan baik meskipun dia tahu tak ada cinta sedikitpun dari istrinya. Dia merasa apa yang terjadi memang sudah suratan Tuhan dan dia hanya berharap takdir cintanya akan berakhir dengan manis dan indah. Pria itu mengusap wajahnya untuk menghilangkan sekelebat bayangan yang baru saja muncul di benaknya.
Hanum gadis ceria yang cantik, itu yang ada dalam pikiran Sultan. Terkadang dia tidak tahu harus berbuat apa ketika berhadapan dengan istrinya itu.
Sultan keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit dipinggangnya, masih terlihat jelas tetes-tetes air yang jatuh dari rambutnya.
Hanum tertegun melihat suaminya yang terlihat sangat seksi menurutnya,perut kotak-kotak dengan dada bidang yang ditumbuhi sedikit bulu rambut disana. Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya, takut tidak bisa menahan diri, saat ini saja dirinya sudah sangat gugup.
Hanum memberikan kaos berkerah warna maroon dan celana pendek warna mocca beserta underwear nya.Sultan menerimanyanya lalu pergi ke ruang ganti setelah mengucapkan terimakasih.
Warna yang pas dipadupadankan Hanum dengan baik sehingga terlihat sangat cocok di badan suaminya. Sultan berkaca, melihat tampilannya yang kini dirasa sudah sempurna. Hatinya bergetar dengan tiba-tiba jika dia memikirkan Hanum, darahnya terasa berdesir. Ada sekelumit rasa yang membingungkan yang dia sendiri tak tahu apa penyebabnya.
Sultan menghembuskan nafas panjang sebelum keluar dari ruang ganti. Dia bingung harus bagaimana melewati malam ini.
Pada saat pria itu ketika keluar, dia sudah mendapati Hanum membawakan secangkir kopi yang masih mengepul di atas nampan.
Ah ... lagi-lagi dia bingung harus bagaimana, dia merasa sangat canggung, kenapa juga jantungnya tidak bisa dikendalikan setiap kali berdekatan dengan Hanum.
"Mas, suka kopi kan?" suara Hanum membuyarkan lamunannya.
"Ah, iya ... terimakasih," jawab Sultan gugup.
Lelaki itu meraih cangkir kopinya kemudian duduk di sofa sementara Hanum menaruh nampan di atas nakas lalu mendaratkan bokongnya diatas kasur.
"Hm ... ternyata kamu bisa memasak dan mengurus rumah tangga dengan baik," celetuk Sultan, berusaha memecah keheningan.
"Ya, aku terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga sejak kecil, Ayah dan Bunda sama sekali tidak pernah memanjakanku meskipun aku putri tunggal," papar Hanum.
"Lalu kenapa kamu sampai berakhir dengan tinggal di panti asuhan?"
Sultan meletakkan cangkirnya setelah menyesap kopi hitam yang terasa sangat nikmat itu lalu menoleh, melihat wajah yang tertunduk diam.
"Maaf ...." sesal Sultan.
"Ayah dan Bundaku meninggal dalam kecelakaan pesawat sewaktu melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Seminggu sesudahnya aku tiba-tiba diusir dari rumahku sendiri oleh Tante, adik dari Ayahku. Aku belum begitu mengerti saat itu karena aku masih berusia dua belas tahun." Hanum mengirup oksigen sebanyak mungkin, berharap dadanya tak lagi sesak ketika udara masuk ke dalam paru-parunya.
"Lalu?"
"Lalu aku tinggal dengan keluarga Tante sampai aku lulus SMA, kemudian secara tiba-tiba mereka mengatakan niatannya untuk menikahkan aku dengan anak rekan kerja mereka. Aku bersikeras ingin kuliah, mereka tetap memaksaku sampai suatu hari sepulang dari kampus, aku mendengar percakapan orang-orang itu dan aku mengetahui kebenaran bahwa mereka telah menjual rumah dan beberapa properti milik ayah yang sebenarnya ditinggalkan untukku. Saat itu aku baru tahu alasan mereka menyuruhku untuk segera menikah."
"Agar ada lelaki yang akan menjagamu?" tebak Sultan.
Hanum menggeleng.
"Tebakanmu salah," Hanum menatap wajah suaminya. "Agar supaya mereka bisa dengan leluasa menguasai harta almarhum ayahku dan berusaha mengekangku dengan pernikahan yang sudah mereka rencanakan. Keluarga tanteku membuat hari-hariku disana seperti di neraka, mereka memperlakukan aku dengan tidak manusiawi." Hanum menyeka air mata yang mulai deras membasahi pipinya.
Sultan beranjak dari duduknya mendekati Hanum,meraih kepala gadis itu dan membenamkan di dadanya.
"Sudah cukup, tidak perlu di teruskan," bisik Sultan sambil membelai lembut rambut istrinya. "Kamu tidak perlu menceritakan tentang masa lalumu kalau hal itu hanya akan membuatmu merasa sakit hati."
Hanum mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Gadis itu menggeleng pelan, mulai melanjutkan lagi menceritakan kisah kelam yang menimpanya.
Hal yang membuatnya harus berakhir dengan tinggal di panti asuhan. Kisahnya dengan Sakti, mendiang suami juga adik kandung Sultan dimulai dari sana.
Hanum menceritakan tentang semua kisah hidupnya dengan jelas, tak satupun yang terlewatkan. Sultan tak berhenti mengusap lembut rambut istrinya, berusaha memberikan kekuatan untuk Hanum ketika gadis itu menceritakan kisah masa lalunya yang kelam. Sultan berpikir dengan begitu akan membuat Hanum lega.
Malam kedua mereka sebagai suami istri dilewati dengan saling menceritakan tentang kehidupan mereka masing-masing. Sampai larut malam, dan sekarang Hanum terbaring di atas kasurnya. Sultan menyelimuti tubuh kurus istrinya, menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik Hanum. Mematikan lampu kemudian dia beranjak menuju ruang kerja nya.
.
Tbc ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
mulai menarik cerita nya....
2023-05-16
0
Dahlia
aku hdr dsini lg kk Dian
2023-01-15
0
Wida Ratna
gambaran sosok sultan dgn perut kotak kotak dan mata agak sipit kyk aktor ala korea y tor, 😘😘
2021-06-11
2