Matahari sudah berada di atas singgasananya, cahayanya terasa panas menyengat kulit. Kebanyakan orang lebih memilih berada di dalam ruangan dan enggan berpanas-panasan, sementara ada sebagian lainnya tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
Suasana kantor terlihat ramai, setiap orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Perlahan Raka melangkahkan kakinya menuju ruangan atasannya. Dia mengetuk pintu sebelum masuk, kemudian membukanya dan seseorang yang tengah sibuk dengan beberapa file dihadapannya pun mendongak.
"Apa jadwalku setelah rapat dengan perusahaan You Advertising jam satu siang nanti?" tanya Sultan.
"Jam tiga Anda masih ada rapat dengan client dari Jepang untuk membahas kelanjutan mega proyek yang sudah kita sepakati sebulan lalu, Pak." Raka menjelaskan.
Dia duduk tepat di hadapan atasan nya sambil menunggu perintah, sesekali dia tersenyum melihat tingkah Sultan yang berulang kali menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri menandakan jika pria sekaligus atasannya itu sedang merasa tidak nyaman dengan lehernya.
"Kenapa kamu tersenyum?" tanya Sultan.
"Apa Anda kurang tidur semalam? Sepertinya anda sangat lelah," ucap Raka sambil tersenyum.
"Tidak, hanya saja badanku terasa pegal semua." Sultan melirik Raka yang masih saja tersenyum menahan tawanya.
"Apa yang kamu pikirkan hah? Otakmu itu sekali-kali harus dicuci."
"Memangnya ada yang salah dengan otakku, Pak? " sergah Raka.
"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam kepalamu saat ini? Sultan melepas kacamatanya dan menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya.
Raka terkekeh mendengar atasannya berkata demikian.
"Pak, katakan padaku apa menikah itu menyenangkan? Anda terus tersenyum dan saya lihat anda semakin bersinar saja setelah menikah."
"Akan sangat bahagia jika saja ada cinta di dalamnya," sahut Sultan.
"Jadi ... maksud anda, kalian tidak bahagia karena tidak saling mencintai begitu?" telisik Raka.
"Kamu tahu betul pernikahan kami adalah sebuah pernikahan kecelakaan yang tidak ada persiapan apa-apa, sekalipun cinta." Sultan mendesah jika mengingat bagaimana dia dan Hanum menikah.
"Lalu bagaimana rasanya?" lanjut Raka.
"Apa?"
"Malam pertama, Anda Pak." lagi-lagi Raka tertawa
"Pulang saja sana! Aku mempekerjakanmu bukan untuk meledekku." Sultan melempar tumpukan file dimeja tepat di muka Raka tapi pria itu mengelak.
"Aku tidak meledekmu Pak, sungguh ... aku hanya penasaran bagaimana rasanya, aku akan mempertimbangkan untuk segera menyusulmu kalau saja menikah itu menyenangkan," kilah Raka.
"Kamu pikir aku gila? Aku tidak mungkin memaksanya untuk melakukan itu sekalipun aku sangat menginginkannya!" sentak Sultan.
"Jadi, Anda masih bujangan pak?" Raka terkejut.
"Sialan! Bukan urusan mu, sudahlah kembali ke mejamu, menganggu saja." Sultan menggerutu.
Sementara Raka memunguti lembaran file yang berserakan di lantai, Sultan kembali sibuk memeriksa beberapa dokumen penting dihadapannya.
Raka berlalu setelah membereskan semuanya dan menaruhnya kembali di meja. Dia keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju mejanya, mulai sibuk dengan aktifitasnya di depan komputer. Pria itu melongok manakala mendengar sektretaris sedang asyik bergosip dengan beberapa staf lainnya, mereka terlihat asyik membicarakan Hanum, istri atasannya itu dengan berbagai macam sanjungan. Mereka begitu tertarik membicarakan segala hal tentang Hanum semenjak kedatangan mereka ke apartemen tempo hari.
.
Hanum duduk di sofa, menikmati potongan stroberi sambil menonton televisi. Dia merasa sangat lelah setelah membersihkan rumah, mencuci baju, menyapu dan mengepel lantai, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Tak lama kemudian gadis itu pun beranjak, merasa bosan dengan acara televisi, tidak ada yang menarik menurutnya.
Hanum berjalan keluar apartemen mencoba mencari sesuatu yang berbeda menurutnya.
Perlahan melangkah menuju taman di samping gedung apartemen, berkeliling sebentar kemudian duduk di bangku yang berada tepat di samping danau buatan. Tiba-tiba matanya menangkap sosok ibu muda dengan seorang anak kecil berusia empat tahunan sedang main bola bersama.
Anak kecil itu begitu senang memainkan bolanya hingga menggelinding dan berhenti tepat di kaki Hanum, anak itu berlari dan meraih bola yang diberikan Hanum.
"Terimakasih, Mbak," ucap si ibu yang kini sudah menghampiri Hanum kemudian duduk disamping gadis itu. "Anda penghuni baru ya? Sepertinya saya belum pernah melihat anda sebelumnya," lanjutnya.
"Iya kak, saya tinggal di lantai tujuh. Kenalkan, saya Hanum, Kak." Hanum mengulurkan tangannya.
"Anna," sahut wanita itu sambil membalas uluran tangan Hanum.
"Nama kamu siapa gadis kecil?" meras gemas, Hanum mencubit pipi anak kecil dengan rambut yang di kepang itu.
"Felicia, Tante." anak kecil yang saat itu sedang duduk di pangkuan ibunya pun tersenyum.
"Senang bertemu denganmu Hanum, kapan-kapan main ke apartemenku ya Han! Ada di lantai lima," terang Anna.
"Iya Kak," balas Hanum.
"Feli sayang, kita pulang yuk! Kita sudah lama di taman, mama capek," ucap Anna sambil mengelap keringat di dahi putri kecilnya
"Dadah tante, besok main lagi ya!"
gadis cilik itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Hanum.
"Iya sayang, besok kesini lagi ya kita main bola sama-sama," sahut Hanum, membalas lambaian tangan pada ibu dan anak yang mulai menjauh.
Hanum kembali bosan, dia yang merasa kesepian lalu memutuskan untuk kembali ke apartemennya.
.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Hanum masih setia menunggu suaminya di ruang tamu.
Tak berselang lama Sultan pulang, layaknya seorang istri yang menyambut kedatangan suaminya, Hanum mencium punggung tangan suaminya.
Sultan tersenyum, dia masih belum terbiasa dengan aktifitas yang dilakukan oleh Hanum. Sepertinya dia harus mulai membiasakan diri dengan rutinitas itu dan juga status barunya.
Hanum mengambil alih tas kerja dan jas suaminya.
"Mas mau makan dulu, atau mau mandi dulu?" tanya Hanum.
" Mandi dulu saja," Sultan menyahut.
"Ya sudah aku siapkan air hangat dulu ya."
Hanum berlalu, mulai bergerak ke kamar mandi mengisi bathub dengan air hangat, menuangkan essentials oil dan menyalakan lilin aromaterapi untuk merilekskan tubuh Sultan yang terlihat sangat lelah.
Kaos berkerah warna navy dan celana pendek warna hitam lengkap dengan pakaian dalam sudah tersedia di atas kasur dan Hanum kini sibuk mempersiapkan makan malam di dapur. Dia melakukan semua pekerjaan dengan sangat baik, gadis yang masih menikmati masa-masa menjadi pengantin baru itu pun menghela nafas lega begitu dirinya selesai dengan pekerjaannya dan duduk manis sambil menunggu suaminya untuk makan malam bersama.
Tbc...❤️❤️❤️
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Suryatina Handayani
pengantin baru aktivitas cuma bersih2 rmh aj,menunggu suami pulang,mkn malam trus tidur.hadehhh...rutinitas yang membosankan yaa
2021-04-05
0
Yhu Nitha
like2
2020-09-02
2
Mei Shin Manalu
Thor kyk spasinya sering kelupaan nihh. .
2020-09-01
3