FHADLAN GENERASI MILINIUM-TRENDI
FHADLAN GENERASI MILINUM-TRENDI
Merupakan lanjutan Legenda Cincin Pintak Pinto (CINCIN PERBENDAHARAAN RAJA SULAIMAN),
Jangan lupa kasih like, love dan komen.
Jika di rasa bagus dan bernanfaat tolong juga Bantu Share sama yang lain
*****
Dari pagi matahari terlihat murung memancarkan warna kemerahan seolah sedang menangisi sesuatu. sekalipun Cuaca sangat cerah namun suasana Kota Tapus terasa mencekam terlihat langit agak kemerahan tertimpa sinar matahari yang nenembus setiap sudut Kota Tapus. Angin kencang seperti takhentinya berhembus menerbangkan debu debu jalanan. Orang orang pada memilih sembunyi di dalam rumah seperti ada sesuatu kejadian yang sedang menakutkan. Hanya satu dua penduduk yang terlihat nelintas di jalanan itupun karena mereka memiliki urusan yang sangat penting.
Makin sore sinar matahari semakin merah, terlihat semua awan yang tadi putih seperti salju sekarang berwarna merah darah terkena sinar matahari. Langgit Kota Tapus yang kemerahan tiba tiba di datangi segerombolan Kalong yang jumlahnya ribuan melintas di atas kota, seperti sedang melakukan parade semua kalong berbaris rapi terbang kearah hulu sungai. Seperti tak habis habisnya gerombolan kalong yang melintas memenuhi langit Kota Tapus, hingga tak tau di mana pangkal dan di mana ujungnya.
Dari sebuah rumah megah di Kota Tapus terlihat seorang tua menuntun cucunya kesembuah ruko sembako di pinggir jalan. Si nenek bukannya ingin berbelanja tapi menuju sebuah ruko kosong di sampingnya. Dia memasuki ruko yang terlihat hanya sebagai gudang, di situ terlihat banyak ibu ibu sedang mencacah tembakau.
Melihat umi Kalsum masuk membawa cucnya, Ibu Lela pemilik toko menyapa umi Kalsum saat memasuki rukonya.
"Umi Kalsum... Matahari lagi sakit kok malah bawa cucunya keliaran ke luar rumah" kata ibu Lela menegur Umi Kalsum.
Umi Kalsum cuma tersenyum kecut mendengar teguran ibu Lela.
"Umi kehabisan sirih, jadi umi kesini untuk numpang makan sirih" ucap umi kalsum.
"Lagian uminya Albara akan melahirkan, makanya Albara juga umi bawa kesini biar gak mengganggu uminya" Lanjut umi Kalsum.
"Umi Sarah mau melahirkan?" tanya nenek Pairan ibunya Ibu Lela sambil menawarkan sirih pada umi Kalsum.
"Iya Rani" Jawab Umi Kalsum memanggil Pairan dengan panggilan Rani.
Nenek Pairan merupakan teman kecil umi Kalsum, semasa mereka sekolah Umi Kalsum selalu memanggil Pairan dengan panggilan Rani, bahkan sampai nenek nenek umi Kalsum masih memanggil Pairan dengan panggilan Rani.
"Kalau bisa melahirkannya ditunda hingga pertukaran hari jam 00 nanti" saran nenek Rani.
Nenek Rani juga melipat sirih untuk di makan, seperti yang dilakukan umi Kalsum.
"Kalau di kepercayaan jawa anak kelahiran selasa legi merupakan anak pembawa sial" lanjut nenek Rani.
Saat ke dua nenek nenek ini ngobrol sambil makan sirih, ibu ibu yang sedang mencacah tembakau nyimak apa yang baru saja di ucapkan nenek Rani, mereka dengan yakin mendengarkan ucapan nenek Rani, hingga tak satupun dari ibu ibu yang mencacah tembakau bicara menyela obrolan umi Kalsum dengan nenek Rani.
"Iya umi... hari ini kan selasa legi, coba lihat dari pagi matahari memancarkan cahaya merah, dan sekarang seluruh langit seperti merah darah, angin kencang tak hentinya berhembus, lalu ribuan kalong melintas di atas kota, itu pertanda tidak baik kata orang tua tua" kembali nenek Rani mengingatkan.
"Ah kamu Rani dari dulu masih saja percaya yang begituan, kalau takdirnya memang di lahirkan hari ini apa anaknya harus di buang, kayak cerita pada zaman kerajaan kono?" tanya umi Kalsum lagi.
Nenek Pairan diam sejenak
"Gak gitu juga umi" ucap nenek Rani.
"Kalau menurut keyakinan jawa anak yang lahir hari Selasa Legi harus di pisahkan dari orang tuanya, cari aja saudara atau sanak famali yang juga habis melahirkan untuk menyusui anaknya Sarah" nenek Rani memberi solusi.
***
Kita lihat keadaan Ibu Sarah di rumah abu Daud, suasana di rumah Abu Daud sangat rame banyak sanak family berdatangan, Abu Daud tampak gelisah kadang duduk kadang berdiri hilir mudik dari dapur keruang tamu. Sudah hampir delapan jam umi Sarah istri abu Daud berjuang dengan maut saat akan melahirkan anaknya yang kedua. Tenaga umi Sarah sudah hampir habis tapi anaknya tak kunjung keluar, akhirnya ibu Sarah tergeletak lemas tak sadarkan diri, semua yang ada di ruang bersalin dari bidan hingga dukun beranak menjadi panik.
Bidan yang mendapingi Umi Sarah akhirnya menyerah segera merujuk umi Sarah kerumah sakit Kota Tapus. Bidan meminta Abu Daud memasuki Ruang bersalin, menyampaikankan keadaan istrinya yang sedang tergeletak pingsan.
"Pak Daud Yang sabar ya, keadaan Umi Sarah cukup menghawatirkan harus segera di bawa ke rumah sakit" kata bidan menyabarkan Abu Daud.
"Saya juga minta tolong carikan mobil untuk mebawa Umi Sarah" pinta bidan pada Abu Daud.
"Terima kasih buk bidan, saya akan usahakan" ucap abu Daud segera berlalu dari ruang bersalin.
Tahun 2002 Kota Tapus masih merupakan Kota kecil yang terosolir, transportasi belum begitu lancar, yang memiliki mobil pun baru satu atau dua orang saja, yang memiliki Handphone pun bisa di hitung jari, adapun mereka miliki handphone tapi pulsanya tidak ada. Keadaan mereka yang memiliki barang mewah pada saat itu seumpama mampu mbeli kuda tapi tak mampu membeli rumput.
Demikian yang di alami Abu Daud saat dia coba menelepon pihak rumah sakit tapi yang menjawab hanya veronita. Abu Daud makin panik tak tau harus melakukan apa, Abu Daud hilir mudik mencari keberadaan ayahnya Sultan Murod, namun yang di cari tak juga ketemu.
"Ada yang punya handphone yang memiliki pulsa gak?" tanya abu Daud.
"Tidak ada" jawab yang ada di rumah abu Daud.
Seseorang tamu yang ada di rumah abu Daud memperhatikan Abu Daud sedang susah gelisah, dia memduga tentu ada yang tidak beres dengan Umi Sarah, segera saja dia memanggil Abu Daud.
"Pak Abu Daud, coba duduk sini dulu, katakan ada masalah kah, sedari tadi saya lihat kamu linglung duduk tak tenang berdiri tak nyaman" ucap tamu tersebut.
"Ohhh pak RT" kata Abu Daud lalu duduk di samping tamu yang ternyata Pak RT.
Abu Daud seperti ikan yang sedang di obok obok tiba tiba mendapatkan mata air yang mengalir dengan bening mendengar ucapan pak RT, Dadanya yang tadi terasa panas sekarang sejuk bagai di uras dengan air semangka.
"Anu pak Rt. Istri saya harus di bawa kerumah sakit, keadaannya sudah sangat lemah, saya mesti cari mobil untuk membawanya ke rumah sakit" ungkap Abu daud Pada Pak RT.
"Masalahnya saya tidak bisa menghubungi pihak rumah sakit untuk memesan Ambulan" keluh Abu Daud.
"Mangkanya di bicarakan jagan masalah di telan sendiri" kata pak Rt.
"Abu Musa, kamu pamgilkan Abu Hamid, sampaikan kalau pak rt mengundangnya ke rumah Abu Daud untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting, waktunya sekarang" kata pak Rt.
"Baik pak Rt" ucap abu Musa singkat.
Abu Musa adalah adik Abu Daud yang paling bungsu, segera meninggalkan rumah kakaknya menuju rumah Abu Hamid yang tinggal tak begitu jauh dari rumah Abu Daud. Abu Hamid adalah seorang kaya di Kota Tapus tapi dia sangat terkenal kikir dan sombong, dalam hal kekayaan dia mengangap Abu Daud yang sedang naik daun sebagai saingannya.
Dalam beberapa tahun terakhir dia seperti memusuhi Abu Daud, karena dianggap mulai mengalahkan pamornya. Untuk menaikkan pamornya dari Abu Daud, maka Abu Hamid membeli sebuah Mobil L 300 second yang di belinya dua bulan yang lalu.
Adapun maksud dan tujuan pak Rt mengundang Abu Hamid adalah untuk memimjam mobilnya membawa umi Sarah yang sedang sakit ke rumah sakit Kota Tapus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Nekno Aleeka
mantap
2022-01-29
0