Sherina menghampiri Fhadlan yang masih sembunyi di balik pintu kamar sambil membawa asoi berisi ayam chiken dari ibu Zakiah yang di peruntukkan buat Fhadlan.
"Nak" panggil Sherina lembut.
"Nak Fhadlan" pangil Sherina lagi.
"Fhadlan... Lihat apa yang ibu bawak nak" kembali Sherina memanggil Fhadlan namun Fhadlan tak kunjung menyahuti panggilannya.
Sherina menutup daun pintu tempat Fhadlan ngumpet.
"Astagfirullah .... " ucap Sherina setengah berteriak saat melihat Fhadlan jatuh bersamaan dengan tergesernya daun pintu tempat senderanya.
"Kamu telah tertidur nak" ucap Sherina lalu memanggul Fhadlan, kemudian memindahkannya ke tempat tidur.
Sherina meneteskan air mata saat mengenang betapa takutnya Fhadlan pada ibu Zakiah hingga tertidur dalam persembunyiannya.
"Aduhai anakku, tak pernah ibu melihat bayi setampan dirimu, tidak juga ibu pernah dengar ada ada bayi yang baru di lahirkan lalu di benci dan di perlakukan sebagai musuh besar oleh seseorang" tangis Sherina di samping Fhadlan.
Sherina tidak pernah membedakan perlakuannya terhadap Fhadlan dari Rania anak kandungnya. Sherina menangis pilu sambil mendekap Fhadlan hingga dia sendiri tertidur di sampingnya.
Saat hampir Azan magrib Sherina terbangun dari tidurnya, di lihatnya Rania anaknya juga sudah tertidur di sampingnya tangannya masih memeluk asoi chiken pemberian ibu Zakiah. Pelan pelan sherina bangun seakan tidak ingin membangunkan kedua anaknya yang sedang tidur lelap.
Di ruang keluarga di lihatnya suaminya sedang merokok dengan segelas kopi di depannya.
"Sudah pulang pa, kenapa gak bangunin Sherina tadi, biar di buatkan kopi" ucap Sherina.
"Papa juga kasiann kamu Rin, dari pagi ngurusin dua anak yang macam macam tingkahnya, lagian bikin kopi apa susahnya" kata Perdinan menyebut nama kecil istrinya.
"Yah gak apa apa kok pa, emang itu tugasnya ibu. Ooo iya katanya kajek mau tinggal sama kita, kapan mau kesini" tanya Sherina.
"Iya, sudah di kamarnya di lantai atas kok Rin" kata Perdinan.
Emang rencananya Perdinan akan membawa ayahnya untuk membantu istrinya merawat anaknya, katena istrinya Sherina akan kebuka warung manisan di desanya. Kontrak mereka dengan keluarga abu Daud sudah berakhir dan berkat tabungan Sherina dari sebagian gaji yang di berikan abu Daud selama dua tahun menyusui Fhadlan mereka mampu mbangun sebuah warung sederhana di pinggir jalan memasuki desa mereka.
Perdinan berjanji membawa ayahnya yang sudah renta ke kediaman barunya. setelah dua minggu menrmpati rumah barunya, Perdinan memenuhi janjinya membawa ayahnya tinggal bersamanya dan hari ini Perdinan membawa untuk tinggal di rumaahnya.
Rumah yang di bangun Perdinan sesuai standar rumah di desa mereka, berupa rumah panggung dengan enam belas tiang. Separo bagian di bawah rumah, mereka jadikan warung manisan sebagai kegiatan istrinya Sherina dan kamar untuk mereka. Sedangkan separuh ruangan bawah mereka jadikan sebagai ruang tamu sekalian ruang keluarga dan dapur sedangkan Wc di buat terpisah tapi masih nyambung dengan bangunan induk.
Di ruang atas terdiri dari tiga kamar ruang keluarga dan dapur juga dengan wc yang terpisah tapi juga nyambung dengan bangunan induk. Jadi fungsi rumah mereka sudah mirip ruko.
"Yah kasian sama kakek sendirian di atas, apa tidak sebaiknya kita pindah ke kamar atas juga pa?" tanya Sherina.
"Gak harus gitu, kita bisa pakai kamar atas juga untuk kamar Rania, karena kita pasti sering di kamar bawah jika warung sudah di buka" ucap Perdinan.
"Iya deh, sekarang papa mandi sehabis Magrib kita makan, mama sudah masakkan sop ceker kesukaan papa" ucap sherina.
****
Sehabis magrib dan makan malam Perdinan, Sherina dan kakek Ammar ayah Perdinan duduk di ruang keluarga, Kakek Ammar terlihat seperti tidak bahagia, seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat. Sherina yang dari tadi cukup perhatian dengan ayah mertuanya bertanya.
"Kurang nyaman di sini yah?" tanya Sherina.
"Sangat nyaman nak" kata kakek Ammar.
"Ayah seperti mikir sesuatu apa ada yang salah Perdinan?" tanya Sherina lagi.
"Gak nak, ayah cuma kepikiran alangkah lamanya ayah hidup, ayah sudah tak pengen hidup lebih lama lagi" kata kakek Ammar.
"Ha ha ha," Sherina tertawa lucu mendengar jawaban ayah martuanya.
Saat itu Rania keluar kamar membawa asoi berisi ayam chiken pemberian ibu Zakia, di ikuti Fhadlan di belakangnya.
"Ma, ayam dedek ma" ucap Rania menarik baju ibunya.
Sherina bangun mengambil asoi berisi ayam chiken pemberian ibu Zakiah untuk Fhadlan.
"Ma makan, Rania makan sama dedek lan ya ma" ucap rania lagi.
"Iya mbak Rania dan dedek Fhadlan duduk dekat kakek ya" perintah Sherina lalu mendudukan Rania berjajar dengan kakek Ammar.
Sherina mengambil dua piring nasi lalu di berikan pada Rania dan Fhadlan.
"Cuci tangannya dulu" sherina mencuci tangan dua anaknya.
"Sekarang baca doa sebelum makan" kata sherina.
"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannar." Serempak mereka baca doa setelah dapat komando ibunya.
"Sekarang boleh makan, habiskan nasinya jagan ada yang tersisa" ucap sherina.
Rania dan Fhadlan seperti berlomba makan dengan lahap, Selera makan mereka sangat besar maklum habis di sapih pikirannya makan dan makan. Namun baru separo menghabiskan ayam chiken nya Fhadlan tiba tiba jatuh terkulai lemas. Ayam chickennya terjatuh di depan kucing peliharaan mereka, ayam chiken Fhadlan langsung di sambar seekor kucing yang ada di dekatnya.
"Meooog"
Kucing yang menjilati ayam chiken bekas Fhadlan lalu melompat tinggi di udara meraung keras, lalu jatuh mati dengan cairan keluar dari mulutnya.
Sejenak mereka terdiam melihat kejadian yang tiba tiba.
"Ini racun ganas" ucap kakek Ammar melihat bangkai kucing dan Fhadlan yang tergeletak.
"Sherina buang chiken anak mu" kata kakek Ammar lalu berlari kearah peti kayu yang tadi di bawanya, kebetulan masih ada di ruang keluarga belum di pindahkan Perdinan ke kamarnya di lantai atas.
Mereka jadi heboh Rania terpekik berlari ke pelukan Sherina, Perdinan membersihkan bekas makan anak anaknya. Kakek amar mengeluarkan sebuah bungkusan dari timah hitam dari peti kayu miliknya.
"Perdinan ambilkan jeruk nipis dan air putih" teriak kakek Ammar.
Kakek Ammar membuka bukusan terbuat dari timah hitam, di dalamnya terdapat pil bulat berwarna coklat, dengan sedikit air putih pil di larutkan lalu dengan sendok teh larutan sedikit demi sedikit di minumkan ke Fhadlan. Namun tak ada reaksi dari Fhadlan bahkan napasnya mulai deras tak teratur.
"Ini jeruk nipisnya ayah" ucap Perdinan memberikan jeruk nipis.
"Abilkan pisau juga" Pinta kakek Ammar pada Perdinan.
"Ini yah" kata Perdinan memberikan sebuah pisau dapur istrinya pada kakek Ammar.
Kakek Ammar menerima pisau lalu memotong jeruk nipis menjadi dua lalu di peras, lalu kakek Ammar meneteskan air perasan jeruk ke bibir Fhadlan.
"Alhamdulillah" kata kakek Ammar setelah melihat Fhadlan menelan ludahnya.
Kembali kakek Ammar meminumkan larutan obat mengenakan sendok kembali terlihat Fhadlan nenelan ludahnya. kembali kakek Ammar kegirangan.
"Anak ajaib, bisa bertahan dari racun seganas ini" kata kakek Ammar.
Setelah agak lama kakek Ammar menyodorkan sendok berisi larutan obat pada Fhadlan kembali, lalu memastikan kalau Fhadlan meminumnya. Kakek Ammar melakukannya berulang ulang hingga larutan obat di habiskan Fhadlan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Suandra
terima kasih suport nya
2022-03-14
0
ayuna
Chyntia rollercoaster kehidupan mampir nih....
mari saling support 💪💓✅
2022-02-19
1
Adwa FarzanaAyunindya
1 vote kesini...
2021-11-29
2