Three Musketeers Mama
Flora Elvise, adalah wanita yang cantik dan super seksi. Ia merupakan putri tunggal keluarga Elvise. Keluarga menengah atas yang berkecukupan. Papanya merupakan Direktur sebuah perusahaan yang bergerak dibidang percetakan dan periklanan.
Lora, sapaan Flora. Ia sendiri menjabat sebagai Wakil Direktur di usia yang masih muda. Karena kemampuannya mengembangkan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak lulus dari sekolah, Lora semakin intens mengikuti kegiatan di perusahaan. Baik itu pertemuan-pertemuan kecil sampai pertemuan besar.
Jabatan yang ia dapatkan tidak mudah di gapai begitu saja. Lora harus bersaing dengan beberapa calon yang usianya jauh di atasnya. Meski ia sudah mempunyai jabatan, beberapa orang yang tidak menyukai Lora, masih saja terus mengusik dan mencari keributan.
Kehidupannya semakin lengkap akan hadirnya Evan Armando. Laki-laki tampan yang mampu merebut hati Lora. Berbeda dengan Lora, Evan merupakan anak seorang yang berstatus rendah. Beruntung saja Evan punya kemampuan dan bisa masuk ke dalam perusahaan milik keluarga Elvise.
Karena memiliki etika yang baik dan terlihat sangat menyayangi Lora, Evan dipilih sebagai orang yang mendampingi Lora di masa depan. Dengan kata lain, Kedua orang tua Lora menyutujui hubungan putrinya dan Evan. Pada saat Evan melamar Lora, pihak keluarga dan Lora sendiri menerima tanpa ada rasa curiga atau berburuk sangka.
Pesta pertunanagn yang mewah pun digelar. Keluarga Elvise merasa bangga memiliki calon menantu yang sempurna seperti Evan. Bagi orang lain Evan adalah sosok yang tanpa cela. Semua orang terpedaya oleh rupa dan sikap baik Evan.
***
Satu tahun kemudian ....
Evan membuat janji temu dengan seseorang. Di haapan Evan, sudah duduk seorang wanita cantik yang bernama Reine Elvise. Wanita cantik itu adalah sepupu Lora, sekaligus kekasih gelap Evan.
"Apa kau yakin dengan ini, sayang?" tanya Evan pada kekasihnya itu.
Reine menagnggukkan kepalanya perlahan. Ia menggapai tangan Evan di atas meja.
"Aku sangat yakin, Evan. Kau cukup lakukan apa yang ku arahkan saja. apa kau mengerti." jawab Reini begitu meyakinkan.
Evan tersenyum, "Ya, apapun itu untukmu, sayang." sahut Evan bermulut manis.
Evan mencium punggung tangan Reine. Mendapatkan perlakuan manis, membuat Reine tidak bisa berpaling dari seorang Evan.
"Jaga sikapmu, Evan. Jika Lora tahu, bukankah itu akan menjadi bencana." kata Reine memperingatkan kekasihnya yang duduk tepat di hadapannya.
"Kau tahu, sayang. Ingin rasanya aku segera mengakhiri ini semua dan bahagia bersamamu. Aku sudah tidak tahan lagi hidup tanpa belaianmu." kata Evan mengoda Reine.
"Sial! bagaimana bisa aku bepaling muka dari laki-laki ini. Dia sangat manis dan begitu mengoda." batin Reine menatapi lekat Evan.
"Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?" tanya Reine.
"Ten ... " kata-kata Evan terputus.
Belum sampai Evan menjawab pertanyaan Reine. Lora datang dan menyapa keduanya dengan snyuman yang lebar.
"Hallo ... " sapa Lora.
Reine dan Evan sama-sama terkejut. Mereka yang awalnya saling bertatapan, memalingkan wajah masing-masing menatap Lora yang baru datang.
"Oh, hallo. Kau baru datang, Lora?" tanya Reine berbasa-basi.
"Ya, maaf aku baru datang. Ada banyak pekerjaan tadi. Kau sudah selesai pemotretan, Rein?" tanya Lora.
"Reine juga baru datang, sayang. Tunanganmu inilah yang lebih dulu sampai. Apa kau tidak akan memberiku hadiah?" kata Evan berusaha menggoda Lora.
Evan tersenyum paksa, "Cih. aku sudah sangat muak dengan wanita ini. Ia memang sangat berbeda jauh dengan Reine. Ya, aku harus bertahan agar tidak membuat kesalahan. Bagaimana pun, aku masih butuh sokongan dana darinya. Ayo, Evan. Tunjukan kemampuanmu.' batin Evan. Ia bergumul dengan pemikirannya sendiri.
Lora tersenyu, ia langsung duduk di samping Evan. Tangan Lora langsung merangkul erat lenagn Evan. Ia juga langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Evan dan berikap manja pada kekasihnya itu.
"Tentu aku akan memberikanmu hadiah. Oh, ya. Apa yang kau butuhkan sudah aku kirim, ya. Aku lupa mengirim pesan padamu tadi, karena sibuk." kata Lora tersenyum cantik.
Melihat kedekatan sepupunya dengan kekasih kesayanagnnya, membuat hati Reine kepanasan. Ia pun mengumpati Lora karena kesal.
"Tertawalah selagi kau bisa tertawa, Lora. Akan tiba saatnya kau menangis darah. Nasib baikmu akan segera berakhir." batin Reine.
"Lora, aku punya sesuatu untukmu. Sebagai hadiah ulang tahunmu ke dua puluh tahun, bagaimana kalau kita ke bar. Bar yang bagus yang direkomendasikan temanku. Kau mau, kan?" tanya Reine penuh harap.
Reine menatap Evan. Berharap Evan mau membantunya merayu Lora agar mau pergi. Evan yang memahami tatapan mata Reine pun mulai bergerak.
"Wah, itu ide yang bagus, Rein. Aku boleh ikut, kan." sela Evan menanggapi usulan Reine.
"'Oh, maaf. Jika kau ingin ikut, silakan bertanya pada sang putri. Karena putri Loralah tokoh utamanya." jawab Reine.
Lora tersenyu, "Ya, baiklah. Aku akan terima tawaranmu, Rein. Kau tentu haus ikut, sayang." kata Lora.
Reine tersenyum, ia menatap Evan. Evan membalas tatapan mata dan senyuman Reine. Keduanya senang, karena rencana awal mereka berjaan mulus. Tinggal menunggu rencana selanjutnya.
***
Malam harinya ....
Di Bar sudah ada Lora, Reine dan Evan. Ketigannya sudah mulai pesta minum mereka. Reine melancakan aksi liciknya. Ia telah mencampur obat tidur keminuman Lora, saat Lora pergi ke kamar mandi.
"Selamat ulang tahun, sayang," bisik Evan di telinga Lora.
"Terima kasih," kata Lora tersenyum cantik.
Evan meraba paha mulus Lora, sejujurnya Evan tak bisa menampik, jika Lora adalah wanita seksi yang menggoda. Saat ingin melancarkan aksinya lebih lagi, ia diganggu oleh Reine yang cemburu.
Reine sengaja mengganggu karena tidak ingin Evan buas kepada wanita lain selain dirinya.
***
Malam semakin larut, waktu sudah mendekati tengah malam. Lora sudah mulai setengah sadar. Melihat sudah waktunya, Reine pun mengajak Lora pergi dari bar menuju tempat parkir.
"Ayo, Lora. Kita tunggu Evan di mobil saja." kata Reine.
"Hm, iya." jawab Lora.
Reine memapah Lora berjalan. Dalam hati Reine sangat kesal. Namun, demi rencananya, ia harus menahan rasa kesalnya itu.
Reine membawa Lora masuk dalam sebuah mobil. Ia pun mendudukan Lora dan lalu pergi meninggalkan Lora dengan alasan ingin ke kamar kecil sebentar. Lora hanya bergumam mengiakan Reine pergi.
Cukup lama Lora berasa di dalam mobil. Ia merasa mual dan ingin muntah. Kepalanya juga terasa pusing.
"Aku mau muntah," batin Lora.
Ia pun memutuskan keluar dari dalam mobil dan pergi mencari kamar kecil untuknya memuntahkan isi perutnya. Dengan langkah terhuyung, Lora berjalan perlahan.
***
Lora kembali ke tempat parkir. Karena pelihatan yang buram dan dalam keadaan setengah sadar, ia pun masuk ke dalam mobil yang salah. Merasa pintu mobil terbuka dengan mudah, ia begitu saja masuk dan duduk di dalam mobil.
Tanpa di sadari, di dalam mobil itu ada penumpang lain selain Lora. Lora merasa kepanasan, ia membuka mantelnya dan membuangnya asal. Mantel itu jatuh tepat mengenai wajah seseorang yang ada di samping Lora.
Seseorang itu terbangun. Matanya yang tajam seperti mata elang pun terbuka lebar. Ia merasa terganggu dan kesal. Lebih kesal lagi saat melihat ada wanita asing masuk di dalam mobil pribadinya.
"Siapa wanita, ini?" gumamnya mengeryitkan dahi. Menahan rasa kesal.
Laki-laki tampan itupun melembar balik mantel milik Lora dan mengusir Lora agar segera turun dari mobilnya.
"Hei, kau. Cepat turun dari mobilku!" perintahnya.
Lora memalingkan wajah, "Eh, aku siapa? kenapa di dalam mobilku? kau bukan Evan." kata Lora. Ia mendekatkan wajahnya kepada seseorang di sampingnya. "Wah, apa kau artis? kau tampan, kulitmu juga bagus. Kau pasti selalu merawat dirimu denagn sangat baik, ya." lanjut Lora bicara.
Lora yang mabuk dan setengah sadar itupun mulai bertindak gila. Ia meraba-raba wajah pria asing di sampingnya dengan tersenyum cantik.
"Janagn sembarangan menyentuhku. Kau tidak tahu siapa aku, huh? kau jangan berani-berani menggodaku. Dasar wanita tidak jelas." kata pria itu mengatai Lora.
Lora tersinggung akan ucapan laki-laki itu. Dan meminta laki-laki itu untuk minta maaf padanya.
"Apa kau bilang? wanita tidak jelas. Kau lah yang tidak jelas. Ini kan mobilku. Kau sudah membuat salah padaku, ayo cepat minta maaf." kata Lora menatapi laki-laki di sampingnya.
Pria itu menghela napas, "Hahh ... sial sekali aku bertemu denagnmu. Ayo, turun! sebelum aku berteriak memanggil pihak keamanan." kata laki-laki itu menahan diri.
Lora semakin kesal. Ia pun semakin berani menggoda laki-laki itu. Lora bahkan nekad mencium paksa pria di sampingnya dan mengigit bibir atasnya sebagai hukuman.
Sebagai pria dewasa yang normal. Tentu saja laki-laki itu mulai tidak bisa mengontrol diri. Darahnya mendidih, suhu tubuhnya juga meningkat. Lora tidak tahu jika ia dalam keadaan bahaya.
"Wanita ini benar-benar, ya." batinnya.
Ia memegang tangan Lora dan menatap dalam mata Lora.
"Apa kau tahu, apa yang kau lakukan ini berbahaya? bagaimana jika aku melahapmu?" kata pria itu pada Lora.
"Lahap saja. Siapa yang takut padamu." jawab Lora tanpa berpikir.
"Oh, ini kau yang meminta, ya. Jangan salahkan aku nanti jika kau berteriak kesakitan." kata laki-laki itu.
Lora hanya diam menatap laki-laki di hadapannya. Tanpa disadari oleh Lora, jemarinya menyentuh sesuatu milik laki-laki itu.
Laki-laki itu langsung mencium gemas bibir Lora. Ia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya. Puas mencium Lora, ia pun membawa Lora pergi bersamanya menuju sebuah Hotel mewah tidak jauh dari Bar.
Di Hotel, malam panas terjadi antar Lora dan laki-laki itu. Lora melakukan kesalahan besar, ia melakukan one night stand bersama pria yang bahkan tidak dikenalnya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yuli Silvy
baru gabung
2023-08-07
0
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-09-19
1
Meili Mekel
lanjut
2022-09-19
0