Lora dan ketiga putrinya membantu Hannah bersih-bersih kedai kopi. Karena jam yang terpasang di dinding, sudah menunjukan pukul enam petang waktu setempat.
"Anak-anak, cepat cuci tangan dan ganti pakaian kalian. Biar Mami yang menyelesaikan sisanya." Kata Lora kepada ketiga anaknya.
"Iya, Mami ... " jawab ketiganya serentak.
Oriana, Olesia dan Odellia menghentikan pekerjaan mereka yang belum terselesaikan. Ketiganya segera mengikuti perintah Mami mereka untuk segera cuci tangan dan berganti pakaian.
Hannah selesai dengan pekerjaanya dan melanjutkan pekerjaan si kembar tiga. Ia melihat sahabatnya sedang dalam keadaan tidak baik. Wajah cantik Lora terlihat murung.
"Ada apa? apa ada sesuatu di kantor?" tanya Hannah kepada Lora yang berada tidak jauh.
"Ya, begitulah. Apa aku harus menikah, ya. Agar aku tidak diganggu lagi oleh Pak Manager." keluh Lora.
"Manager? dia masih tidak jera juga, ya. Aku akan habisi dia nanti. Sudah tua masih juga menggodamu. Apa dia tidak punya cermin di rumahnya? aaarghh ... aku sangat kesal, Lora. Kau itu kurang tegas padanya. Jika aku jadi kau, akan ku tendang bagian sensitifnya." geram Hannah.
Hananh begitu kesal mendengar cerita Lora. Sebagai sahabat, Hannah hanya ingin yang terbaik bagi Lora. Terlebih Lora memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan.
"Sudah, sudah. Jangan mengamuk lagi. Jika anak-anak tahu Mama asuhnya sedang marah-marah. Mereka juga akan marah dan bertanya padaku nanti. Kau kan tahu bagaimana sifat mereka, Hannah." sahut Lora, mencoba menenagkan hati sahabatnya yang sedang kesal.
Hannah memikirkan sesuatu, "Jika dipikir-pikir. Sifat anak-anakmu tidak sepenuhnya mirip denganmu, Lora. Apa gen Ayahnya di sini lebih dominan, ya?" kata Hannah menerka-nerka.
"Emh, entahlah ... " gumam Lora.
Lora mengingat kembali kejadian pada saat itu. Di mana ia masih setengah sadar. Ia memang merasa sedang berhadapan dengan seorang pria di dal mobil. Meski samar, Lora yakin pria itu bukanlah Evan. Aroma parfum yang digunakan Evan berbeda dengan pria di dalam mobil yang ia temui.
Suara yang besar, genggaman tangan yang erat. Dada bidang dan embusan napas hangat. Semuanya sekaan menggambarkan betapa sempurnanya laki-laki itu. Namun sayang, pandangan mata Lora kabur saat itu. Ia hanya bisa mendengar suaranya saja.
Pagi harinya, karena Lora shock ia pun terburu-buru bangun dan tidak memikirkan untuk melihat jelas wajah laki-laki yang bersentuhan dengannya sepanjang malam. Bagi Lora, apa yang ia lakukan adalah kesalahan satu malam yang dilakukan dua orang dewasa. Dalam keadaaan mabuk yang tidak sepenuhnya sadar, apa saja bisa terjadi. Termasuk melakukan hal di luar batas.
"Bagaimanapun, itu juga terjadi. Aku mana bisa menyesalinya sekarang." gumam Lora.
Gumaman Lora terdengar oleh Hannah.
"Apa yang kau gumamkan? menyesala apa?" tanya Hannah ingin tahu.
Lora kaget, "Apa? bukan apa-apa. Kau salah dengar. Menyesal apa? aku tidak ada bicara seperti itu." elak Lora.
"Lupakan saja, Lora. Kejadian enam tahun lalu adalah musibah yang membuahkan berkah. Ya, kini kau hanya harus memperhatikan ketika bidadarimu saja. Jangan dengarkan apa kata orang lain juga. Apapun yang kau lakukan, lakukanlah demi ketiga buah hatimu. Semangat, Lora. Kau pasti bisa." batin Lora menyemangati diri sendiri.
Hannah mendekati Lora, "Apa yang kau pikirkan sejak tadi, Lora? ayolah, kau ini harus fokus memikirkan anak-anak jika sudah pulang dari bekerja. Jangan baut aku dan ketiga putrimu khawatir." kata Hannah memperingati Lora.
Lora tersenyum, "Aku tahu, aku tahu. Jangan lagi kau mengulang ucapan yang sama terus menerus, Nona. Ayo selesaikan ini dan kita pulang." ucap Lora.
Ia segera pergi sedikit menjauh dari Hannah untuk mengelap beberapa meja yang belum dibersihkan. Hannah hanya bisa diam, melihati Lora yang berjalan melewatinya begitu saja.
"Hal apa yang dia pikirkan hingga seperti itu? astaga, kenapa aku jadi kesal, ya. Jangan-jangan masih ada hal yang dia rahasiakan dariku. Tidak bisa dipercaya. Enam tahun bersama dia mulai pandai bermain rahasia. Lihat saja nanti, akan kukorek semua rahasiamu." batin Hannah sangat penasaran.
Hannah segera menyelesaikan pekerjaan yang terisisa. Begitu jug Lora yang hampir selesai.
***
Karena si kembar ingin makan makanan di luar. Lora dan Hannah membawa mereka ke sebuah restorant. Di sana si kembar tiga memilih menu yang ingin mereka makan, begitu juga Lora dan Hannah.
Sekitar lima belas menit menunggu, makan malam yang dipesan pun datang. Pelayan menyajikan hidangan di atas meja.
Mata si kembar tiga terbelalak. Tentu saja, sangat jarang mereka makan di luar. Karena Odellia tidak bisa terlalu banyak memakan rempah di dalam makanannya. Tidak ingin dianggap pilij kasih, Lora dan Hannah pun meminta pemgertian Oriana dan Olesia untuk mau menurut dan lebih membiasakan diri makan makanan rumahan.
"Nah, makanlah. Mami sudah bantu memotong steak kalian." kata Lora.
"Terima kasih, Mami." ucap Oriana.
"Mami yang terbaik." ucap Olesia.
Odellia hanya diam menatap steak di hadapannya. Lora bingung, ia pun bertanya pada Odellia apa yang terjadi.
Mata Odellia berkaca-kaca, "Te-terima ka-kasih, Ma-mami." ucapnya terbata-bata.
Lora tersenyum, "Tidak apa-apa, sayang. Makanlah. Maafkan Mami jika Mami terlalu mengatur kalian, ya. Ini semua demi kebaikan kalian juga. Bukan sepenuhnya Mami tidak mengizinkan. Jika pergi sesekali, bukan hal besar. Kalian mengerti kan maksud ucapan Mami?" tanya Lora kepada ketiga anaknya, usai memberikan penjelasan.
Ketiga putri kembar Lora mengangguk tanda mengerti. Lora tersenyum dan merasa haru, anak-anaknya mau mengerti akan apa yang ia inginkan.
"Mami dan Mama sangat menyayangi kalian, Oriana, Olesia dan Odellia. Jangan pernah berpikir buruk karena kami melarang kalian melakukan sesuatu, ya. Apa yang dilarang pasti berbahaya untuk kalian. Jika sesuatu menimpa kalian dan kalian kenapa-kenapa, Mami dan Mama akan sedih juga menangis. Kalian tidak mau kan itu terjadi?" jelas Hannah, menambahi penjelasan Lora.
"Ya, Mama. Kami pasti akan menurut." Jawab Olesia.
"Ya, kami akan menurut." jawab Oriana.
"Odellia juga menurut." jawab Odellia.
"Manisnya ... " puji Hannah terharu.
"Mami tahu kalian adalah anak-anak baik yang penurut. Mami bangga pada kalian. Mami sangat, sangat, sangat menyayangi kalian bertiga. Tidak ada yang lebih berharga daripada kalian di Dunia ini." kata Lora.
"Sudah, sudah. Ayo makan dulu. Tidak enak jika steak kalian dingin. Kau juga makanlah, Lora. Beberapa hari ini kau kan hanya makan sedikit." Kata Hannah.
"Hm, terima kasih sudah memeprhatikanku. Aku memang sedang tidak selera makan. Entahlah, melihat makanan saja sepertinya rasanya sudah kenyang." jawab Lora.
Hannah mengambil piring berisi steak milik Lora. Ia lalu memotong steak menjadi beberapq bagian kecil, ia meletakan kembali piring berisi steak kembali ke tempat semula.
"Makanlah, suka kubantu untuk memotongnya. Kali ini kau harus menghabiskannya. Jika tidak ... " kata-kata Lora terhenti.
"Jika tidak, kenapa? Apa yang ingin kau lakukan, huh?" sela Lora menatap Hannah.
"Aku akan mengutukmu," jawab Hannah.
"Hah ... mengutukku, kau ingin menggutukku? kau kira ini zaman apa, Hannah. Kutukan hanya ada di buku dongeng yang anak-anak baca. Karena kau juga terlalu sering membacanya, sepertinya kau juga mulai hanyut dalam cerita, ya." tanggap Lora tidak mmepercayai perkataan Hannah.
"Oh, baiklah. Aku akan mengutukmu. Semoga saja kau bertemu dengan dia." bisik Hannah.
"Di-dia?" ulang Lora bertanya.
"Iya, Dia. Penanam benih padi. Hehe ... " jawab Hannah lalu terkekeh kecil.
"Sialan! awas saja kau, Hannah." bisik Lora mengumpati Hannah.
Hannah hanya menanggapi dengan kekehan. Hatinya geli, sesaat setelah mengutuk asal-asalan sahabatnya, hatinya terasa seperti ada yang menggelitiki.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Meili Mekel
lanjuy
2022-09-19
0
Maria Sutanto
semua novelmu keren pollll...semua novelmu membuatku jatuh cinta
2021-12-03
2
Tampa nama
suka kak sama ceritanya seruuuu moga konfliknya gak terlalu panjang xixixixix
2021-11-14
2