Lora tersadar, ia membuka matanya sedikit demi sedikit. Pandangannya masih terasa samar. Kepalanya juga masih sedikit pusing. Ia pun kembali memejam dan membuka matanya lagi.
Ia pun kaget, saat tahu jika ia berada di tempat yang asing. Pandangannya melisik sekitar kamar, sampai beralih ke sisi tempat tidurnya. Lora mendapati seorang pria tidur di sisinya. Sadar akan sesuatu, ia juga melihat ke dalam selimut.
"Ahhhh, sial! kenapa aku bisa melakukan hal seperti ini dengan laki-laki asing? ini sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, lebih baik aku pergi sekarang." batinnya.
Lora segera bangun dari posisi berbaring, ia lalu ke kamar mandi karena merasa tidak nyaman. Ia membawa serta pakaiannya bersamanya.
Lima menit kemudian ....
Lora keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Ia mencari-cari tasnya dan menemukan tasnya ada di atas nakas.
Dilihatnya pria yang tidur denagnnya. Pria yang tampan sampai ketampanannya menyilaukan matanya. Lora yang tidak tahu asal usul laki-laki itu, meninggalkan beberapa uang dan catatan sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kamar tersebut.
"Maafkan aku, Tuan entah siapa. Sepertinya hanya ini yang bisa kubrikan padamu sebagai bayaran." batin Lora yang behasil keluar dari kamar.
Dengan langkah cepat setengah berlari, Lora pergi menjauhi gedung Hotel tempatnya bermain panas dengan seorang pria tampan asing yang tidak ia kenali sama sekali.
Lora ingin segera pulang. Ia mengingat-ingat kembali apa yang terjadi malam terjadi. Sepotong demi sepotong ingatannya terkumpul meski tidak sepuhnya. Setelah berusaha mengingat-ingat, Lora masih tidak mengerti, sepertinya ada ingatan yang ia lupakan begitu saja.
***
Sepulangnya Lora ke rumah. Ia disambut oleh murka kedua orangtuanya. Tanpa banyak bicara, Lora dicecar banyak pertanyaan yang membuatnya terpojok.
"Dari mana saja kau, Lora?" tanya sang Papa dengan ekkspresi wajah marrah.
"Aku, aku, aku ... " kata Lora.
Ucapan Lora terputus, karena Hanson langsung menegur putri tunggalnya itu.
"Apa kau bersama seseorang semalam, huh? dasar anak tidak tahu malu. Janagn hanya diam, ayo katakan kau dari mana?" tanya Hansson meninggikan suara.
Lora menundukkan kepalanya, "Aku tidur di Hotel." jawab Lora.
"Apa?" kata Hanson dan sang istri, Marlyn. secara bersamaan.
"Maafkan aku, Pa. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa aku berada di sana. Saat bangun aku sudah ada di kamar Hotel." jawab Lora mengakui.
Ia tidak mau membohongi orang tua nya. Jadi, Lora memustuskan untuk mengaku dan menerima hukuman apa yang akan diberikan.
"Apa maksudmu, Lora?" tanya seseorang.
Ya, itu adalah suara Evan. Dengan langkah cepat Evan mendekat, ia menghampiri Lora.
"Evan, tolong tenangkan dirimu dulu." kata Marlyn membujuk Evan.
"Bagaimana aku bisa tenang, Bibi. Semalaman aku mencarinya sampai tidak tidur. Dan apa ini, dia tidur di hotel?" kata Evan emosi. Ia melihat ada sesuatu leher Lora. "Kau ... katakan sejujurnya, Lora. Dengan siapa kau semalaman, huh?" sentak Evan.
"Aku, aku ... " gagap Lora.
"Aku apa? apa ini di lehermu? kau bercinta dengan siapa? katakan!" seru Evan.
"Sialan! selama dua tahun aku cuma bisa mencium pipi dan keningnya saja. Jangankan tidur bersama, mencium bibirnya saja aku belum pernah. Siapa laki-laki brengsek yang mendapatkan malam pertama Lora?" batin Evan kesal.
"Aku tidak tahu. Sungguh, aku tidak mengenalnya." jawab Lora menangis sesenggukan.
"Tidak kenal? syukurlah jika begitu. Mungkin saja yang menidurinya adalah seorang tua bangka yang sudah bau tanah. Hahaha ... membayangkannya saja sudah membuat ku ingin muntah." batin Riene senang.
"Aku tidak bisa mengabaikan ini, Lora. Sepertinya cukup sampai di sini saja. Ayo kita berpisah." tegas Evan mengakhiri hubungannya denagn Lora.
"Apa ... " kaget Lora.
Evan menatap Hanson dan Marlyn, "Maafkan aku, Paman dan Bibi. Aku tidak bisa menikahi wanita yang tidak bisa menjaga kesuciannya. Permisi." kata Evan berpamitan dan langsung pergi.
"Evan, tunggu. Evan ... " panggil Hanson mengikuti Hanson.
"Apa kau tidak bisa sedikit ssaja menahan dirimu, Lora. Bagaimana bisa kau tidak bermoral seperti ini. Mama sangat kecewa padamu." kata Marlyn sedih.
"Maafkan aku, Ma." ucap Lora.
"Bibi, tolong jangan terlalu menyalahkan Lora. Ini juga salahku yang minggalkannya ke kamar mandi." kata Reine berpura-pura sedih.
Hanson kembali dengan marah-marah. Ia kembali meluapkan kekesalannya pada Lora. Sampai Hanson melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Ia menampar dan mengusir putrinya pergi dari rumah.
Dengan derai air mata Lora pergi dari rumahnya. Ia sedih, kecewa dan menyesal. KIni ia tidak tahu lagi harus pergi ke mana.
***
Dari pagi sampai siang, Lora berkeliaran. Ia hanya berjalan berkeliling tanpa arah tujuan. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk menemui Evan dan kembali meminta maaf.
Lora pergi ke apartemen Evan. Sesampainy di pintu apartemen, ia langsung memasukan sandi untuk akses membuka pintu.
"Aku harus minta maaf pada Evan. Aku tidak mau kehilangan Evan." batin Lora.
Digapainya knop pintu, lalu dibukanya perlahan pintu apartemmen Evan. Baru saja masuk, ia sudah dibuat terkejut dengan potongan pakaian yang tidak asing. Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara-suara aneh dari kamar Evan.
"Seperti suara yang kukenal," batin Lora.
Ia pun segera medekati kamar dan membuka pintu kamar Evan. Hal yang mengejutkan dilihat Lora. Sang mantan tunangan sedang ada di atas tubuh sepupunya tanpa sehelai benang pun yang menutupi keduannya.
"A-apa ini? kalian, kalian, bagaimana bisa kalian ... " kata Lora sangat shock.
"Kau kenapa datang? mengganggu ketenanganku saja." sentak Evan. Ia segera mengambil kimono handuknya dan mengenakannya.
"Apa ini, Evan? bagaimana bisa kau dan Reine melakukan ini?" tanya Lora.
"Memangnya kenapa? apa masalahmu denganku dan Reine? bukankah kau juga melakukan hal yang sama semalam. Kau menjajakan tubuhmu pada orang yang bahkan kau tidak kenali." jawab Evan menatap Lora sinis.
"Kau keterlaluan, Evan." gumam Lora.
"Kau masih berani datang setelah diputuskan oleh Evan? Ah, apa sebaiknya kuberi tahu saja apa yang sebenarnya terjadi, ya?" kata Reine tersenyum licik.
"Apa maksudmu, Rein?" tanya Lora.
"Apa lagi. Apa kau memang polos? tidak, mungkin lebih tepatnya kau bodoh, Lora. Sangat bodoh sampai bisa dimanfaatkan oleh Evan." kata Reine.
Lora menatap Evan, "Kau memanfaatkanku? apa itu benar? jawab, Evan. Jawab!" sentak Lora.
"Ya, aku meemanfaatkanmu. Dan kau juga harus tahu, jika aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Wanita yang kucintai adalah Reine." ungkap Evan berterus terang.
Plakkkk ....
Lora menampar Evan dan langsung pergi tanpa bicara apa-apa lagi. Lora berlari semabari menangis. Hatinya sanagt sakit dan hancur. Ingin mati rasanya. Ia sampai berhenti dan berjongkok memeluk lututnya lalu kembali menangis.
***
Sepanjang jalan Lora berpikir. Ia mengaitkan kejadian yang membuatnya one night stand dengan orang asing, adalah sebagian rencana dari kedua orang gila yang dilihatnya tadi. Lora ingin memberitahukan kebenaran itu kepada orang tuanya. Oleh karena itu, Lora segera pergi naik taxi pulang ke rumahnya.
Tiga puluh menit kemudian ....
Lora amapai di depan pintu rumahnya. Ia segera masuk dan breteriak memanggil Papa dan juga Mamanya.
"Pa, Ma ... " panggil Lora yang tiba-tiba langsung diam.
Pemandangan yang mengejutkan terlihat. Marlyn sedang memeluk Reine yang menangis tersedu-sedu.
"Bagus kau datang, baru saja aku ingin menghubungimu, Lora." kara Hanson.
"Pa ... aku ingin mengatakan sesuatu. Reine dan Evan. Mereka ... " kata-kata Lora terpotong.
"Paman lihat, kan. Lora bahkan masih ingin mengadu. Aku sudah ditampar dan dibenturkannya ke dinding. Sekarang dia ingin Paman dan Bibi membenciku. Hiks ... " sela Reine sesenggukan. Ia berakting dan berdusta..
"Hum, kau kira semudah itu kau akan mengadu? kau masih belum tahu apa-apa, Lora. Kau bukan tandinganku mengambil hati mereka." batin Reine.
Lora kaget akan apa yang didengarnya, "Apa ini? dasar rubah licik." batin Lora.
"Apa maksudmu, Rien. Bukankah yang seharusnya tersedu adalah aku. Yang melihat kalian berdua melakukan hal menjijikan." kata Lora penuh Emosi.
Reine menangis tersedu-sedu. Ia berusaha menunjukan jika ia lemah dan tidak berdaya.
"Cukup, Lora. Jika kau bersalah, akui saja. Jangan melemparkan kesalahanmu pada orang lain." kata Marlyn. Ia menatap tajam pada Lora. "Mama amat sangat kecewa padamu. Kenapa kau harus menganiaya Reine samapai seperti ini. Kau kan tahu dia tidak punya siapa-siapa lagi selain kita sebagai keluarganya." lanjut Marlyn bicara.
"Apa yang kau lakukan tidak termaafkan, Lora." tambah Hanson.
Lora menarik napas dalam lalu mengembuskan napas perlahan. Sepertinya, apa yang ia katakan memang tidak pernah dianggap benar. Lora pun berjalan cepat ke kamarnya. Ia segera mengemas pakaiannya masuk ke dalam koper. Ia langsung membawa kopernya keluar dari kamar.
Lora memutuskan pergi dari rumah. Meski ia tahu akan sia- sia saja bicara, tetapi ia tetap bersikap hormat kepada Mama dan Papanya dan berpamitan untuk pergi meninggalkan rumah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
ratna
ih dasar orang tua zalim!!! seburuk²anak seharusx tetap dirangkul!!!
2023-08-11
0
Yuli Silvy
sepupu ga'vda akhlak udah numpang ga' tau diri 🤦♀️
2023-08-07
0
Meili Mekel
dasar sepupu tdk tahu berterima kasih
2022-09-19
0