Lora sedang ada di kamar ketiga putrinya. Ia bersiap membacakan buku cerita kepada anak-anaknya itu. Dalam ruangan tersebut, ada tiga tempat tidur yang sudah di tempati oleh masing-masing pemiliknya. Seperti biasa, Lora akan duduk di sofa menghadap ketiga putrinya.
"Sudah siap dengar cerita malam ini?" tanya Lora menatap ketiga putrinya.
"Siap ... " jawab Oriana.
"Cepat baca, Mami. Ayo ... " kata Olesia bersemangat.
Lora menatap Odellia, "Lia juga sudah siap?" tanya Lora.
Odellia tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala perlahan dan tersenyum tipis.
"Ada apa dengannya? sejak tadi hanya diam saat ditanya." batin Lora, ia menjadi sedikit khawatir pada Odellia.
Perhatian Lora kembali teralihkan, saat Olesi memanggilnya.
"Mami ... " panggil Olesia.
Lora menatap Olesia, "Ah, iya. Maafkan Mami sudah melamun. Mami akan baca, kalian dengar baik-baik." kata Lora.
Lora membuka sebuah buku yang sudah dipegangnya sejak tadi. Ia pun mulai bercerita.
"Dahulu kala, hiduplah seorang wanita muda yang cantik jelita. Wanita itu bernama Cinderella. Wajah yang cantik, sifat yang baik, dimiliki oleh Cinderela. Akan tetapi satu hal yang tidak dimilikinya. Yaitu, kasih sayang dari keluarga. Sang Ibu sudah tiada, sang Ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang sudah memiliki dua orang anak. Ibu tiri dan dua saudara tiri Cinderella, tidak mennyukai Cinderella. Sampai suatu hari .... "
Lora membaca sembari melirik satu per satu anaknya. Dilihatnya anak-anaknya, Oriana sudah menguap lebar. Olesia juga sudah mengedip-kedipkan mata. Sedangkan Odellia masih melebarkan mata menatapi Maminya yang sedang membaca buku cerita.
Sampai cerita selesai dibaca, Odellia tetap belum bisa memejamkan mata. Dua saudarinya sudah terlelap tidur lebih dulu, bahkan sebelum cerita selesai dibaca oleh Ibu mereka.
Lora membenahi dan mencium kening masing-masing dari putrinya. Sampai tiba giliran Odellia. Dilihatnya, putrinya itu masih membuka mata lebar.
"Lia, kenapa belum tidur?" tanya Lora.
"Tidak bisa tidur, Mami." jawab Odellia.
"Hm, apa mau Mami peluk tidur?" tawar Lora.
"Iya, mau." jawab Odellia dengan suara pelan yang lembut.
Lora tersenyum, ia segera naik ke atas tempat tidur Odellia dan berbaring di samping putrinya itu. Direngkuhnya tubuh mungil Odellia.
"Ada apa, sayang? jika ada yang ingin kau katakan pada Mami, maka bicaralah. Jangan hanya diam. Kau membuat Mami khawatir, Nak." ucap Lora. Ia tak kuasa menahan diri karena cemas akan sikap diam Odellia.
Odellia memang tergolong anak yang pendiam. Namun, ia akan sangat aktif jika menyangkut sesuatu hal, terutama mengungkapkan ide-ide cemerlangnya. Jika dibandingkan Oriana dan Olesia, Odellia lebih banyak menjadi penonton saja. Dengan hanya tersenyum tipis.
"Mami ... " panggil Odellia.
"Ya, sayang." jawab Lora.
"Seperti apa rupa Papi? kenapa tidak ada foto Papi di rumah ini? apa kami tidak bisa menemuinya?" cecar Odellia tiba-tiba. Membuat Lora kebingungan untuk menjawabnya.
"Umh ... " gumam Lora.
"Aduh, bagaimana aku menjawabnya. Aku sendiri saja tidak tahu jelas wajahnya. Apa kugambarkan saja sesuai imajinasiku, ya? tidak mungkin kan kukatakan pada Odellia, jika saat itu Maminya tidak mengenal Papinya tidak saling mengenal satu sam lain. Kenapa juga kau harus menyanyakan ini, Nak. Ini menyiksa Mami." batin Lora. Ia berpikir keras untuk bisa menjawab pertanyaan putrinya itu.
"Umh ... kenapa, ya? itu karena sesuatu hal, sayang. Siapa bilang kalian tidak punya Papi? kalian punya Papi yang sangat tampan, sangat hebat dan berkuasa." jawab Lora mengarang cerita.
"Maafkan Mami, Nak. Mami terpaksa berbohong." batin Lora.
"Wah, apakah itu sungguhan? aku ingin bertemu Papi, Mami." pinta Odellia memelas.
"Pasti akan bertemu, sayang. Namun, bukan untuk waktu dekat, ya. Papi kan orang besar, jadi beliau sibuk bekerja. Sibuk mengumpulkan uang untuk kita. Jika mau sukses kan tidak boleh menjadi seorang yang pemalas." jelas Lora, yang lagi-lagi penuh dengan bualan.
"Mulut jahat. Kau menipu putrimu, Lora." batin Lora ingin menangis.
Odellia menganggukkan kepala perlahan. Ia sedang memikirkan apa yang baru saja didengarnya. Sebagai seorang anak-anak, ia berusah memahami dan mengiakan begitu saja ucapan Lora yang merupakan Maminya.
"Apa ada sesuatu sampai Lia bertanya seperti ini?" tanya Lora.
"Kenapa, ya. Tidak pernah begini sebelumnya." batin Lora bingung.
Odellia diam beberapa saat, lalu tidak lama ia bercerita.
"Ada temanku yang bertanya dan aku tidak tahu harus menjawab apa. Karena aku memang tidak tahu apa-apa tentang Papi." jawab Odellia bercerita.
"Temanmu tidak bicara macam-macam padamu, kan?" tanya Lora lagi. Ia penasaran pada teman putrinya itu.
Odellia menggeleng pelan, "Tidak, Mami. Dia anak yang baik meski tidak terlalu dekat denganku ataupun Oriana dan Olesia. Aku yang memang sengaja bertanya lebih dulu dan dia bertanya kembali. Aku juga tidak tahu, kenapa dia bertanya sesuatu yang tidak bisa kujawab. Itu saja, Mami." jelas Odellia lebih mendetail.
Lora mengusap rambut Odellia lalu mencium kening Odellia dengan lembut.
"Mami sayang kalian, Ana, Lesi dan Lia. Kalian adalah harta berharga milik Mami yang paling berharga dari nyawa Mami sendiri. Jangan pernah berpikir yang macam-macam, ya. Jika ada yang mengganjal di hatimu atau kedua saudarimu. Lekas bertanya pada Mami. Ok. Jangan dengar juga apa yang orang lain katakan. Orang lain hanya menilai kita dari sisi luarnya saja. Mereka tidam tahu apapun dalamnya keadaan kita seperti apa. Apa Lia mengerti?" tanya Lora pada Odellia, usai ia menjelaskan apa yang ingin dijelaskannya.
"Lia juga sayang Mami." kata Odellia memeluk erat Lora.
Tiba-tiba saja, Lora merasa sedih. Ia merasa bersalah sudah membohongi Odellia, putrinya. Seakan ia membodohi anaknya sendiri. Lora tidak tahu harus apa dan bagaimana. Di sisi lain ia tidak ingin berbohong, ingin jujur mengatakan yang sebenarnya. Namun, ia sendiri juga tidak tahu sosok laki-laki yang menghabiskan waktu semalaman bersamanya. Jangankan nama, wajahnya saja hampir terlupakan oleh Lora.
Karena tidak punya pilihan, Lora terpaksa mengarang cerita demi bisa menjawab apa yang ingin diketahui putrinya. Lora berusaha keras memenuhi keingintahuan putrinya sebisa mungkin. Tidak semua hal yang ia sampaikan adalah kebohongan. Ia pun tidak ingin anak-anaknya menjadi pembohong. Hanya satu, cerita tentang seseorang yang dipanggil 'Papi' oleh ketiga putrinya.
Tanpa terasa air mata Lora keluat begitu saja tanpa diminta. Dadanya sesak, tetapi ia juga tidak berdaya. Mau bagaimanapun, tidak akan bisa selamanya ia berbohong pada anak-anaknya. Ketiga putrinya akan tumbuh dan berkembang. Semakin lama semakin aktif dan lebih pintar. Pasti lebih ingin tahu lagi tentang sosok Papinya.
"Aku harus apa, Tuhan. Harus bagaimana? karena terus ingin berjuang hidup dan membahagiakan anak-anak. Aku melupakan hal besar. Aku lupa jika mereka akan bertanya, 'Di mana Papi?', 'Seperti apa Papi' atau yang lainnya. Maafkan Mami, Nak. Maaf ... " batin Lora menjerit.
Lora berusaha tidak bersuara, meski ia menangis. Ia tidak mau Anaknya menjadi sedih dan bertanya padanya. Lora terus mendekap, mengusap, berusaha menidurkan putrinya.
Sampai beberapa menit berlalu. Lora merasa tidak ada suara ataupun pergerakan lagi. Ia melepas pelukannya, dilihatnya Odellia sudah terlelap tidur.
"Selamat malam, Nak. Selamat tidur dan mimpi indah. Maafkan Mami karena Mami tidak bisa banyak bercerita." gumam Lora.
Ia membenahi posisi tidur Odellia lalu turun dari tempat tidur putrinya itu. Sekali lagi ia mengecek satu per satu putrinya lalu mematikan lampu kamar. Ia akhirnya pergi meninggalkan kamar ketiga putrinya. Usai keluar dari kamar dan menutup pintu kamar, ia menangis sejadi-jadinya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Tampa nama
next kak aku tunggu up nya🥰🥰
2021-11-14
1
᭄⃝✭ᴋ͢𝖆ͥ𝒚ᷠ͢ⳑͩɪͥ
smga kutukan Hanna benar dan langsung kenyataan,biar si kembar cpat ktmu papinua
2021-11-14
2
⸙♥️I'am peanut♥️⸙
Rasa penasaranku membara siapa papi si twins itu🤒
Next author..... 🤞🏻
2021-11-14
2