NovelToon NovelToon

Three Musketeers Mama

TMM 01. Kesalahan Satu Malam

Flora Elvise, adalah wanita yang cantik dan super seksi. Ia merupakan putri tunggal keluarga Elvise. Keluarga menengah atas yang berkecukupan. Papanya merupakan Direktur sebuah perusahaan yang bergerak dibidang percetakan dan periklanan.

Lora, sapaan Flora. Ia sendiri menjabat sebagai Wakil Direktur di usia yang masih muda. Karena kemampuannya mengembangkan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak lulus dari sekolah, Lora semakin intens mengikuti kegiatan di perusahaan. Baik itu pertemuan-pertemuan kecil sampai pertemuan besar.

Jabatan yang ia dapatkan tidak mudah di gapai begitu saja. Lora harus bersaing dengan beberapa calon yang usianya jauh di atasnya. Meski ia sudah mempunyai jabatan, beberapa orang yang tidak menyukai Lora, masih saja terus mengusik dan mencari keributan.

Kehidupannya semakin lengkap akan hadirnya Evan Armando. Laki-laki tampan yang mampu merebut hati Lora. Berbeda dengan Lora, Evan merupakan anak seorang yang berstatus rendah. Beruntung saja Evan punya kemampuan dan bisa masuk ke dalam perusahaan milik keluarga Elvise.

Karena memiliki etika yang baik dan terlihat sangat menyayangi Lora, Evan dipilih sebagai orang yang mendampingi Lora di masa depan. Dengan kata lain, Kedua orang tua Lora menyutujui hubungan putrinya dan Evan. Pada saat Evan melamar Lora, pihak keluarga dan Lora sendiri menerima tanpa ada rasa curiga atau berburuk sangka.

Pesta pertunanagn yang mewah pun digelar. Keluarga Elvise merasa bangga memiliki calon menantu yang sempurna seperti Evan. Bagi orang lain Evan adalah sosok yang tanpa cela. Semua orang terpedaya oleh rupa dan sikap baik Evan.

***

Satu tahun kemudian ....

Evan membuat janji temu dengan seseorang. Di haapan Evan, sudah duduk seorang wanita cantik yang bernama Reine Elvise. Wanita cantik itu adalah sepupu Lora, sekaligus kekasih gelap Evan.

"Apa kau yakin dengan ini, sayang?" tanya Evan pada kekasihnya itu.

Reine menagnggukkan kepalanya perlahan. Ia menggapai tangan Evan di atas meja.

"Aku sangat yakin, Evan. Kau cukup lakukan apa yang ku arahkan saja. apa kau mengerti." jawab Reini begitu meyakinkan.

Evan tersenyum, "Ya, apapun itu untukmu, sayang." sahut Evan bermulut manis.

Evan mencium punggung tangan Reine. Mendapatkan perlakuan manis, membuat Reine tidak bisa berpaling dari seorang Evan.

"Jaga sikapmu, Evan. Jika Lora tahu, bukankah itu akan menjadi bencana." kata Reine memperingatkan kekasihnya yang duduk tepat di hadapannya.

"Kau tahu, sayang. Ingin rasanya aku segera mengakhiri ini semua dan bahagia bersamamu. Aku sudah tidak tahan lagi hidup tanpa belaianmu." kata Evan mengoda Reine.

"Sial! bagaimana bisa aku bepaling muka dari laki-laki ini. Dia sangat manis dan begitu mengoda." batin Reine menatapi lekat Evan.

"Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?" tanya Reine.

"Ten ... " kata-kata Evan terputus.

Belum sampai Evan menjawab pertanyaan Reine. Lora datang dan menyapa keduanya dengan snyuman yang lebar.

"Hallo ... " sapa Lora.

Reine dan Evan sama-sama terkejut. Mereka yang awalnya saling bertatapan, memalingkan wajah masing-masing menatap Lora yang baru datang.

"Oh, hallo. Kau baru datang, Lora?" tanya Reine berbasa-basi.

"Ya, maaf aku baru datang. Ada banyak pekerjaan tadi. Kau sudah selesai pemotretan, Rein?" tanya Lora.

"Reine juga baru datang, sayang. Tunanganmu inilah yang lebih dulu sampai. Apa kau tidak akan memberiku hadiah?" kata Evan berusaha menggoda Lora.

Evan tersenyum paksa, "Cih. aku sudah sangat muak dengan wanita ini. Ia memang sangat berbeda jauh dengan Reine. Ya, aku harus bertahan agar tidak membuat kesalahan. Bagaimana pun, aku masih butuh sokongan dana darinya. Ayo, Evan. Tunjukan kemampuanmu.' batin Evan. Ia bergumul dengan pemikirannya sendiri.

Lora tersenyu, ia langsung duduk di samping Evan. Tangan Lora langsung merangkul erat lenagn Evan. Ia juga langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Evan dan berikap manja pada kekasihnya itu.

"Tentu aku akan memberikanmu hadiah. Oh, ya. Apa yang kau butuhkan sudah aku kirim, ya. Aku lupa mengirim pesan padamu tadi, karena sibuk." kata Lora tersenyum cantik.

Melihat kedekatan sepupunya dengan kekasih kesayanagnnya, membuat hati Reine kepanasan. Ia pun mengumpati Lora karena kesal.

"Tertawalah selagi kau bisa tertawa, Lora. Akan tiba saatnya kau menangis darah. Nasib baikmu akan segera berakhir." batin Reine.

"Lora, aku punya sesuatu untukmu. Sebagai hadiah ulang tahunmu ke dua puluh tahun, bagaimana kalau kita ke bar. Bar yang bagus yang direkomendasikan temanku. Kau mau, kan?" tanya Reine penuh harap.

Reine menatap Evan. Berharap Evan mau membantunya merayu Lora agar mau pergi. Evan yang memahami tatapan mata Reine pun mulai bergerak.

"Wah, itu ide yang bagus, Rein. Aku boleh ikut, kan." sela Evan menanggapi usulan Reine.

"'Oh, maaf. Jika kau ingin ikut, silakan bertanya pada sang putri. Karena putri Loralah tokoh utamanya." jawab Reine.

Lora tersenyu, "Ya, baiklah. Aku akan terima tawaranmu, Rein. Kau tentu haus ikut, sayang." kata Lora.

Reine tersenyum, ia menatap Evan. Evan membalas tatapan mata dan senyuman Reine. Keduanya senang, karena rencana awal mereka berjaan mulus. Tinggal menunggu rencana selanjutnya.

***

Malam harinya ....

Di Bar sudah ada Lora, Reine dan Evan. Ketigannya sudah mulai pesta minum mereka. Reine melancakan aksi liciknya. Ia telah mencampur obat tidur keminuman Lora, saat Lora pergi ke kamar mandi.

"Selamat ulang tahun, sayang," bisik Evan di telinga Lora.

"Terima kasih," kata Lora tersenyum cantik.

Evan meraba paha mulus Lora, sejujurnya Evan tak bisa menampik, jika Lora adalah wanita seksi yang menggoda. Saat ingin melancarkan aksinya lebih lagi, ia diganggu oleh Reine yang cemburu.

Reine sengaja mengganggu karena tidak ingin Evan buas kepada wanita lain selain dirinya.

***

Malam semakin larut, waktu sudah mendekati tengah malam. Lora sudah mulai setengah sadar. Melihat sudah waktunya, Reine pun mengajak Lora pergi dari bar menuju tempat parkir.

"Ayo, Lora. Kita tunggu Evan di mobil saja." kata Reine.

"Hm, iya." jawab Lora.

Reine memapah Lora berjalan. Dalam hati Reine sangat kesal. Namun, demi rencananya, ia harus menahan rasa kesalnya itu.

Reine membawa Lora masuk dalam sebuah mobil. Ia pun mendudukan Lora dan lalu pergi meninggalkan Lora dengan alasan ingin ke kamar kecil sebentar. Lora hanya bergumam mengiakan Reine pergi.

Cukup lama Lora berasa di dalam mobil. Ia merasa mual dan ingin muntah. Kepalanya juga terasa pusing.

"Aku mau muntah," batin Lora.

Ia pun memutuskan keluar dari dalam mobil dan pergi mencari kamar kecil untuknya memuntahkan isi perutnya. Dengan langkah terhuyung, Lora berjalan perlahan.

***

Lora kembali ke tempat parkir. Karena pelihatan yang buram dan dalam keadaan setengah sadar, ia pun masuk ke dalam mobil yang salah. Merasa pintu mobil terbuka dengan mudah, ia begitu saja masuk dan duduk di dalam mobil.

Tanpa di sadari, di dalam mobil itu ada penumpang lain selain Lora. Lora merasa kepanasan, ia membuka mantelnya dan membuangnya asal. Mantel itu jatuh tepat mengenai wajah seseorang yang ada di samping Lora.

Seseorang itu terbangun. Matanya yang tajam seperti mata elang pun terbuka lebar. Ia merasa terganggu dan kesal. Lebih kesal lagi saat melihat ada wanita asing masuk di dalam mobil pribadinya.

"Siapa wanita, ini?" gumamnya mengeryitkan dahi. Menahan rasa kesal.

Laki-laki tampan itupun melembar balik mantel milik Lora dan mengusir Lora agar segera turun dari mobilnya.

"Hei, kau. Cepat turun dari mobilku!" perintahnya.

Lora memalingkan wajah, "Eh, aku siapa? kenapa di dalam mobilku? kau bukan Evan." kata Lora. Ia mendekatkan wajahnya kepada seseorang di sampingnya. "Wah, apa kau artis? kau tampan, kulitmu juga bagus. Kau pasti selalu merawat dirimu denagn sangat baik, ya." lanjut Lora bicara.

Lora yang mabuk dan setengah sadar itupun mulai bertindak gila. Ia meraba-raba wajah pria asing di sampingnya dengan tersenyum cantik.

"Janagn sembarangan menyentuhku. Kau tidak tahu siapa aku, huh? kau jangan berani-berani menggodaku. Dasar wanita tidak jelas." kata pria itu mengatai Lora.

Lora tersinggung akan ucapan laki-laki itu. Dan meminta laki-laki itu untuk minta maaf padanya.

"Apa kau bilang? wanita tidak jelas. Kau lah yang tidak jelas. Ini kan mobilku. Kau sudah membuat salah padaku, ayo cepat minta maaf." kata Lora menatapi laki-laki di sampingnya.

Pria itu menghela napas, "Hahh ... sial sekali aku bertemu denagnmu. Ayo, turun! sebelum aku berteriak memanggil pihak keamanan." kata laki-laki itu menahan diri.

Lora semakin kesal. Ia pun semakin berani menggoda laki-laki itu. Lora bahkan nekad mencium paksa pria di sampingnya dan mengigit bibir atasnya sebagai hukuman.

Sebagai pria dewasa yang normal. Tentu saja laki-laki itu mulai tidak bisa mengontrol diri. Darahnya mendidih, suhu tubuhnya juga meningkat. Lora tidak tahu jika ia dalam keadaan bahaya.

"Wanita ini benar-benar, ya." batinnya.

Ia memegang tangan Lora dan menatap dalam mata Lora.

"Apa kau tahu, apa yang kau lakukan ini berbahaya? bagaimana jika aku melahapmu?" kata pria itu pada Lora.

"Lahap saja. Siapa yang takut padamu." jawab Lora tanpa berpikir.

"Oh, ini kau yang meminta, ya. Jangan salahkan aku nanti jika kau berteriak kesakitan." kata laki-laki itu.

Lora hanya diam menatap laki-laki di hadapannya. Tanpa disadari oleh Lora, jemarinya menyentuh sesuatu milik laki-laki itu.

Laki-laki itu langsung mencium gemas bibir Lora. Ia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya. Puas mencium Lora, ia pun membawa Lora pergi bersamanya menuju sebuah Hotel mewah tidak jauh dari Bar.

Di Hotel, malam panas terjadi antar Lora dan laki-laki itu. Lora melakukan kesalahan besar, ia melakukan one night stand bersama pria yang bahkan tidak dikenalnya.

*****

TMM 02. Pengkhianatan

Lora tersadar, ia membuka matanya sedikit demi sedikit. Pandangannya masih terasa samar. Kepalanya juga masih sedikit pusing. Ia pun kembali memejam dan membuka matanya lagi.

Ia pun kaget, saat tahu jika ia berada di tempat yang asing. Pandangannya melisik sekitar kamar, sampai beralih ke sisi tempat tidurnya. Lora mendapati seorang pria tidur di sisinya. Sadar akan sesuatu, ia juga melihat ke dalam selimut.

"Ahhhh, sial! kenapa aku bisa melakukan hal seperti ini dengan laki-laki asing? ini sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, lebih baik aku pergi sekarang." batinnya.

Lora segera bangun dari posisi berbaring, ia lalu ke kamar mandi karena merasa tidak nyaman. Ia membawa serta pakaiannya bersamanya.

Lima menit kemudian ....

Lora keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Ia mencari-cari tasnya dan menemukan tasnya ada di atas nakas.

Dilihatnya pria yang tidur denagnnya. Pria yang tampan sampai ketampanannya menyilaukan matanya. Lora yang tidak tahu asal usul laki-laki itu, meninggalkan beberapa uang dan catatan sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kamar tersebut.

"Maafkan aku, Tuan entah siapa. Sepertinya hanya ini yang bisa kubrikan padamu sebagai bayaran." batin Lora yang behasil keluar dari kamar.

Dengan langkah cepat setengah berlari, Lora pergi menjauhi gedung Hotel tempatnya bermain panas dengan seorang pria tampan asing yang tidak ia kenali sama sekali.

Lora ingin segera pulang. Ia mengingat-ingat kembali apa yang terjadi malam terjadi. Sepotong demi sepotong ingatannya terkumpul meski tidak sepuhnya. Setelah berusaha mengingat-ingat, Lora masih tidak mengerti, sepertinya ada ingatan yang ia lupakan begitu saja.

***

Sepulangnya Lora ke rumah. Ia disambut oleh murka kedua orangtuanya. Tanpa banyak bicara, Lora dicecar banyak pertanyaan yang membuatnya terpojok.

"Dari mana saja kau, Lora?" tanya sang Papa dengan ekkspresi wajah marrah.

"Aku, aku, aku ... " kata Lora.

Ucapan Lora terputus, karena Hanson langsung menegur putri tunggalnya itu.

"Apa kau bersama seseorang semalam, huh? dasar anak tidak tahu malu. Janagn hanya diam, ayo katakan kau dari mana?" tanya Hansson meninggikan suara.

Lora menundukkan kepalanya, "Aku tidur di Hotel." jawab Lora.

"Apa?" kata Hanson dan sang istri, Marlyn. secara bersamaan.

"Maafkan aku, Pa. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa aku berada di sana. Saat bangun aku sudah ada di kamar Hotel." jawab Lora mengakui.

Ia tidak mau membohongi orang tua nya. Jadi, Lora memustuskan untuk mengaku dan menerima hukuman apa yang akan diberikan.

"Apa maksudmu, Lora?" tanya seseorang.

Ya, itu adalah suara Evan. Dengan langkah cepat Evan mendekat, ia menghampiri Lora.

"Evan, tolong tenangkan dirimu dulu." kata Marlyn membujuk Evan.

"Bagaimana aku bisa tenang, Bibi. Semalaman aku mencarinya sampai tidak tidur. Dan apa ini, dia tidur di hotel?" kata Evan emosi. Ia melihat ada sesuatu leher Lora. "Kau ... katakan sejujurnya, Lora. Dengan siapa kau semalaman, huh?" sentak Evan.

"Aku, aku ... " gagap Lora.

"Aku apa? apa ini di lehermu? kau bercinta dengan siapa? katakan!" seru Evan.

"Sialan! selama dua tahun aku cuma bisa mencium pipi dan keningnya saja. Jangankan tidur bersama, mencium bibirnya saja aku belum pernah. Siapa laki-laki brengsek yang mendapatkan malam pertama Lora?" batin Evan kesal.

"Aku tidak tahu. Sungguh, aku tidak mengenalnya." jawab Lora menangis sesenggukan.

"Tidak kenal? syukurlah jika begitu. Mungkin saja yang menidurinya adalah seorang tua bangka yang sudah bau tanah. Hahaha ... membayangkannya saja sudah membuat ku ingin muntah." batin Riene senang.

"Aku tidak bisa mengabaikan ini, Lora. Sepertinya cukup sampai di sini saja. Ayo kita berpisah." tegas Evan mengakhiri hubungannya denagn Lora.

"Apa ... " kaget Lora.

Evan menatap Hanson dan Marlyn, "Maafkan aku, Paman dan Bibi. Aku tidak bisa menikahi wanita yang tidak bisa menjaga kesuciannya. Permisi." kata Evan berpamitan dan langsung pergi.

"Evan, tunggu. Evan ... " panggil Hanson mengikuti Hanson.

"Apa kau tidak bisa sedikit ssaja menahan dirimu, Lora. Bagaimana bisa kau tidak bermoral seperti ini. Mama sangat kecewa padamu." kata Marlyn sedih.

"Maafkan aku, Ma." ucap Lora.

"Bibi, tolong jangan terlalu menyalahkan Lora. Ini juga salahku yang minggalkannya ke kamar mandi." kata Reine berpura-pura sedih.

Hanson kembali dengan marah-marah. Ia kembali meluapkan kekesalannya pada Lora. Sampai Hanson melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Ia menampar dan mengusir putrinya pergi dari rumah.

Dengan derai air mata Lora pergi dari rumahnya. Ia sedih, kecewa dan menyesal. KIni ia tidak tahu lagi harus pergi ke mana.

***

Dari pagi sampai siang, Lora berkeliaran. Ia hanya berjalan berkeliling tanpa arah tujuan. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk menemui Evan dan kembali meminta maaf.

Lora pergi ke apartemen Evan. Sesampainy di pintu apartemen, ia langsung memasukan sandi untuk akses membuka pintu.

"Aku harus minta maaf pada Evan. Aku tidak mau kehilangan Evan." batin Lora.

Digapainya knop pintu, lalu dibukanya perlahan pintu apartemmen Evan. Baru saja masuk, ia sudah dibuat terkejut dengan potongan pakaian yang tidak asing. Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara-suara aneh dari kamar Evan.

"Seperti suara yang kukenal," batin Lora.

Ia pun segera medekati kamar dan membuka pintu kamar Evan. Hal yang mengejutkan dilihat Lora. Sang mantan tunangan sedang ada di atas tubuh sepupunya tanpa sehelai benang pun yang menutupi keduannya.

"A-apa ini? kalian, kalian, bagaimana bisa kalian ... " kata Lora sangat shock.

"Kau kenapa datang? mengganggu ketenanganku saja." sentak Evan. Ia segera mengambil kimono handuknya dan mengenakannya.

"Apa ini, Evan? bagaimana bisa kau dan Reine melakukan ini?" tanya Lora.

"Memangnya kenapa? apa masalahmu denganku dan Reine? bukankah kau juga melakukan hal yang sama semalam. Kau menjajakan tubuhmu pada orang yang bahkan kau tidak kenali." jawab Evan menatap Lora sinis.

"Kau keterlaluan, Evan." gumam Lora.

"Kau masih berani datang setelah diputuskan oleh Evan? Ah, apa sebaiknya kuberi tahu saja apa yang sebenarnya terjadi, ya?" kata Reine tersenyum licik.

"Apa maksudmu, Rein?" tanya Lora.

"Apa lagi. Apa kau memang polos? tidak, mungkin lebih tepatnya kau bodoh, Lora. Sangat bodoh sampai bisa dimanfaatkan oleh Evan." kata Reine.

Lora menatap Evan, "Kau memanfaatkanku? apa itu benar? jawab, Evan. Jawab!" sentak Lora.

"Ya, aku meemanfaatkanmu. Dan kau juga harus tahu, jika aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Wanita yang kucintai adalah Reine." ungkap Evan berterus terang.

Plakkkk ....

Lora menampar Evan dan langsung pergi tanpa bicara apa-apa lagi. Lora berlari semabari menangis. Hatinya sanagt sakit dan hancur. Ingin mati rasanya. Ia sampai berhenti dan berjongkok memeluk lututnya lalu kembali menangis.

***

Sepanjang jalan Lora berpikir. Ia mengaitkan kejadian yang membuatnya one night stand dengan orang asing, adalah sebagian rencana dari kedua orang gila yang dilihatnya tadi. Lora ingin memberitahukan kebenaran itu kepada orang tuanya. Oleh karena itu, Lora segera pergi naik taxi pulang ke rumahnya.

Tiga puluh menit kemudian ....

Lora amapai di depan pintu rumahnya. Ia segera masuk dan breteriak memanggil Papa dan juga Mamanya.

"Pa, Ma ... " panggil Lora yang tiba-tiba langsung diam.

Pemandangan yang mengejutkan terlihat. Marlyn sedang memeluk Reine yang menangis tersedu-sedu.

"Bagus kau datang, baru saja aku ingin menghubungimu, Lora." kara Hanson.

"Pa ... aku ingin mengatakan sesuatu. Reine dan Evan. Mereka ... " kata-kata Lora terpotong.

"Paman lihat, kan. Lora bahkan masih ingin mengadu. Aku sudah ditampar dan dibenturkannya ke dinding. Sekarang dia ingin Paman dan Bibi membenciku. Hiks ... " sela Reine sesenggukan. Ia berakting dan berdusta..

"Hum, kau kira semudah itu kau akan mengadu? kau masih belum tahu apa-apa, Lora. Kau bukan tandinganku mengambil hati mereka." batin Reine.

Lora kaget akan apa yang didengarnya, "Apa ini? dasar rubah licik." batin Lora.

"Apa maksudmu, Rien. Bukankah yang seharusnya tersedu adalah aku. Yang melihat kalian berdua melakukan hal menjijikan." kata Lora penuh Emosi.

Reine menangis tersedu-sedu. Ia berusaha menunjukan jika ia lemah dan tidak berdaya.

"Cukup, Lora. Jika kau bersalah, akui saja. Jangan melemparkan kesalahanmu pada orang lain." kata Marlyn. Ia menatap tajam pada Lora. "Mama amat sangat kecewa padamu. Kenapa kau harus menganiaya Reine samapai seperti ini. Kau kan tahu dia tidak punya siapa-siapa lagi selain kita sebagai keluarganya." lanjut Marlyn bicara.

"Apa yang kau lakukan tidak termaafkan, Lora." tambah Hanson.

Lora menarik napas dalam lalu mengembuskan napas perlahan. Sepertinya, apa yang ia katakan memang tidak pernah dianggap benar. Lora pun berjalan cepat ke kamarnya. Ia segera mengemas pakaiannya masuk ke dalam koper. Ia langsung membawa kopernya keluar dari kamar.

Lora memutuskan pergi dari rumah. Meski ia tahu akan sia- sia saja bicara, tetapi ia tetap bersikap hormat kepada Mama dan Papanya dan berpamitan untuk pergi meninggalkan rumah.

*****

TMM 03. Kembar Tiga (Oriana, Olesia dan Odellia)

Tidak semua orang jahat. Meski mantan tunangan dan sepupu mengkhianatinya. Lora masih punya seorang sahabat baik. Lora ditolong Hannah, sahabat sekolahnya semasa duduk di bangku SMA. Karena urusan mendesak, setelah mereka lulus, Hannah harus kembali pulang ke negara asalnya.

Kini Lora berada di negara asal Hannah. Sudah sebulan lamanya ia tinggal, Lora pun  juga sudah mendapatkan pekerjaan setelah hampir dua minggu menjadi pengangguran.

Hal tidak disangka Lora, ia ternyata tengah mengandung. Hannah tahu semuanya tentang Lora karena Lora tidak menutupi apapun pada sahabatnya itu. Mengetahui jika hamil, Lora merasa tertekan dan stres. Ia sungguh tidak ingin ada janin di dalam rahimnya. Ia tidak ingin memiliki anak dari hasil kesalahan satu malam dengan laki-laki asing. Ia memutuskan untuk menggurkan kandungannya agar tidak menjadi aib.

Tahu Lora hendak menggugurkan kandungan, Hannah pun berusaha membujuk. Ia bahkan sampai mengatakan mau menjadi Mama asuh dan membantu membesarkan bayi yang akan Lora lahirkan.

Lora menyalahkan dan memaki diri sendiri, ia merasa menjadi sampah yang tidak berguna dan tidak bisa apa-apa. Ia masih belum siap menghadapi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

***

Saat memeriksakan kandungan Lora mendapatkan kejutan lagi. Niat hati ingin bekonsultasi untuk menggugurkan kandungan, Lora justru diberitahu jika ia sedang mengandung calon bayi kembar. Tidak hanya dua janin tumbuh di rahimnya, tetapi ada tiga calon bayi kembar.

Pada akhinya, Lora melahirkan tiga bayi kembarnya yang berjenis kelamin perempuan. Bayi-bayi yang cantik dan sehat. Seperti mendapatkan berkat, begitulah yang Lora rasakan. Melihat wajah ketiga putrinya, Lora menyesal dan meminta maaf kepada bayi-bayinya sembari menangis. Lora merasa menyesal, saat sebelumnya sudah menolak mereka hadir. Lora dan Hannah pun membagi tugas membesarkan ketiga peri mungil itu bersama.

***

Enam tahun kemudian ....

Sampai di usia mereka yang ke lima tahun. Bakat dan talenta putri kembar Lora mulai muncul. Di usia belia ketiga peri cantik itu sudah bisa menghafal berbagai bahasa.

Ketiganya memiliki bakat masing-masing, Oriana memiliki kelebihan didaya ingatnya yang tajam dan memiliki firasat paling kuat di antara dua saudarinya yang lain.

Olesia, ia gemar berolah raga. Suka mempelajari hal-hal baru dan termasuk anak yang paling berani bicara dan bersuara dibandingkan Oriana dan Odellia.

Sedangkan Odellia, merupakan pemikir cerdas dan kreatif. Ia selalu bisa menemukan ide unik dan memecahkan masalah. Hanya saja, fisik Odellia  yang paling lemah. Sehingga ia tidak boleh banyak beraktivitas berlebihan.

Oriana, Olesia dan Odellia. Nama-nama yang diberikan Lora untuk ketiga putrinya. Tentu saja, ia juga menyematkan mana belakannya 'Elvise' di belakang nama ketiga putrinya.

***

Kembar tiga sedang sibuk membantu Mama asuh mereka di kedai kopi. Mereka tidak seperti kebanyakan anak-anak lain seusia mereka yang sibuk bermain-main.

Untunya kembar tiga, adalah anak-anak mandiri yang patuh dan penurut akan ucapan Lora dan Hannah. Lora yang sibuk bekerja, tak bisa sepenuhnya mengawasi tiga anak kembarnya. Begitu juga dengan Hannah yang hanya bisa mengawasi seadanya saja. Karena masih harus sibuk melayani pelanggan.

Odeeellia, si bungsu. Melihat ada pelanggan yang berjalan ke arah meja dan duduk. Dengan segera ia membawa buku menu dan menyapa pelanggannya itu,

"Hallo, selamat sore. Selamat datang, Paman dan Bibi." sapa Odellia tersenyum imut.

"Oh, hallo juga Adik kecil. Wah kau sangat ramah, ya." kata seorang wanita muda cantik pada Odellia.

Odellia meletakan buku menu di atas meja. Ia membawa penaan notes bersiap mencatat pesanan.

"Silakan. Semua menu tersedia. Ada dessert juga yang bisa dipesan." kata Odellia.

Kedua pelanggan itu saling menatap dan berbicara dengan menggunkan bahasa asing. Mereka memuji ketrampilan Odellia. Ternyata mereka adalah pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dan kebetulan mampir di kedai kopi milik Hannah.

Pelanggan pria mulai memesan. Ia secara tidak sadar menggunakan bahasa negara asalnya. Dengan faseh, Odellia menjawab, lalu mencatat pesanan pelanngan laki-laki itu.

"Oh, kau bisa bahasa kami juga, ya?" tanya pelanggam perempuan heran.

Odellia mengangguk pelan tanpa menjawab iya.

"Apa yang ingin Bibi pesan?" tanya Odellia.

"Pesan yang sama saja, sayang. Terima kasih." ucap pelanggan wanita.

"Ya, mohon tunggu. Pesanan akan langsung dibuat." kata Odellia.

Ia mundur beberapa langkah dan langsung berbalik. Ia lalu pergi menuju dapur, di mana Hannah berada.

***

Oriana ada di depan monitor, Ia menatap monitor memantau keadaan di kedai yang cukup ramai. Sembari memantau, Oriana sedang mengembangkan bakat barunya. Ia yang baru saja mencoba-coba jadi peretas, perlahan mengasah kemampuannya itu.

"Kau sedang apa? apa kau sedang meretas kamera depan lagi?" tanya Olesia yang baru datang membawa sedelas jus jeruk.

"Shhh ... " desis Oriana menempelkan jari telunjuk tangan kanannya ke bibir. "Jangan bersuara. Jika tidak, Mama akan tahu dan akan mengadu pada Mami." kata Oriana memperingat Olesia.

Olesia menutup mulutnya lalu menganggukkan kepalanya.

"Ok. Silakan dilanjutkan. Aku akan pergi membantu Mama dulu." kata Olesia,

"Jangan merusak peralatan dapur. Sekali menginjak dapur, kau pasti akan memecakan piring, gelas, atau apalah itu." sindir Oriana pada Olesia.

Olisia mendengus kesal. "Lihat baik-baik, siapa yang mebuat onar. Dasar kau, tukang mengomel." kata Olisia yang langsung pergi meninggalkan Oriana yang mulai sibuk dengan keyboard komputernya.

Gerakan Oriana begitu gemulai menekan tombol keyboard komputer. Sungguh, pada saat teman seusianya masih suka meminta ini dan itu juga merengek. Oriana justru sibuk meningkatkan kemampuan kecepatan mata dan jemarinya.

***

Tepat pukul lima sore. Lora datang dan membuka pintu kedai. Iangsung masuk dan mencari ketiga anaknya untuk melepas rindu.

"Ana, Lesi, Lia. Mami pulang. Lihat, apa yang Mami bawa untuk kalian." kata Lora dengan mengembangkan senyumannya,

Mendengar Mami kesayangan mereka sudah pulang dan memanggil, kembar tiga langsung berlari menghampiri. Mereka semua bersamaan memeluk Lora.

"Hm, kesayangan Mami." gumam Lora. Ia melepas pelukan dan langsung mencium satu per satu kening ketiga Anaknya.

"Mami membawa apa?" tanya Odellia.

"Ayo tebak. Apa?" tanya Lora.

"Hm. apa, ya?" sahut Olesia.

"Mami akan berikan petunjuk. Berbulu, berwarna dan lembut," kata Lora.

Kembar tiga mulai berpikir. Mereka terlihat serius memikirkan pertanyaan Maminya.

"Apa itu boneka," jawab Oriana.

"Eh, kau langsung tahu, Nak. Bagaimana bisa?" tanya Lora.

"Anakku langsung menebak dengan benar. Hebat sekali." batin Lora.

"Apa Oriana menebak denagn benar?" tanya Olesia menatap Lora.

Lora tersenyum dan menganggukan kepala.

Lora mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa.

"Tada ... " kata Lora. Membawa boneka seukuran telapak tangan orang dewasa.

Odellia melebarkan mata, "Uwoah ... cantik sekali." katanya kagum.

Lora membagikan satu boneka pada setiap anak. Ia senang melihat anak-anaknya menyukai hadiah yang ia bawa.

"Apa kalian suka? Mami sengaja memilih sesuai karakter binatang yang kalian suka. Oriana panda Olesia harimau dan Odellia kucing." kata Lora. Ia bertanya karena ingin tahu pendapat anak-anaknya.

"Suka, suka sekali." jawab Odellia cepat memeluk boneka kucing berwarna abu-abu.

"Ini keren," kata Olesia menjukan boneka harimaunya.

"Aku menyukai ini. Aku akan memeluknya tidur setiap hari." kata Oriana menimang-nimang boneka pandanya.

Lora lega. Ia mmapu menyenangkan hati anak-anaknya meski dengan hadiah kecil yang tidak seberapa. Baginya yang terpenting adalah mencurahkan kasih sayang yang cukup kepada ketiga anaknya.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!