MANTAN: Kisah Yang Tak Sampai
Pernikahan adalah impian semua insan yang merajut kisah cinta bersama. Begitu juga untuk Luna dan Adrian, beberapa bulan yang lalu sepasang kekasih itu, memutuskan untuk menikah di usia muda. Cinta yang menggebu-gebu dengan pikiran yang masih labil membuat pondasi cinta mereka belum cukup untuk membangun sebuah rumah tangga.
Kedua belah pihak keluarga yang sejak awal hanya terpaksa menerima keputusan anak-anak mereka menikah di usia 19 tahun, menjadi pemicu munculnya konflik di awal pernikahan, hingga berakhir pada perceraian. Tepat seratus hari pernikahan itu berlangsung, cinta itu berakhir sebagaimana mestinya.
...****...
Hari ini tepat satu bulan setelah perpisahan mereka. Namun luka itu masih sama, terpuruk? tentu saja, apalagi di usia yang masih sangat belia.
Luna menangis di pangkuan ibu, untuk kesekian kalinya. Hatinya hancur saat mimpi yang terajut indah sejak awal pernikahan harus berakhir. Menikah muda memang tak seindah bayangannya, pikiran yang masih belum matang membuat mimpi itu berubah menjadi rasa penyesalan.
"Bapak sudah bilang sama kamu, jangan menikah dulu! Lihatlah sekarang, kuliah tidak tapi kamu malah menjadi janda di usia muda," tutur bapak dengan emosi yang meluap-luap.
"Pak! Sudahlah ... tidak kasihan apa sama anak sendiri," ucap Ibu seraya terus menenangkan Luna yang berbaring di pangkuannya.
"Jangan membelanya Bu, sejak awal keluarga sombong itu memang sudah tidak menyambut Luna dengan baik, lihat sekarang ... bagaimana dengan nasib anak kita," ujar bapak sambil menggebrak meja beberapa kali.
Luna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis tanpa suara. Ya, dia memang salah karena tidak mendengarkan ucapan kedua orangtuanya, sekarang yang tertinggal hanyalah rasa yang tak bisa di ungkapkan. Rasa cinta yang masih tersisa sudah tiada guna.
Bug.
Ditengah suasana yang menegangkan bapak tiba-tiba saja terjatuh kelantai seraya memegangi dadanya. Luna dan Ibu langsung mengahampiri Bapak. Wajah mereka semakin panik saat bapak mulai kehilangan kesadarannya.
"Pak..pak! sadar pak!" pekik Luna seraya menggoyangkan bahu bapaknya.
"Kita harus segera membawa bapak kamu kerumah sakit lun," ucap Ibu yang tak kalah paniknya.
~
Di tempat yang berbeda. Adrian baru saja masuk kedalam mobil bersama kedua orangtuanya untuk pergi menuju Bandara. Setelah ia dan Luna resmi berpisah, ia memilih terbang ke negara asing untuk melanjutkan mimpi yang sempat tertunda karena keputusan menikah di usia muda yang pada akhirnya malah menjadi berantakan.
"Mulai sekarang, lupakan dan anggap apa yang telah kamu lalui dengan wanita bodoh itu tidak pernah terjadi," ucap Mama Adrian yang duduk di sampingnya.
"Ma, apa aku tidak boleh menemuinya sebentar saja, untuk pamit," pinta Adrian.
"Tidak! Jangan pernah menemuinya lagi, dia sudah menyia-nyiakan waktu mu selama ini, sekarang kamu harus fokus meraih pendidikan kamu," hardik Papa yang duduk di samping supir.
Adrian hanya bisa tertunduk saat keinginannya untuk melihat sang mantan untuk terakhir kali harus pupus karena tak ada dukungan dari kedua orangtuanya. Sejak awal ia hanyalah pria yang belum mengerti cara menjadi kepala keluarga yang baik untuk Luna. Ia sudah gagal untuk mimpi kecil yang ingin ia rajut bersama Luna.
Takdir membuat mereka harus berpisah, baik itu hati, jarak dan waktu. Tidak ada yang tahu kapan mereka akan kembali bertemu. Jika memang kisah itu cukup sampai disini? Mereka bisa apa saat takdir adalah penentu segalanya.
...***...
Luna dan Ibu sekarang berada di ruang ICU di sebuah rumah sakit. Ia menggenggam tangan bapaknya dengan erat. Luna menyesali apa yang terjadi kepada bapak adalah karena dirinya. Setelah beberapa saat Bapak mengerjapkan matanya pelahan, melihat luna dengan mata yang terlihat sayup.
"Lu-luna," ucap bapak yang terdengar samar-samar.
"Iya pak, Luna disini," jawabnya dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.
"Ka-kamu, harus berjanji sama bapak ... kamu harus melanjutkan kuliah kamu, jadilah orang sukses agar tidak di rendahkan orang-orang," ucap bapak dengan susah payah karena nafas yang mulai terputus-putus.
"Iya pak, Luna janji tapi bapak harus sembuh dulu," ucap Luna yang mulai terlihat tidak bisa mengontrol dirinya.
Bapak mengalihkan pandangannya kepada sang istri yang berada di sisi kirinya. Ibu terlihat lebih tenang meski buliran air mata itu membuat matanya membengkak. Ia sudah mempunyai firasat jika suaminya akan segera meninggalkannya dan Luna, meski berat tapi Ibu berusaha untuk kuat.
"Bu," panggil bapak.
"Iya pak," jawabnya.
"Jaga Luna baik-baik, dampingi dia sampai mencapai cita-citanya," ujar bapak yang terdengar semakin lemah.
"Iya pak, Ibu janji." Ibu mencium pucuk kepala bapak dengan lembut. Dan bertepatan dengan itu, Bapak mulai kehilangan kesadarannya. Suara monitor di sisi kanan ranjang rumah sakit terdengar nyaring dengan garis lurus yang membentang disana.
"Pak jangan tinggalin Luna pak," teriak Luna histeris.
Seorang dokter dan beberapa orang perawat masuk kedalam ruangan. Membuat Ibu dan Luna harus mundur secara perlahan, membiarkan sang ahli medis mengambil alih tempat mereka. Luna hanya bisa diam tanpa bisa berbuat apapun saat melihat Bapak di hujani dengan berbagai alat medis dan juga alat kejut jantung.
Dokter dan perawat itu terlihat sedang berusaha untuk membuat garis lurus di layar monitor itu kembali bergelombang, tapi sayang semua usaha yang telah dilakukan, tak membuat harapan Luna dan ibu menjadi kenyataan. Tepat pukul satu siang, Bapak telah berpulang ke pangkuan sang pencipta.
Luna mulai mengerti situasi saat sang dokter menghentikan aktivitasnya, dokter itu berbalik menatap wajah Luna dan ibu secara bergantian, lalu menggeleng perlahan. Saat itu juga Luna berhambur memeluk bapak yang sudah tak bernyawa.
"Pak! Jangan tinggalin Luna pak!" ucapnya seraya memeluk bapak. Hati yang sudah hancur berkeping-keping karena kisah yang tak sampai, kini kepingan hati itu seolah menjadi abu saat seseorang yang paling di hormati pergi untuk selamanya.
Ibu hanya bisa menangis tanpa suara seraya memcoba menenangkan putrinya. Hari itu adalah hari paling buruk yang tidak akan pernah di lupakan oleh Luna. Saat dua status, mau tidak mau harus ia sandang di bulan yang sama, yaitu menjadi seorang anak yatim dan juga seorang janda di usia muda.
...***...
Waktu keberangkatan telah tiba, Adrian memeluk kedua orangtuanya secara bersamaan. Tinggal satu langkah lagi dan dia akan benar-benar pergi dari kota yang menjadi saksi awal mula kisah cinta dan sekaligus menjadi saksi perpisahannya dan Luna. Setelah hari ini, ia akan memulai hidup yang baru untuk fokus meraih impiannya.
"Ma, pa aku pergi dulu," ucap Adrian sebelum pergi.
"Iya nak jaga diri baik-baik ya."
"Jangan lupa kabari papa dan Mama jika kamu sudah sampai disana."
"Iya Ma, Pa."
Adrian berbalik, melangkah seraya menahan sejuta sesak di dada. Karena bahkan untuk terakhir kalinya, ia tidak bisa melihat wajah cantik wanita yang hingga saat ini masih mendominasi hati dan pikirannya. Kisah itu benar-benar terputus, untuk sepasang anak manusia yang pernah mencicipi surga dunia di usia muda.
Bersambung 💓
Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Aurora
kasihan adrian
2024-06-07
0
dewi
duuuuuh.... nangis q thor
2023-06-28
0
dewi
org tua kalo ikut campur urusan rumah tangga anak.. udah pasti rumah tangga anaknya berantakan... banyak dah kasus yg begitu..
termasuk q.. dulu sering berantem dg suami gara2 mertua ikut campur urusan rumah tangga anaknya..
2023-06-28
0