Bab.2 (Setelah apa yang telah terlewati)

Pukul sembilan malam, seorang wanita memakai jas berwarna putih berlari menuju pintu keluar bersama beberapa orang perawat. Bertepatan dengan itu sebuah mobil ambulans berhenti di depan pintu utama UGD rumah sakit. Pintu bagian belakang ambulans mulai terbuka, dua orang petugas ambulans membawa turun brankar yang di atasnya tengah terbaring seorang pasien yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.

"Dokter Luna, pasien mengalami perdarahan di bagian kepala, ia baru saja kehilangan kesadarannya," ucap salah seorang petugas ambulans.

"Bisa jadi pendarahan sudah menjalar di bagian otak, kita harus segera mengoperasinya," ucap luna, lalu beralih menatap seorang perawat di sampingnya, "Kamu cepat siapkan ruang operasi pemuda ini harus segera di ditangani," pinta Luna saat memeriksa denyut nadi dan juga bagian pupil mata pasien.

"Tapi dok, kita harus menunggu persetujuan keluarga," ucap perawat itu.

"Apa kau mau dia kehilangan nyawa? Cepat siapkan ruang operasi sekarang!" hardik Luna yang terlihat begitu panik.

Perawat itu begegas pergi sementara Luna dan orang tersisa disana membawa pemuda itu masuk kedalam UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama.

...🍂...

Sembilan tahun telah berlalu. Luna, gadis polos yang dulu pernah terjatuh ke jurang terdalam kehidupan. Kini telah bangkit, membangun kembali kepingan hati yang sempat menjadi abu. Ia melanjutkan kuliah di bidang kedokteran spesialis bedah saraf. Dan setelah sembilan tahun, ia sudah mencapai mimpinya yang dulu sempat tertunda, demi apa? Demi mewujudkan keinginan terakhir Bapak.

Dulu sekali ia hanyalah wanita biasa yang selalu di pandang sebelah mata. Kini ia berdiri di depan pasien yang tengah bertaruh nyawa, dengan segala macam peralatan operasi yang sudah menjadi makanan sehari-harinya. Luna senang karena bisa menyelamatkan hidup seseorang, tapi yang hingga saat ini yang masih ia sesali adalah, ia tidak bisa menyelamatkan bapak. Masa itu ia hanya bisa memandangi bapak yang sedang di tangani Dokter tanpa bisa melakukan apa-apa.

Mati atau hidupnya seseorang sudah di gariskan oleh takdir. Tapi setidaknya, masa itu Luna ingin sedikit saja berguna untuk orang tuanya. Meski pada kenyataan ia malah memperburuk keadaan. Luna dengan status janda yang di sandangnya tidak mempengaruhi prestasi yang ia dapatkan. Di usia dua puluh sembilan tahun, ia sudah menjadi dokter spesialis bedah saraf terbaik di kota itu.

...***...

Dua jam berlalu. Luna baru saja selesai menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ia beranjak pergi, membiarkan salah seorang asistennya menyelesaikan tahap akhir yaitu menjahit bagian kepala yang sudah selesai di operasi. Sarung tangan medis yang menyelimuti tangannya berlumuran darah, tapi ia tidak apa. Seorang dokter sepertinya bahkan pernah bermandikan darah saat pasien mengalami pendarahan, ini bahkan belum seberapa.

Setelah selesai membersihkan diri. Luna keluar dari ruangan itu masih lengkap dengan pakaian berwarna hijau tua yang menjadi ciri khasnya saat bertugas di ruangan operasi. Ia tersenyum saat melihat keluarga pasien sudah menunggu di luar ruang operasi. Wajah para keluarga yang terlihat sangat sedih juga sudah biasa ia lihat. Sikap yang harus ia tunjukkan adalah berusaha tetap tenang tanpa mendramatisir keadaan.

"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya seorang wanita paru baya dengan mata yang membengkak karena tak hentinya menangis.

"Operasi bejalan dengan lancar dan kondisinya juga baik, Ibu yang tenang ya, sebentar lagi putra ibu akan di bawa ke ruang perawatan," ucap Luna seraya mengusap lembut punggung Ibu itu.

"Terimakasih Dok, kami tidak tau apa yang akan terjadi kalau adik saya telat di tangani," ucap seorang wanita yang ada di samping Ibu itu.

"Iya sama-sama ... kalau begitu saya permisi dulu," ucap Luna lalu beranjak pergi.

Malam kian larut. Sudah waktunya untuk pulang ke bagian ternyaman di dunia yaitu kamarnya. Meskipun tak jarang, ia baru saja sampai di rumah, dan pihak rumah sakit menelpon karena ada pasien yang harus ia tangani. Pekerjaan yang begitu berat namun ia menikmatinya. Di dalam ruangannya, Luna beranjak ke ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian sebelum pulang.

Setelah selesai, ia melenggang meninggalkan ruangan yang di penuhi beberapa bingkai foto ia dan kedua orangtuanya dan juga ada beberapa penghargaan sebagai lulusan terbaik, dokter muda berprestasi dan berbagai penghargaan lainnya. Sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit besar itu, ia terlihat tersenyum bahagia karena untuk kesekian kalinya berhasil menyelamatkan hidup seseorang.

Di basement rumah sakit, sebuah mobil mewah hasil kerja kerasnya terparkir di sana. Bukan cuma mobil, tapi ia sudah bisa membeli sebuah apartement di kawasan yang tidak jauh dari rumah sakit dan juga ia sudah bisa membangun sebuah rumah yang cukup besar untuk Ibunya di tanah kelahirannya. Ya, Luna tinggal terpisah dengan Ibu karena tugasnya sebagai seorang dokter yang mengharuskan ia menahan rindu untuk tidak bertemu ibu hingga berbulan-bulan.

~

Mobil yang di kendarai Luna melaju dengan kecepatan sedang. Menembus jalanan kota yang terlihat tetap ramai meski sudah larut malam. Mata Luna fokus ke jalanan, tapi pikirannya terbagi kemana-mana. Sudah lima bulan ia tidak bertemu Ibu, ia rindu dan ingin melampiaskan keluh kesahnya karena aktivitas yang melelahkan, meski hanya lewat pesan suara. Namun lagi-lagi ia harus menahan diri karena kalau ia mengeluh, Ibu akan menjadi tidak tenang.

~

Tidak butuh waktu lama untuk ia sampai ke unit apartemen miliknya, hanya sekitar dua puluh menit saja. Ia melangkah masuk seraya meregangkan tubuh yang terasa remuk. Susana yang tergambar di tempat itu adalah sepi. Tinggal sendiri di kota orang membuat Luna kadang ingin menyerah tapi saat pikiran itu muncul, kata-kata terakhir bapak kembali terngiang-giang.

"Huh, sepi sekali," ucap Luna seraya memandangi ruangan yang hanya di terangi cahaya remang-remang.

Luna melangkah menuju kamarnya. Sesampainya di dalam ia langsung membaringkan tubuhnya, memejamkan mata yang terasa begitu berat. Menyibukkan diri seperti ini membuat Luna cukup tenang. Karena ia tidak perlu melewati kesunyian hingga membawa diri dalam kenangan. Saat ia lelah ia hanya perlu tidur dan esok hari kembali beraktivitas.

Apa kabar dia sekarang, apa dia juga melewati kesunyian seperti yang aku alami sekarang? Atau mungkin dia sudah bahagia dengan orang lain ... kenapa juga aku masih saja memikirkannya. Karena itulah aku tidak suka sendiri seperti ini, batin Luna.

Begitulah putaran hidup Luna, selama kurang lebih sembilan tahun Luna membangun kembali mimpinya keluar dari bayangan seorang pria yang sempat menguasai hati dan pikirannya. Apa ia sudah melupakan sang mantan? Ya mungkin tapi kenangan buruk yang menyebabkan perpisahan tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Malam kian larut. Akhirnya tubuh tinggi semampai itu sudah memasuki alam mimpi, meski hanya sendirian, tanpa seseorang yang bisa menjadi sandaran ketika lelah dengan kenyataan. Dalam hati ia selalu berharap semoga kelak ada seseorang yang bisa mengisi kekosongan hati, meski pada kenyataannya, setelah sembilan tahun ia belum pernah membuka hati untuk pria lain.

Bersambung 💓

Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊😍

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Udah jadi wanita dewasa,9 tahun waktu yg cukup lama sendiri setelah bercerai,Masih aja belom move on,Kalo aku cari aja yg lain,Udah terang2 keluarganya gak suka kamu,Apakah masih aja berharap ke Mantan .ckk..

2025-04-03

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Setiap sesuatu KEJADIAN itu ada HIKMAHNYA,Kalo Luna saat itu gak cerai dari mantan,Mungkin saat ini Luna bukan seorang Dokter hebat,Mungkin sekadar ibu rumah tangga yg akan selalu di hina keluarga mertuanya..

2025-04-03

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Jangan bilang kalo pasiennya itu Adrian..

2025-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1 (Kisah yang tak sampai)
2 Bab.2 (Setelah apa yang telah terlewati)
3 Bab.3 (Apa kamu baik-baik saja?)
4 Bab.4 (Cara rakdir mempertemukan kembali)
5 Bab.05 (Long time no see)
6 Bab.6 (Sisa Rasa)
7 Bab.7 (Pemeran pengganti)
8 Bab.8 (Pertanyaan yang akhirnya tersampaikan)
9 Bab.9 (Aku tidak baik-baik saja)
10 Bab.10 (Melawan restu)
11 Bab.11 (Getaran yang sama)
12 Bab.12 (Cemburu)
13 Bab.13 (Tercengang)
14 Bab.14 (Penyesalan Adrian)
15 Bab.15 (Bersandarlah hanya kepada ku)
16 Bab.16 (Keinginan Mishel)
17 Bab.17 (Dilematika kehidupan)
18 Bab.18 (Sebuah awal)
19 Bab.19 (makan malam)
20 Bab.20 (Cemburu)
21 Bab.21 (Sejauh mana kamu bisa bertahan?)
22 Bab.22 (Khwatir)
23 Bab.23 ( I will always love you)
24 Bab.24 (Joni oh Joni)
25 Bab.25 (Apa kamu siap untuk pulang?)
26 Bab.26 (Antara mimpi dan cinta)
27 Bab.27 (Fist love)
28 Bab.28 (Selangkah lebih dekat)
29 Bab.29 (Mishel mengetahui semuanya)
30 Bab.30(Apa aku boleh mengalahkan mu?)
31 Bab.31 (Di mulai dengan menjadi teman)
32 Bab.32 (Keinginan yang terpendam)
33 Bab.33 (First Kiss)
34 Bab.34 (Hendry dan Adrian)
35 Bab.35 (Cemburu berat)
36 Bab.36 (Kedatangan Ibu)
37 Bab.37 (Hampir saja)
38 Bab.38 (Aku pria normal)
39 Bab.39 (Curhatan hati)
40 Bab.40 (Mishel mengetahui semuanya)
41 Bab.41 (Kisah hidup, tiga sahabat)
42 Bab.42 (Ayo kita mencoba satu kali lagi)
43 Bab.43 (Pacar Mishel, siapa?)
44 Bab.44 (Bertaut)
45 Bab.45 (Memberitahu hendry)
46 Bab.46 (Kejutan)
47 Bab.47 (Ulang Tahun yayasan part.1)
48 Bab.48 (Ulang tahun yayasan part.2)
49 Bab.49 (Ulang tahun perusahaan part.2)
50 Pengumuman.
51 Bab.50 (Tabu)
52 Bab.51 (Semua akan baik-baik saja)
53 Bab.52 (Ancaman)
54 Bab.53 (Permintaan Papa)
55 Bab.54 (Keputusan)
56 Bab.55 (Memberi restu)
57 Bab.56 (Ingin menikah lagi)
58 Bab.57 (Menahan diri)
59 Bab.58 (Ayo Pacaran!)
60 Bab.59 (Kembali lah pada ku lagi)
61 Bab.60 (Pulang bersama mu)
62 Bab.61 (Kisah nyata dan halusinasi)
63 Bab.62 (The last chapter)
64 After One Night Mistake
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab.1 (Kisah yang tak sampai)
2
Bab.2 (Setelah apa yang telah terlewati)
3
Bab.3 (Apa kamu baik-baik saja?)
4
Bab.4 (Cara rakdir mempertemukan kembali)
5
Bab.05 (Long time no see)
6
Bab.6 (Sisa Rasa)
7
Bab.7 (Pemeran pengganti)
8
Bab.8 (Pertanyaan yang akhirnya tersampaikan)
9
Bab.9 (Aku tidak baik-baik saja)
10
Bab.10 (Melawan restu)
11
Bab.11 (Getaran yang sama)
12
Bab.12 (Cemburu)
13
Bab.13 (Tercengang)
14
Bab.14 (Penyesalan Adrian)
15
Bab.15 (Bersandarlah hanya kepada ku)
16
Bab.16 (Keinginan Mishel)
17
Bab.17 (Dilematika kehidupan)
18
Bab.18 (Sebuah awal)
19
Bab.19 (makan malam)
20
Bab.20 (Cemburu)
21
Bab.21 (Sejauh mana kamu bisa bertahan?)
22
Bab.22 (Khwatir)
23
Bab.23 ( I will always love you)
24
Bab.24 (Joni oh Joni)
25
Bab.25 (Apa kamu siap untuk pulang?)
26
Bab.26 (Antara mimpi dan cinta)
27
Bab.27 (Fist love)
28
Bab.28 (Selangkah lebih dekat)
29
Bab.29 (Mishel mengetahui semuanya)
30
Bab.30(Apa aku boleh mengalahkan mu?)
31
Bab.31 (Di mulai dengan menjadi teman)
32
Bab.32 (Keinginan yang terpendam)
33
Bab.33 (First Kiss)
34
Bab.34 (Hendry dan Adrian)
35
Bab.35 (Cemburu berat)
36
Bab.36 (Kedatangan Ibu)
37
Bab.37 (Hampir saja)
38
Bab.38 (Aku pria normal)
39
Bab.39 (Curhatan hati)
40
Bab.40 (Mishel mengetahui semuanya)
41
Bab.41 (Kisah hidup, tiga sahabat)
42
Bab.42 (Ayo kita mencoba satu kali lagi)
43
Bab.43 (Pacar Mishel, siapa?)
44
Bab.44 (Bertaut)
45
Bab.45 (Memberitahu hendry)
46
Bab.46 (Kejutan)
47
Bab.47 (Ulang Tahun yayasan part.1)
48
Bab.48 (Ulang tahun yayasan part.2)
49
Bab.49 (Ulang tahun perusahaan part.2)
50
Pengumuman.
51
Bab.50 (Tabu)
52
Bab.51 (Semua akan baik-baik saja)
53
Bab.52 (Ancaman)
54
Bab.53 (Permintaan Papa)
55
Bab.54 (Keputusan)
56
Bab.55 (Memberi restu)
57
Bab.56 (Ingin menikah lagi)
58
Bab.57 (Menahan diri)
59
Bab.58 (Ayo Pacaran!)
60
Bab.59 (Kembali lah pada ku lagi)
61
Bab.60 (Pulang bersama mu)
62
Bab.61 (Kisah nyata dan halusinasi)
63
Bab.62 (The last chapter)
64
After One Night Mistake

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!