"Saya tidak ingin di operasi dok, saya tidak mau mati," ucap seorang Ibu seraya terus terisak di hadapan Luna.
Luna memutar-mutar pulpen dengan jari-jarinya kemudian menghela nafas yang cukup panjang dengan kepala tertunduk. Wanita paru baya yang ada di hadapannya saat ini adalah seorang penderita tumor otak. Tumor sudah menjalar dan harus segera di operasi, namun karena alasan klise wanita paru baya itu takut untuk di operasi.
Perlahan Luna mengangkat kepalanya. Ia tersenyum. Perlahan tangannya bergerak, menggenggam erat tangan wanita paru baya itu. Luna adalah wanita yang sabar saat menghadapi pasien, ia mengerti bagaimana perasaan seseorang saat mendengar kata operasi yang amat mengerikan bagi orang awam.
"Bu, saya hanya minta Ibu percaya kepada saya. Jika tidak di operasi sekarang, penyakit Ibu akan semakin parah," ucap Luna kemudian beralih ke samping dimana anak Ibu itu hanya duduk diam sejak tadi, "Dorongan dari orang terdekat sangat di perlukan, memberi semangat akan memberi sebuah kekuatan tersendiri bagi pasien, kamu juga harus semangat."
"I-iya Dok," ucap anak Ibu itu lalu kembali menunduk.
"Jadi bagaimana Bu, apa Ibu siap untuk di operasi?" tanya Luna untuk sekian kalinya.
Ibu itu menoleh kesamping, seolah meminta pendapat dari sang anak. Anaknya tersenyum kemudian mengangguk, "Percaya sama Dokter Luna Bu, Dokter Luna adalah Dokter terbaik di kota ini," ucap anak Ibu itu.
"Baiklah Dok, mohon bantuannya," ucap Ibu itu pada akhirnya.
Luna tersenyum lega, ia menoleh ke sisi kirinya dimana sang asisten yang sedang berdiri, "Mika tolong urus ya, siapkan juga ruang perawatan untuk Ibu, operasi akan di laksanakan malam ini."
~
Waktu makan siang akhir tiba. Luna memakai jas putih kebanggaannya. Sebelum keluar ruangan ia menghampiri sang asisten yang terlihat sedang sibuk di belakang meja kerjanya.
"Mika, kamu tidak mau ikut makan siang?" tanya Luna.
"Sedikit lagi Dok, tanggung ini. Dokter pasti mau makan siang dengan dokter Mishel, saya menyusul nanti Dok," ujar Mika.
"Oh baiklah, jangan lupa kunci ruangan saat kamu pergi," ucap Luna.
"Baik dok."
Luna berbalik, melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Saat sudah sampai di luar, ia melambaikan tangannya karena ternyata sang sahabat juga baru saja keluar dari ruangan yang terletak berhadapan dengan ruangan Luna. Sahabatnya adalah seorang dokter spesialis bedah plastik bernama Mishel. Mishel bukanlah orang sembarangan karena orang tuanya adalah pemilik yayasan sekaligus rumah sakit tempat Luna bekerja.
Sebagai seorang Dokter sukses, Luna banyak berhutang budi kepada kedua orang tua Mishel. Ia bisa melanjutkan kuliah di bidang kedokteran karena beasiswa dari orang tua sahabatnya itu. Untuk itulah ia memperlakukannya sebaik mungkin, meski terkadang sahabatnya itu suka bertingkah kekanak-kanakan dan membuat masalah. Kedua orang tua Mishel mempercayai Luna sebagai teman dekat Mishel.
Mishel melangkah menghampiri dan langsung melingkarkan tangannya di lengan Luna, "Hari ini kita makan di kantin lagi?"
"Hm, Begitulah ... aku tidak punya banyak tenaga jika harus berlarian kalau ada pasien gawat darurat," ujar Luna.
"Ya baiklah, aku ikut kata kamu saja."
Luna melihat jam di tangannya, hanya ada satu jam untuk ia beristirahat, "Baiklah ayo pergi."
Mereka melangkah beriringan, menuju kantin rumah sakit yang berada di lantai dasar.
...***...
Di tempat berbeda. Adrian sedang berada di sebuah lokasi pembangunan gedung pencakar langit, dimana ia di tunjuk sebagai arsitek utama untuk proyek tersebut. Sebagai seorang arsitek handal dan berpengalaman, sudah banyak gedung, perumahan elit dan beberapa Mall yang ia desain. Untuk menjalin kerja sama dengan seorang Adrian tidak lah mudah karena ia sangat teliti untuk menandatangani kontrak kerjasama.
"Untuk basement akan di letakkan di sisi utara gedung, sementara ini fokus ke bagian utama dulu," ucap Adrian kepada kepala proyek dan seorang mandor. Sementara Joni sibuk memotret lokasi dengan sebuah kamera.
"Baik Pak," ucap kepala proyek itu kemudian menoleh ke samping dengan tatapan kesal, Adrian pun mengikuti arah padangan Pria yang ada hadapannya sekarang.
"Siapa nenek itu?" tanya Adrian saat melihat seorang nenek tua sedang memasuki Area proyek.
"Penjual makanan ringan, saya sudah sering memperingatinya agar tidak masuk ke lokasi, tapi tetap saja dia masuk dan tidak mau mendengarkan," ujar kepala proyek yang terlihat sangat kesal.
"Biarkan saja, semua orang berhak untuk mencari uang. Kamu jangan berkata kasar kepada orang tua, apalagi sampai menyakiti hatinya, berikan nenek itu topi pelindung, untuk keamanan," ujar Adrian.
Kepala proyek itu hanya bisa tertunduk saat jawaban Adrian yang tak sesuai ekspektasinya, "Baik pak."
Adrian dan Joni melanjutkan langkahnya menuju tempat lain. Dimana sebuah krain besar yang sedang mengangkat batu-batu, beroperasi. Ia memicingkan mata saat melihat nenek-nenek penjual makanan ringan itu berada tepat di bawah krain. Bertepatan dengan itu juga salah satu rantai pengait krain tiba-tiba saja terlepas, sebuah batu yang berukuran cukup besar hendak menggelinding keluar.
"Nek awas!" teriak Joni saat melihat nenek itu berdiri tepat di bawah batu yang akan segera jatuh ke bawah.
Karena nenek tak menggubris, Adrian segera berlari dengan kencang saat melihat batu besar itu mulai menggelinding jatuh. Ia mendorong nenek menyingkir hingga akhirnya batu berukuran cukup besar itu jatuh tepat mengenai kepalanya, ia jatuh tersungkur ke tanah dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Topi proyek yang ia kenakan sebagai pelindung sampai retak. Joni dan semua orang yang melihat kejadian itu segera menghampiri Adrian. Joni mendorong batu itu menjauh. Matanya membulat seketika saat melihat sang sahabat tak sadarkan diri.
"Rian bangun!" serunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ia sangat takut terjadi sesuatu dengan Adrian. Ia menoleh kebelakang dimana semua orang sedang berkerumun, "Apa yang sedang kalian lihat, cepat panggil ambulans!"
~
Luna dan Mishel sedang mengobrol seraya menikmati makan siang mereka. Dering ponsel membuat fokus Luna teralihkan, ia menghela nafas panjang lalu kembali menatap Mishel, "Panggilan tugas."
"Cepat angkat," ucap Mishel.
Luna segera menerima panggilan telepon itu.
"Hallo?"
[Dok, seorang pasien sedang dalam perjalanan kemari.]
"Baiklah, saya segera kesana."
Setelah pamit dengan Mishel, Luna beranjak dari duduknya, melangkah dengan cepat meninggalkan kantin. Ia hanya bisa memandangi kepegian sahabatnya dengan senyum penuh kebanggaan. Ia senang melihat Luna yang sekarang. Karena saat pertemuan pertama mereka di sekolah kedokteran dulu, sahabatnya itu hanya wanita lemah dengan tangan yang selalu bergetar saat memegang pisau bedah.
~
Luna menghentikan langkahnya saat sampai di luar pintu UGD. Di sana sudah ada Mika dan seorang dokter magang yang juga menunggu ambulans datang.
"Apa ambulannya masih lama?" tanya Luna seraya melihat jam di tangannya.
"Paling sebentar lagi Dok," jawab Mika.
"Itu dia, ambulannya datang," ucap dokter magang itu.
Ambulan itu berhenti tepat di depan pintu UGD. Seorang petugas ambulans segera menghampiri Luna.
"Sejak kapan pasien tidak sadarkan diri?" tanya Luna.
"Sekitar satu jam yang lalu dok, kemungkinan geger otak," jawab petugas ambulans itu.
"Cepat keluarkan pasien, kita harus melakukan CT scan untuk memastikan tidak ada pendarahan otak," pinta Luna.
Luna, mika dan dokter magang itu mengikuti langkah petugas ambulan menunju pintu belakang. Petugas ambulan bergerak cepat, saat pintu sudah terbuka, mata Luna tiba-tiba saja membulat ia menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melihat seorang pria yang sedang terbaring tidak sadarkan diri, begitu tidak asing.
Seseorang yang sudah lama menghilang, seseorang yang pernah amat berarti dalam hidupnya. Orang itu adalah, Adrian. Petugas ambulans, Joni dan dokter magang itu menurunkan brankar. Luna masih diam terpaku seraya melihat Adrian. Setelah sekian lama, kenapa takdir mempertemukan mereka dengan cara seperti ini.
Apa benar ini kamu, batin Luna.
Bersambung 💓
Jangan lupa tinggalkan komen dan like di setiap bab ya readers. Jika suka dengan kisahnya silahkan tinggalkan hadiah dan vote sebagai penyemangat author, Terimakasih 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dan akhirnya kembali lagi bersatu,Udah ketebak Alurnya..
2025-04-03
0
Qaisaa Nazarudin
Sebuah alasan logis utk bertemu dgn doktor Luna..🤦
2025-04-03
0
Maria Magdalena Indarti
wow.. ... akhirnya bertemu lagi
2024-06-07
0