Love After Marriage And Divorce
Riana adalah gadis muda periang serta pekerja keras. Ia bekerja di sebuah mall besar milik keluarga Adhyaksa. Ya, karena mall itu dekat dengan rumahnya tentunya.
Meski hanya sebagai karyawan toko, Riana begitu bangga dengan pekerjaannya. Tidak pernah ia merasa malu ataupun minder pada temannya.
Pagi ini, seperti rutinitas biasanya Riana berangkat tepat pukul sembilan pagi. Tokonya akan buka di jam 10. Sengaja Riana berangkat lebih awal dari biasanya.
Tiba di sana, waktu masih menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Riana memang sengaja berjalan santai untuk menikmati pemandangan sekitar. Sekedar menyapa beberapa karyawan toko lain. Ya, Riana terkenal ramah di sana.
Di depan toko, ada seorang pria yang sudah mulai membuka gembok tokonya. Riana mempercepat lajunya.
"Loh, kok ko Edy yang buka? Emang mas Pri kemana?" tanyanya.
"Dia off hari ini," jawabnya.
Pria berketurunan Tionghoa ini adalah orang pertama yang ramah pada Riana. Dia juga sering membantu Riana.
Toko terbuka. Riana dan karyawan lainnya mulai mengangkat barang yang menghalangi jalan keluar. Maklum saja, toko mereka kecil. Namun, barang yang dijual cukup banyak.
Ko Edy yang masih berada di sana, mengambil kardus berisi stok headset serta casing dari tangan Riana. Riana membiarkannya.
"Ini berat Ri. Biar gua saja," ucap pria itu.
"Oke," jawab Riana singkat.
Setelah itu, ko Edy kembali ke tokonya. Mereka memang bekerja di mall yang sama. Meski satu bos, mereka berbeda toko.
"Ko, thank you ya," teriak Riana.
Ko Edy hanya mengacungkan jempolnya. Setelahnya, Riana mengambil tas user dari temannya Yani.
"Kayaknya, ko Edy suka sama Lo Ri," ujar Yani.
Riana yang malas menanggapi hanya mengendikkan bahu nya. Setelah itu, mereka fokus pada pekerjaan masing-masing.
💦💦💦💦💦
Telepon berdering, saat Riana tengah berada di meja kasir. Ia mengambil gagang telepon dan meletakkannya diantara bahu dan telinga.
"Halo," ucapnya.
"Ri, ada charger mobil gak?" tanya suara di seberang sana.
Mendengar suaranya, Riana mengetahui siapa yang tengah menghubunginya. "Ada ko. Berapa?" ujarnya.
"Tiga ada?"
"Tipe?"
"Colok gede."
"Oke. Ambil aja," setelah itu, sambungan terputus.
Riana menyiapkan permintaan Edy dan meletakkannya di meja serta memberitahu Yani dan yang lainnya perihal charger itu. Kemudian, ia pamit pada Yani sahabatnya untuk ke toilet.
Keluar dari toilet, Riana tak memperhatikan seseorang yang keluar dengan langkah terburu-buru. Hingga akhirnya, tubuhnya yang kecil hampir terjatuh jika pria itu tak menangkapnya.
"..." teriaknya.
Ia terkejut saat tubuhnya tak mendarat di lantai. Ia menoleh dan mendapati pria tampan bak oppa Korea tengah memegangnya. Jujur saja, ia sangat terpesona.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini. Bisa berdiri tidak?" suaranya memang tidak keras. Namun, aura intimidasi itu sangat kental di rasa oleh Riana.
"Ma-maaf," ucap Riana seraya berdiri dengan benar.
"Terimakasih sudah menolong saya," Riana sedikit menunduk hormat.
Detik berikutnya, pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana bahannya dan berlalu tanpa memandang Riana.
"Sombong banget. Senyum kek, bilang sama-sama gitu," gerutunya seraya kembali ke tokonya.
Tepat saat itu, Edy baru saja keluar dari sana. Mereka saling melemparkan senyuman. Kemudian, Riana kembali bekerja.
💦💦💦💦💦
Waktu berlalu dengan cepat. Kini, Riana dan karyawan lainnya tengah bersiap menutup toko. Sama seperti pagi tadi, Riana dan yang lainnya kembali mengangkat dan menyusun kardus itu ke dalam.
Setelah beres, Edy kembali menarik railing door dan menggemboknya lagi. Mereka pun mulai meninggalkan toko, karena pihak mall, sudah mulai mematikan lampu di area itu. Terkecuali, di area tengah dan lainnya.
Yani menggamit lengan Riana. Mereka berjalan seraya berbagi cerita. Sementara Edy, mengikuti dari belakang.
Riana dan Yani memilih masuk ke dalam supermarket yang ada di lantai bawah. Ia ingin mencari sesuatu.
"Loh, Koko mau ke sini juga?" tanya Yani.
"Iya. Ada yang gua cari," mereka hanya menganggukkan kepala mengerti.
Setelah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, Riana dan Yani menuju kasir. Selesai membayar, mereka keluar.
Tiba-tiba saja, Edy menyodorkan minuman kaleng pada Riana. Riana menatap kaleng itu, kemudian menatap Edy.
"Buat, Lo," ucapnya mengartikan tatapan mata Riana.
Riana tersenyum dan mengambilnya. "Thank you," ucapnya seraya tersenyum.
Di lift, Riana kembali bertemu dengan pria yang menolongnya siang tadi. Yani menatapnya penuh kekaguman. Namun, Riana terlihat biasa saja. Mungkin, karena kejadian yang menimpanya siang tadi.
"Lo, mau langsung pulang, Ri?" tanya Edy.
"Iya, Ko. Capek aku," jawabnya.
Edy hanya mengangguk. Dari depan, pria itu melihat bayangan tangan Edy yang ingin merangkul atau mungkin mengelus rambut Riana. Namun, urung dilakukannya.
Riana sendiri sibuk membuka ponselnya dan bercerita dengan Yani. Ia tak memperhatikan sekitarnya.
Tak lama kemudian, mereka tiba di lobby. Di luar mall, mereka berpisah. Tanpa Riana sadari, Edy mengikutinya dari kejauhan.
💦💦💦💦💦
Keesokkan harinya, Riana bangun terlambat. Dengan terburu-buru ia bersiap. Kemudian, setengah berlari menuju mall tempatnya bekerja.
"Tunggu," pekiknya saat lift akan menutup.
Pria di dalam sana mengangkat sebelah alisnya. Entah takdir atau kesengajaan, pria itu tidak senang bertemu lagi dengan Riana. Pintu lift terbuka tepat di lantai Riana bekerja. Ia segera melangkah keluar.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Riana.
Riana menghembuskan nafas lega saat gembok tokonya baru mulai dibuka oleh supervisor nya. Setelah meletakkan tasnya, Riana kembali dengan rutinitasnya.
Hari ini, Edy tidak ke tokonya lebih dulu, karena Pri, atasan Riana sudah kembali dari liburannya.
Hari ini, Riana merasa sedikit tidak bersemangat. Ia memesan capuccino pada pelayan food court yang berlalu lalang di dekat tokonya.
"Soleh, gua pesan cappucino dong. Ada kan?" tanyanya.
"Nih," Soleh memberikan pesanan Riana.
"Punya siapa ini?" tanya Riana.
"Punya, Lo. Ada yang pesankan untuk Lo," jawab Soleh.
"Siapa?" tanya Riana penasaran.
"Rahasia," Soleh pun berlalu.
"Pake rahasia-rahasia an," pekiknya.
Riana berbalik dan menabrak dada bidang seseorang. Hingga cappucino miliknya mengotori jas pria itu.
"Ahhh," jeritnya.
"Astaga, maaf-maaf," ucapnya.
Riana terkejut mendapati pria yang kemarin kembali terlibat masalah dengannya. Riana meneguk salivanya dengan sulit saat mendapati tatapan tajam dan menusuk dari pria itu.
Mati gua, gumamnya dalam hati.
"Kamu lagi, kamu lagi," pria itu segera melangkah cepat meninggalkan Riana di sana.
Riana bernafas lega saat pria itu mulai menjauh. "Ketus, banget jadi cowok. Entar gak laku aja, baru tahu rasa," gumamnya.
Riana semakin tidak bersemangat saat ini. Ah, sudahlah. Kenapa gua ketemu dia terus ya? tanyanya dalam hati.
Sepanjang hari itu, Riana benar-benar tak bisa fokus dalam satu pekerjaan. Moodnya terjun bebas setelah bertemu pria tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Elza Yunita
baru singgah semoga betah..😍
2022-03-11
1
Susana
Hai, Kak. Saya singgah nih. 😍
semangat, ya! 🔥
2022-03-10
1
Nazwatalita
Aku mampir
2022-03-09
1