Satu minggu berlalu. Arkan terus mendesak Riana untuk membatalkan pernikahan mereka. Hingga Riana kesal setengah mati. Ingin Rasanya Riana membenamkan wajah Arkan ke dalam lubang.
Namun, disaat hatinya merasa kesal, ada saja pesan yang dikirimkan Edy padanya. Cukup untuk menenangkan hatinya saat itu. Terkadang, Edy akan mengirimkannya video lucu atau sekedar lelucon.
Riana akan tertawa saat melihat hal itu. Seperti hari ini. Riana tengah mengambil hari liburnya. Tiba-tiba saja Edy mengiriminya pesan mengajaknya jalan mengunjungi mall lain.
Edy:
Ri, jalan yuk gua pengen banget nonton nih.
Riana tersenyum cerah saat ada seseorang yang mengajaknya hang out. Sudah lama rasanya ia tak merasakan hal itu. Ia pun membalas pesan Edy.
Riana:
Ayo, ko. Siapa saja?
Tak butuh waktu lama bagi Edy untuk membalasnya.
Edy:
Kita berdua saja. Yang lain kan pada kerja?
Riana menepuk dahinya saat mengingat hal itu. Sedetik kemudian ia tersadar. Ia kembali mengirimkan pesan pada Edy.
Riana:
Lah, terus ko Edy sendiri?
Edy tak lagi membalas pesan Riana. Gadis itu berdecak kesal saat pesan yang ditunggu tak kunjung masuk ke dalam nomornya. Pada akhirnya, Riana mematikan datanya dan meletakkan ponselnya di atas nakas. Tak lupa ia mengecas ponselnya itu.
*****
Keesokan harinya, gadis itu bangun sedikit lebih siang. Seperti kebiasaannya saat libur, gadis itu mulai merapihkan kamarnya. Selesai dengan kamarnya, Riana mulai membersihkan diri.
Ia menyalakan data pada ponselnya. Banyak pesan beruntun yang masuk dalam ponselnya. Dari banyaknya pesan yang masuk, hanya satu nomor yang menarik perhatiannya.
087xxxxxxxx:
Kenapa kau belum juga mengatakannya pada orang tuamu? Apa kau berniat menikah denganku akhir bulan ini?
Riana membelalakkan matanya membaca barisan aksara itu. Sungguh, ia tidak berpikir jika pernikahan itu akan berlangsung cepat.
Riana segera keluar dari kamarnya dan mencari kedua orang tuanya. Ketika ia tak melihat orang tuanya, ia bertanya pada adiknya yang kebetulan duduk di ruang tamu seraya memainkan ponselnya.
"Riz, mama sama papa kemana? Kok gak kelihatan?" tanyanya.
"Mana gua tahu kak. Gua juga baru bangun," ucap Rizky tanpa melihat kakaknya.
Kesal dengan jawaban sang adik, membuat Riana memukul kepalanya dari belakang. "Mentang-mentang libur, Lo bangun seenak jidat Lo aja."
"Aduh, sakit kak. Kalau gua jadi bego gimana?" ucap Rizky kesal.
"Emang Lo sudah bego." Riana meninggalkan Rizky yang terus mengumpat akibat ucapannya.
*****
Riana berjalan mondar-mandir di kamarnya. Hatinya merasa resah karena pesan yang ia yakini di kirimkan oleh pria sedingin es yang sayangnya adalah calon suaminya.
Tak lama terdengar suara ibunya yang memasuki rumah. Riana segera keluar menghampiri ibunya.
"Ma," panggil Riana.
"Kamu kenapa kak, kayak orang kebakaran jenggot begitu?" tanya mamanya.
"Apa benar, pernikahan akan dilangsungkan akhir bulan ini?" tanya Riana to the point.
Mama, papa dan adik Riana saling pandang. Sejujurnya, mereka tidak tahu menahu tentang hal ini. Hingga mereka menunjukkan raut wajah bingung itu.
"Kamu dapat info darimana, Nak?" tanya papanya.
"Dari—" Riana kembali berpikir. Haruskah dirinya memberitahu orang tuanya, jika Arkan sendiri yang memberitahunya?
Namun, Riana memutuskan bungkam. Ia takut, jika orang tuanya justru merasa mereka semakin dekat.
"Gak kok ma. Riana nebak saja tadi."
Bersamaan dengan itu, ponsel Riana berdering. Riana melirik nama pemanggil itu.
"Iya ko?" jawab Riana saat melihat nama Edy yang menghubunginya.
"..."
"Lah, jadi ya. Aku pikir gak jadi. Ya sudah, Koko Sherlock saja ya. Aku siap-siap."
"..."
"Gak usah ko. Kita ketemuan di sana saja."
Riana bergegas berganti baju dan mengambil tasnya. Sepuluh menit kemudian, ia sudah rapih dengan pakaian santai dan tas yang menyampir di bahunya.
"Ma, Riana pergi dulu ya," pamit Riana pada papa dan mamanya.
"Kamu mau kemana?" tanya papanya saat Riana mencium punggung tangannya.
"Mau jalan, pa, sama teman," ucapnya.
"Ikut kak," ucap Rizky seraya bangun dari duduknya. Ia terlihat bersemangat saat mendengar kakaknya akan keluar menghabiskan hari liburnya.
"Ogah, yang ada duit gua habis buat bayarin Lo saja," tolak Riana.
"Yaelah, pelit banget kak. Entar juga kalau kakak sudah nikah aku gak mungkin ngintilin," Rizky mencebikan bibirnya.
"Bodo amat," ucap Riana seraya memeletkan lidahnya.
"Ma, pa, aku pergi ya," pamitnya.
"Iya, hati-hati," ucap mama dan papanya bersamaan.
*****
Riana pun tiba di salah satu mall yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Matanya mengedar mencari keberadaan pria yang mengajaknya hangout itu.
Kemudian, ia melihat pria itu tengah berdiri bersandar di dekat pintu masuk sambil memainkan ponselnya. Riana tersenyum dan melangkah cepat menuju pria itu.
"Ko," panggilnya saat ia sudah berdiri di dekat Edy.
"Sudah sampe. Yuk masuk," ajak Edy. Setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku, ia pun berjalan beriringan dengan Riana.
Dalam hati, sebenarnya Edy ingin sekali menggandeng jemari Riana. Namun, ia tak ingin membuat Riana risih. Hingga Edy memilih memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
"Lo sudah makan?" tanya Edy.
"Belum, ko. Tadi aku buru-buru." Riana tersenyum pada Edy.
Lagi, Edy ingin mengacak rambut Riana yang ada di puncaknya. Namun, urung dilakukannya.
"Makan dulu kalau begitu," putus Edy.
"Kok?"
"Gak usah protes, nanti Lo sakit." ucap Edy.
Riana pun menuruti ucapan Edy. Mereka makan bersama di restoran ayam yang terkenal di Indonesia. Setelah makan, Edy mengajaknya menonton di bioskop.
Puas berjalan-jalan tanpa mengeluarkan uang sedikitpun, mereka memutuskan pulang. Saat ini, mereka tengah menaiki eskalator. Karena, mereka ingin melihat-lihat sekeliling.
Saat akan turun, seorang ibu yang terlihat buru-buru menabrak Riana. Dengan sigap Edy memegang bahunya agar tidak terjatuh. Jantung Riana masih bertalu. Bukan karena pegangan Edy. Namun, Riana hampir saja terjatuh dan terjerembab di sana.
Riana selamat dari rasa malu. "Lo, gak apa apa?" tanya Edy.
"Iya ko. Itu ibu gak bisa pelan-pelan apa ya?" gerutu Riana. Hatinya merasa dongkol pada wanita itu.
"Bukannya minta maaf, malah kabur!" ucap Riana kesal.
"Sudah, ayo," ajak Edy lagi.
Mereka pun tiba di lantai yang mereka tuju. Saat akan berpisah, Edy mengatakan sesuatu yang membuat mata Riana membulat sempurna.
"Ri," panggilnya saat Riana sudah mulai berbalik.
"Iya, Kenapa ko?" tanyanya.
"Gua..." Edy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Gua suka sama Lo. Lo mau gak jadi pacar gua?"
Riana membulatkan mata dan mulutnya tak percaya. Benarkah pendengarannya ini? Lalu, apa yang harus dijawabnya?
"Gimana? Apa, Lo butuh waktu?" Riana mulai berdeham untuk melegakan tenggorokannya.
"Sekarang, aku belum bisa memberi jawaban untuk Koko. Pernyataan Koko sangat mendadak. Jadi, bisakah Koko beri aku waktu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Paulina H. Alamsyah Asir
Semangat..💪💪💪
2022-01-18
1