Satu Minggu berlalu sejak kunjungan Arkan dan ayahnya ke rumah Riana. Setiap kali mereka tak sengaja bertemu, keduanya akan segera membuang muka. Bagi Riana, menikah dengan orang yang tidak di cintainya adalah bencana.
Ingin rasanya Riana menolak perjodohan ini. Namun, ia tak bisa membuat keluarganya malu. Entahlah, Riana tak mengerti harus berbuat apa.
"Lo, kok bengong aja sih, Ri?" tanya Yani sahabatnya.
Riana menghela nafas kasar. "Gua dijodohin, Yan!"
"Hah, sama siapa?" pekiknya.
"Gila toa, Lo ya. Sakit kuping gua dengernya." Riana mengelus telinganya yang berdenging akibat teriakan Yani.
Yani melipat bibirnya tak enak. "Sorry. Gua kaget njir."
"Tapi, Lo dijodohin sama siapa? Terus, ko Edy gimana?"
"Gimana apanya? Gua sama ko Edy kan cuma berteman?" ucap Riana sengit.
"Biasa saja keles. Gua kan cuma tanya!" balas Yani tak kalah sengit.
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Hingga waktu pulang pun tiba. Seperti biasa, Riana dan Yani akan pulang bersama sambil bergandengan tangan layaknya pasangan. Sementara Edy, akan dengan setia berjalan di belakang mereka.
Tiba di depan lobby, sebuah mobil mewah berhenti di hadapan mereka. Edy maju dan berdiri di samping Riana.
Mereka memperhatikan mobil itu. "Siapa, Ri?" tanya Edy.
Riana mengendikkan bahunya. Kaca mobil pun di turunkan. Riana mengernyitkan dahinya melihat pria yang di dalam sana adalah Arkan. Pria yang dijodohkan dengannya.
"Masuk! Saya, ingin bicara!"
Riana bergeming dan mencengkeram tali tasnya dengan erat. Ia merasa tak memiliki urusan dengan pria itu.
"Apa saya harus menyeret mu?" matanya menyiratkan kemarahan.
"Anda tidak bisa memaksa Riana jika dia tidak mau," Edy mulai angkat bicara.
Terlihat senyum miring Arkan. "Baik! Kau akan menyesali semuanya!" Arkan segera menutup kaca mobilnya dan berlalu dari hadapan Riana.
"Dia siapa, Ri?" tanya Edy setelah mobil itu menjauh.
"Dia itu—" Yani menghentikan ucapannya saat Riana menatapnya dengan tajam.
"Gak tahu, Ko. Pulang yuk, capek nih!" Riana berjalan lebih dulu.
Pikirannya mulai melayang pada ucapan Arkan tadi. Kau akan menyesali semuanya. Riana memikirkan maksud ucapan pria itu. Apa yang akan dilakukan pria itu padanya? Menyakitinya, atau??? Entahlah, Riana merasa lelah memikirkannya.
*****
Hampir di setiap sudut kota tengah di penuhi oleh muda mudi yang menghabiskan waktu bersama. Ada yang berpasangan, ada pula yang bersama teman-temannya.
Seperti halnya Arkan yang tengah menghabiskan waktu bersama kekasihnya di apartemen miliknya. Arkan memang telah memiliki kekasih sebelum akhirnya sang papi memaksanya untuk menerima perjodohan konyol itu.
"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Cecil pada Arkan.
Arkan menggelengkan kepalanya. "Sebaiknya kita putus saja," ucap Arkan tiba-tiba.
"Kenapa kamu tiba-tiba minta putus?" tanya Cecil dengan nada yang meninggi.
"Papi, meminta ku menikah dengan gadis yang sudah dipilihkan kakek untukku." Arkan menundukkan kepalanya.
"Kamu bisa menolaknya, Sayang. Atau kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" lirih Cecil.
"Bukan, bukan itu. Papi mengancam akan menyerahkan perusahaan pada Rian jika aku menolak pernikahan ini. Kamu tahukan, aku dan Rian lahir dari ibu yang berbeda? Aku tidak ingin kehilangan apa yang seharusnya menjadi milikku." tutur Arkan.
"Jadi kamu tidak bisa menolaknya?" Arkan menggeleng.
"Lalu, bagaimana dengan hubungan kita?"
"Maaf," hanya kata itu yang mampu Arkan ucapkan.
Cecil segera menyambar tasnya dan meninggalkan Arkan sendiri. Arkan mendesah lelah. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan menengadahkan kepalanya.
"Sial. Seharusnya dia yang menolak perjodohan ini," gumamnya.
*****
Riana sudah bersiap pergi bekerja ketika adiknya mengetuk pintu kamarnya. Riana melangkah mendekati pintu dan membukanya.
"Kenapa?" tanya Riana.
"Calon suami kakak datang." Rizky sang adik segera meninggalkan Riana yang masih terdiam.
Riana mendesah kesal. Seketika moodnya terjun bebas saat mendengar itu. Ia segera mengambil tasnya dan keluar dari kamar.
Benar saja, pria itu sudah menunggunya di ruang tamu rumahnya. Riana segera mencium punggung tangan mama dan papanya. Karena ini hari Minggu, papanya libur bekerja.
"Ma, Pa, Riana berangkat dulu ya," pamit Riana.
"Iya, hati-hati ya, Nak," Riana mengangguk.
"Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Om dan Tante," Arkan turut pamit pada kedua orang tua Riana.
Mama dan Papa Riana tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Arkan segera menyusul Riana yang keluar lebih dulu.
Riana baru akan melewati mobil Arkan ketika pria itu menarik lengannya. "Jangan mempermalukan saya di depan keluargamu. Masuk!" Arkan membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Riana.
Mau tidak mau, Riana mengikuti keinginan Arkan. Apalagi, cengkeraman Arkan sangat menyakitkan di lengannya. Riana mengusap lengannya ketika Arkan sudah melepasnya dan menutup pintu mobilnya.
"Sakit?" Riana membuang pandangannya dari Arkan.
"Dengar, saya ingin kamu membatalkan perjodohan ini. Saya tidak sudi menikah denganmu," ucap Arkan
Riana terkekeh mendengar ucapan Arkan. "Kenapa tidak Anda saja yang membatalkannya, kenapa harus saya?" tanyanya sengit.
Sungguh, hati Riana semakin kesal melihat sikap pria yang ada di sampingnya ini. Jika dia tidak menginginkan pernikahan mereka terjadi, kenapa tidak dirinya saja yang membatalkan, pikir Riana.
"Jika saya bisa, sudah saya lakukan sejak kemarin," ketus Arkan.
Riana melipat tangannya di atas perut, kemudian membuang pandangannya ke arah jalan.
"Berhenti di sini saja," pinta Riana.
"Kenapa?" tanya Arkan bingung.
"Saya tidak suka dengan gosip yang akan beredar jika saya tetap bersama anda sampai mall nanti," ucap Riana ketus.
Arkan menghentikan mobilnya. Setelah Riana menutup pintu mobil itu, mobil segera melaju dengan kecepatan tinggi.
"Dasar cowok egois, bisanya nyuruh-nyuruh. Kenapa harus aku sih. Emangnya dia siapa?" Riana menumpahkan segala rasa kesalnya.
Beberapa orang yang tengah berjalan di dekatnya mulai berbisik tentangnya. Riana tak mempedulikan pandangan dan ucapan mereka yang menyebutkan jika dirinya gila.
Riana menghentakkan kakinya dan melangkah. Rasa kesalnya semakin memuncak saat Riana terciprat air kubangan.
"Arrgghh..." pekik Riana.
"Sial banget gua hari ini."
Riana tiba di tempatnya bekerja, sebelum ia menuju tokonya, ia menuju toko pakaian untuk mengganti bajunya yang kotor akibat cipratan air kubangan tadi.
Riana menuju toilet dan mengganti bajunya. Ia memilih membuang pakaiannya pagi tadi.
"Sayang, sih. Tapi, bagaimana lagi, anggap saja buang sial." Riana membuangnya ke tempat sampah dan berjalan menuju tokonya.
Tiba di sana, supervisor nya baru membuka gembok tokonya. Riana bernafas lega karena ia tiba tepat waktu.
"Tumben, Lo belakangan datang?" tanya Mas Pri selaku supervisor nya.
Riana tak membalas ucapan pria itu dan memilih diam saja. Moodnya sudah terjun bebas sejak kehadiran Arkan di rumahnya tadi.
Hingga toko tutup, suasana hati Riana belum membaik. Hanya pada costumer saja Riana membuka mulutnya. Selebihnya, ia memilih diam seribu bahasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lucky Saerang
Lanjutt
2022-03-06
1
IG : @thatya0316
semangat kak
2022-01-30
1
Paulina H. Alamsyah Asir
lanjut beib... first coment...😍
2022-01-18
1