Istri Muda Tuan Mafia
...༻❀༺...
Seorang gadis melangkah dalam tempo cepat. Kedua tangannya tampak dimasukkan ke dalam saku celana. Rambutnya yang kecokelatan tergerai. Dia mengenakan topi kupluk berwarna biru. Namanya Ruby Angelina, perempuan yang sudah terbiasa mencari penghasilan dengan cara merugikan banyak orang. Seperti mencuri, mencopet dan menipu.
Ruby punya alasan tersendiri terhadap kebiasaannya tersebut. Hal itu dikarenakan sejak umur sepuluh tahun dirinya tidak memiliki keluarga. Dia tinggal di panti asuhan sekitar tujuh tahun lamanya. Jujur saja, kebiasaan mencurinya telah terjadi semenjak Ruby masih berusia dua belas tahun.
Setelah lepas dari panti asuhan, Ruby memilih hidup sendiri. Dia cenderung tertutup terhadap siapapun, dan hanya dekat dengan teman-teman penjahat kelas teri-nya.
Ketika semakin dewasa, Ruby merasa kalau hidupnya bertambah sulit. Dirinya seringkali mengobati rasa kesepian dan kejenuhan dengan alkohol dan obat penenang. Namun beberapa bulan yang lalu sesosok lelaki rupawan dan menawan berhasil merubah hidup Ruby.
Namanya adalah Ryan Martin. Seorang lelaki yang juga mengaku kalau dirinya adalah penjahat kelas teri layaknya Ruby. Keduanya tidak sengaja bertemu saat di Las Vegas. Kebetulan sekali kala itu Ruby tengah mendapatkan keberuntungan tak terduga. Dia berhasil mencuri tas besar berisikan uang jutaan dolar. Kepergiannya ke Las Vegas, bertujuan untuk melipat gandakan uangnya. Akan tetapi bukan untung yang dia dapat, melainkan buntung. Sebab dalam beberapa menit saja, uangnya ludes akibat terlena bermain judi. Dari situlah awal mula Ruby mengenal Ryan.
Ryan adalah pria berbadan tinggi semampai. Atletis, serta memiliki iris mata berwarna biru. Rambutnya gondrong, sepanjang pundak miliknya. Akhir-akhir ini dia memanjangkan janggut beserta kumisnya. Meskipun agak berandal, ketampanannya tidaklah memudar.
Ryan berhasil meyakinkan Ruby untuk menikahinya. Mungkin kesendirianlah yang membuat Ruby menerima lamaran Ryan. Kini usia pernikahannya dan Ryan sudah berjalan tiga bulan lamanya.
Ruby tidak lagi melakukan aksinya sendirian. Gadis itu telah terbiasa mencuri bersama suaminya. Kini keduanya tengah melakukan aksinya di pusat kota Arizona. Sasaran mereka adalah orang-orang kaya yang arogan. Kebetulan Ruby sangat ahli menilai seseorang dari gerak-gerik dan nada bicara.
"Ryan? apa kau di sana?" tanya Ruby, berbicara kepada Ryan melalui ponselnya. Dia berdiri di depan lampu lalu lintas. Warna merah yang menyala membuat semua pejalan kaki berhenti. Dia hendak mencari sasarannya di sebuah bank terdekat. Ruby berniat berpura-pura ikut menjadi nasabah dan duduk di kursi tunggu bersama banyaknya orang.
"Iya, aku sedang dalam perjalanan. Kau mau kopi?" Ryan menyahut dari seberang telepon.
"Ayolah sayang. Kita sedang bekerja sekarang. Kenapa kau malah menawarkan kopi?" balas Ruby. Dia masih sibuk melangkahkan kaki maju. Terus menatap ke arah bangunan bertuliskan Arizona Bank.
Ryan terkekeh, lalu menjawab. "Itu karena aku kebetulan sedang memesan kopi. Cuaca sedang dingin sekarang. Aku yakin kamu agak kedinginan."
"Lupakan itu! ayo kita beraksi di Arizona Bank!" ujar Ruby, kemudian langsung mematikan panggilan telepon. Dia heran dengan suaminya. Ryan selalu bersikap santai ketika melakukan kejahatan. Bahkan ketika dikejar polisi pun Ryan bukannya takut, tetapi malah tertawa girang dan menikmatinya. Namun sebenarnya sikapnya itulah yang membuat Ruby jatuh hati. Ryan adalah lelaki tampan dan juga tidak kenal takut.
Ruby baru saja melangkah masuk ke area Arizona Bank. Dia segera duduk di kursi tunggu bersama nasabah lainnya. Matanya perlahan memindai ke sekitar. Mencoba mencari sasaran yang cocok untuk dicuri uangnya.
Sebelum melakukan aksinya, Ruby menunggu kedatangan suaminya terlebih dahulu. Salah satu kakinya menggedik beberapa kali akibat telah merasa bosan menunggu.
"Kemana dia? kenapa tidak datang-datang..." Ruby bergumam sembari membuka ponsel. Dia mencoba menghubungi Ryan kembali. Namun kali ini tidak ada jawaban sama sekali dari suaminya tersebut.
Tak! Tak! Tak!
Suara langkah kaki berlari terdengar mendekat. Ternyata itu Ryan, yang tiba-tiba memaksa Ruby untuk ikut bersamanya.
"Ayo! kita harus pergi dari sini!" desak Ryan. Dia mencengkeram erat tangan istrinya.
"Ada apa? kamu kenapa?!" timpal Ruby sembari melepaskan genggaman tangan Ryan. Dahinya mengerut kesal.
"Aku akan jelaskan semuanya! sebelum--"
DOR!!!
Suara tembakan pistol sontak memotong ucapan Ryan. Sekelompok orang berpakaian serba hitam dengan topeng badut, sudah menodongkan senjata ke segala arah. Ryan langsung mengajak Ruby untuk berjongkok dan bersembunyi di antara kursi tunggu yang berjejer.
"Ryan, a-a-apa yang terjadi?" tanya Ruby tergagap, akibat mulai dirundung kepanikan.
"Jangan lepaskan tanganku! Maka aku pastikan kita akan baik-baik saja!" ucap Ryan yakin. Dia berusaha menenangkan Ruby.
Ryan perlahan membawa Ruby berjalan menuju pintu keluar. Mereka mengendap-endap dengan mulus. Memanfaatkan kelengahan dari para perampok bertopeng.
"Sekarang!" titah Ryan seraya menarik Ruby untuk ikut bersamanya. Keduanya kini keluar dari bank. Tanpa sepengetahuan komplotan perampok bertopeng.
Ruby menoleh sebentar ke belakang. Dia menyaksikan hanya dirinya dan Ryan yang berhasil melarikan diri. Semuanya terasa aneh bagi Ruby. Bagaimana bisa dirinya dan Ryan bisa kabur semudah itu?
Ryan terus membawa Ruby berlari. Dia tetap melajukan langkahnya meski sang istri melayangkan pertanyaan bertubi-tubi.
"Ryan, kita mau kemana? kenapa kau sangat aneh sekarang?" timpal Ruby. Dia berusaha menarik tangannya sekuat tenaga, tetapi sama sekali tidak mampu. Tenaga Ryan sangatlah kuat dan mampu menyeretnya untuk terus berlari.
Ryan berhenti di jalanan sepi. Dia dan Ruby sama-sama mengatur deru nafasnya.
"Kenapa kita malah ke sini? aku ingin pulang!" keluh Ruby sambil memegangi kedua lututnya. Dia lalu memeluk badannya sendiri karena merasa kedinginan. Karbon dioksida yang dikeluarkan dari hidungnya tampak jelas. Terlihat jelas berupa kepulan asap di udara.
"Ruby, sepertinya inilah saatnya aku memberitahumu," celetuk Ryan, yang tentu membuat dahi Ruby langsung mengerut heran.
"Aku selama ini menyembunyikan identitasku yang sebenarnya..." ungkap Ryan. Dia menatap sendu istrinya.
"Tunggu, tunggu! jangan bilang kamu akan mengaku sebagai ketua komplotan penjahat?!" tebak Ruby, mengarahkan jari telunjuknya ke dada Ryan. Dia terkekeh geli sejenak. Merasa lucu dengan tingkah Ryan yang menurutnya sangat mengada-ngada.
"Aku tidak bisa membantah. Tetapi harus aku akui, kalau tebakanmu ada benarnya," balas Ryan dengan mimik wajah datar. Sebab dia serius dengan perkataannya. Sedangkan Ruby malah semakin geli dengan pernyataan Ryan. Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu malah tertawa terbahak-bahak.
Ryan hanya mendengus kasar. Dia membisu dan membiarkan Ruby puas dengan tawanya. Tidak lama kemudian, muncullah sebuah mobil sedan mewah dari kejauhan. Mobil itu berhenti tepat di depan Ryan dan Ruby.
Mimik wajah Ruby seketika berubah. Dia bingung atas datangnya mobil mewah di hadapannya sekarang. Apalagi seorang sopir langsung keluar dan membukakan pintu untuk Ryan dan dirinya.
"Apa-apaan ini? kau mau membuat kejutan apa?" tanya Ruby. Dia tersenyum kecut. Melakukan tatapan menyelidik terhadap Ryan. Namun suaminya itu tidak menjawab dengan satu patah kata pun. Ryan hanya mempersilahkan Ruby naik ke mobil lebih dahulu.
Karena mempercayai Ryan, Ruby lantas masuk ke dalam mobil. Disusul oleh Ryan setelahnya.
Mobil kini sudah berjalan. Ryan terus membisu sedari tadi. Dia sesekali memeriksa ponselnya. Saat itulah lelaki tersebut mengembangkan senyuman. Seakan telah mendapatkan kabar baik.
"Ryan, ada apa? katakan kepadaku! kenapa kau diam saja?!" Ruby mendesak Ryan untuk menjawab.
"Ruby, aku akan jelaskan--" ucapan Ryan terpotong ketika menyaksikan dua truk besar berhenti di depan. Membuat sopirnya otomatis menghentikan mobil.
Mata Ruby membulat sempurna, saat melihat orang-orang yang keluar dari truk adalah para perampok bertopeng badut. Mereka jelas merupakan komplotan orang yang tadi merampok Arizona bank.
Salah satu orang bertopeng itu berjalan mendekat. Lalu membuka pintu mobil.
"Ryan!" Ruby sontak ketakutan. Dia reflek menghindar dan menjauhkan dirinya. Akan tetapi sosok bertopeng itu terlihat tidak berbahaya, dan malah membuka topengnya. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik.
Sosok wanita misterius tersebut menarik kerah baju Ryan, kemudian memberikan kecupan singkat dibibir. Pemandangan itu tentu membuat Ruby kaget bukan kepalang. Kenyataan gila apa yang dia hadapi sekarang? Ryan seorang ketua penjahat? Ditambah, salah satu orang dari komplotan perampok kini berciuman dengan suaminya. Benar-benar gila!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Lisa Halik
mampir thor
2024-02-16
0
Al Fatih
barusan baca karyanya kaka tentang kisah cinta para anak SMA,, skrg mampir d genre action yaaa
2023-09-21
1
223
suka
2023-06-01
0