Ruby tidak bisa berkata-kata lagi. Dia menatap nanar Ryan. Lima cap jari langsung melayang ke pipi Ryan. Bagaimana bisa lelaki itu berucap dengan santainya, kalau dirinya memiliki istri lain selain Ruby.
"Enyahlah Ryan!" hardik Ruby. Dia beranjak pergi dengan perasaan kesal. Melangkah menuju pintu keluar rumah. Dia harus berjalan melewati 200 meter halaman rumah Ryan.
Ruby melangkah maju menuju pantai. Di sana dia memandangi hamparan lautan yang luas. Tangannya segera mengusap peluh yang menetes dipelipis. Ruby kelelahan karena sudah berjalan terlalu jauh.
Angin yang berhembus menerpa rambut panjang Ruby. Membuat mata gadis itu reflek terpejam. Berusaha menenangkan dirinya sejenak. Dia mencoba mencerna segala kenyataan yang sudah diketahuinya.
Semuanya tak terduga dan terasa benar-benar gila bagi Ruby. Menerima kenyataan Ryan sebagai bos mafia saja sudah sulit, apalagi mengetahui adanya wanita lain selain dirinya.
Dimata Ruby, Sarah tampak luar biasa. Pemberani dan tegas. Bahkan tubuhnya pun berwarna kecokelatan dan molek.
"Aku yakin Sarah bukan penjahat biasa," gumam Ruby pelan. Namun dia lekas-lekas menyadarkan diri, dengan cara menggeleng tegas. "Astaga, kenapa aku malah memikirkan itu. Harusnya aku pikirkan cara untuk berpisah dengan Ryan!" dia melanjutkan gumamannya.
"Itu tidak akan terjadi!" suara Ryan membuat Ruby sontak menoleh. Dia menyaksikan suaminya tersebut sudah berdiri di sampingnya. Memasukkan kedua tangan ke saku celana. Tatapannya tertuju ke depan. Ke arah lautan lepas yang tampak berkilau karena pantulan cahaya matahari.
"Kenapa begitu? Aku bebas melakukan apapun yang kumau!" sahut Ruby. Dahinya mengerut dalam.
"Tetapi tidak akan bisa, jika aku tidak mengizinkannya!" tegas Ryan seraya melakukan pose berkacak pinggang. Raut wajahnya yang masam perlahan dirubah menjadi sendu. "Berilah aku kesempatan, Ruby. Aku tidak mau membiarkanmu hidup sendirian. Itulah alasanku mencegahmu untuk pergi," tambahnya. Tangannya memegang lembut jari-jemari Ruby.
"Tetapi kehadiran Sarah membuatku..." Ruby tidak kuasa melanjutkan kalimat akhirnya. Dia jelas hendak mengatakan kalau dirinya merasa terganggu dengan keberadaan Sarah. "Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?!" tukasnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Karena aku sibuk jatuh cinta kepadamu." Alasan Ryan membuat Ruby seketika membisu. Dengan kalimat pernyataan itu, hati Ruby tanpa sengaja merasa terenyuh. Apalagi Ryan mengatakannya dengan binaran mata yang dalam. Seolah dirinya benar-benar tulus mencurahkan perasaannya.
"Saat bersamamu aku merasa sangat bahagia. Melupakan semua masalah yang mengganggu kepalaku. Kamu adalah gadis luar biasa, Ruby. Dan aku tidak mau menyia-nyiakanmu begitu saja," tutur Ryan lembut. Dia memegang wajah Ruby dengan satu tangannya. Semakin mendekatkan wajah, lalu memagut bibir Ruby dengan mulutnya.
Entah kenapa Ruby terbuai dengan ciuman Ryan yang terasa candu. Menggelitik tajam perutnya hingga dia tak kuasa untuk menolak. Apalagi tampilan Ryan sekarang sangat tampan dengan potongan rambut barunya.
Perlahan tangan Ruby melingkar dipinggang Ryan. Mendekatkan dirinya lebih dekat. Ciumannya dan Ryan semakin intens. Nafas mereka mulai menderu-deru.
Karena merasa Ruby mulai bergairah, Ryan perlahan melepaskan tautan bibirnya dan berucap, "Aku pikir kita harus melanjutkannya di kamar."
Ruby lekas-lekas mengangguk, dan mengikuti langkah Ryan yang tengah menarik tangannya penuh semangat. Mereka cukup lama berderap melewati halaman rumah. Perjalanan yang terlalu panjang bagi keduanya. Gairah Ruby mungkin sudah dimakan oleh lelah.
"Sial, rumahmu sangat luas Ryan. Aku lebih suka rumah kecil kita dahulu," keluh Ruby. Ucapannya membuat Ryan menengok. Lelaki itu segera menggendong Ruby dengan ala bridal style. Dia tahu Ruby kelelahan.
"Ryan, apa yang kau lakukan? ini sangat memalukan, anak buahmu melihat!" protes Ruby dengan wajah yang memerah malu. Meskipun begitu dia tidak bisa menahan rona tawanya. Endorfin dalam tubuh Ruby kian memuncak.
"Aku tidak peduli. Aku hanya peduli dengan apa yang akan kita lakukan di kamar nanti!" ucap Ryan. Dia sudah melangkah memasuki huniannya. Bergegas memasuki kamar terdekat. Ketika pintu kamar telah tertutup, suara lenguhan yang saling sahut-menyahut terdengar samar dari luar. Para bawahan dan pelayan, hanya bisa menggeleng maklum terhadap tingkah bos mereka.
"Tidak ada yang bisa menolak permainan Ryan di atas ranjang," celetuk Sarah. Dia sedari tadi berdiri di lantai dua. Bersandar di pagar pelindung sambil memegang gelas berisi wine. Di sebelahnya ada lelaki berbadan kekar. Namanya adalah Darwin, orang yang ditugaskan Ryan untuk menjadi pengawal pribadi Sarah.
"Hahaha, apa se-luar biasa itu, Nona?" respon Darwin sambil menuangkan wine ke dalam gelas Sarah yang telah habis.
"Itu adalah salah satu alasanku masih setia disisi Ryan," balas Sarah. Lalu meminum wine yang ada dalam gelasnya.
"Anda tidak cemburu?" tanya Darwin, penasaran.
"Tentu saja tidak. Aku sudah mendapat jatah lebih dulu tadi malam," jawab Sarah seraya tersenyum tipis. Tangannya memainkan gelas yang dipegangnya. Gerakannya membentuk kurva dalam berulang kali.
"Pantas saja anda terlihat santai." Darwin menggelengkan kepala. Dia segera menuangkan wine ke dalam gelas untuk dirinya sendiri. Kemudian menikmatinya bersama majikannya.
"Ayo, kita lebih baik bersiap-siap!" Sarah mengajak Darwin beranjak pergi. Mereka harus mengurus bisnis ke luar kota sebentar.
Keringat membasahi rambut Ruby disekitaran pelipis. Dia sekarang berusaha mengatur deru nafasnya. Sebab dirinya dan Ryan baru saja mengakhiri kegiatan intim mereka. Ryan tampak menenggelamkan kepalanya ke dada Ruby. Mulutnya sedikit menganga, karena sensasi dari gairahnya masih terasa.
Setelah terdiam dalam selang beberapa menit, Ryan perlahan mengangkat kepalanya. Dia menatap lekat Ruby. Tangannya mulai membelai kepala istrinya tersebut dengan lembut. Sebelum beringsut ke ujung kasur, Ryan menyempatkan dirinya untuk mengecup kening Ruby lebih dahulu.
Ruby terlihat memejamkan rapat matanya. Tanpa sengaja dia tertidur pulas. Ryan diam-diam memakai pakaiannya kembali, kemudian keluar dari kamar.
Dua jam berlalu, Ruby akhirnya terbangun dari tidurnya. Dia bergegas membersihkan diri ke kamar mandi. Menikmati bath up yang entah sejak kapan sudah tersedia dan siap dinikmati olehnya.
Sebenarnya saat Ruby masih tertidur, Ryan menyuruh dua pelayan untuk menyiapkan bath up khusus, yang di isi dengan air serta sabun beraroma mawar. Bath up itu kini dipenuhi dengan busa.
Ruby yang sempat kesal sekarang merasa lebih baik. Berendam di bath up membuat pikirannya lebih rileks. Dia segera keluar dari bath up, setelah merasa puas. Lalu memakai dress selutut yang telah tersedia dalam lemari.
"Warna orange. Ryan memang selalu tahu kesukaanku!" gumam Ruby ketika melihat pantulan dirinya dicermin. Dia memuji dress baru yang sedang dikenakannya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan mengalihkan atensi Ruby. Gadis itu pun membuka pintu. Ternyata yang mengetuk adalah Sofia. Dia memberitahukan kalau Ryan menunggunya di meja makan.
Tanpa pikir panjang Ruby langsung berlari kecil menyusul Ryan. Akan tetapi langkahnya terhenti, tatkala menyaksikan wanita berambut pirang duduk di samping Ryan. Wanita tersebut sangat cantik. Berkulit putih bersih, berhidung mancung serta memiliki badan ideal. Dia lebih cantik dan seksi dari Sarah.
Ryan dan wanita berambut pirang terlihat berbicara serius. Sesekali wanita itu membelai rambut Ryan.
"Ryan..." Ruby berjalan mendekat. "Siapa dia?" tanya-nya dengan nada enggan.
"Emm..." Ryan tampak ragu untuk menjawab. Tetapi tidak untuk wanita rambut pirang yang duduk di sampingnya. Wanita tersebut berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Ruby.
"Kenalkan aku Megan. Istri pertama Ryan!" ujar Megan dengan rekahan senyumnya.
Deg!
Jantung Ruby menyengit. Matanya membulat sempurna. Dia sekarang merasa sangat syok. Kemarahan Ruby yang sempat padam, kini kembali memuncak.
"Maksudmu? la-lalu Sarah?" Ruby bertanya tergagap untuk memastikan.
"Oh Sarah. Dia istri kedua, dan kau yang ketiga. Welcome beautiful girl!" Megan menyalami Ruby secara paksa. Mengembangkan senyuman lebarnya.
Sementara ekspresi Ruby terlihat cemberut. Dia tentu marah besar. Saking marahnya, Ruby mendorong Megan menjauh. Dirinya bahkan tidak segan-segan menjatuhkan peralatan makan yang ada di meja. Piring dan gelas berjatuhan, lalu berubah menjadi serpihan kaca yang tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah loe Ruby tambah shock aja kamu kan??😂😂
2023-09-28
0
Qaisaa Nazarudin
Cih di gombalin dikit aja udah luluh, Gimana perasaan mu saat tau bukan cuman Sarah aja istrinya Ryan,pasti kamu akan lebih merana lagi..ckck
2023-09-28
0
de~javu. {° ~ °}
kok gue jadi greget sendiri ya sama Rian,baru kali ini gue baca novel mafia bini nya banyak
2023-08-25
0