...༻❀༺...
Ruby langsung berlari keluar rumah. Dia tidak mau peduli lagi dengan Ryan. Cukup sudah dirinya memberi kesempatan. Gadis itu melangkah untuk mencari kapal agar bisa pergi dari pulau pribadi Ryan. Ada banyak kapal mesin yang berjejer di dermaga kecil dekat pantai. Ruby memilih kapal secara acak, dan menjalankannya begitu saja.
"Aku tidak sudi tinggal di sana lagi! Bodoh sekali kau Ruby, sempat memaafkan lelaki brengsek itu!" gumam Ruby menyumpahi dirinya sendiri.
Ruby duduk sejenak untuk menenangkan diri. Meskipun begitu, dia duduk tidak jauh dari alat pengendali kapal. Menyesali pertemuan serta momen kebersamaannya dengan Ryan. Andai Ryan lelaki yang lemah, mungkin Ruby sudah memukulinya sedari awal.
Perjalanan tenang Ruby tidak berlangsung lama. Sebab dari belakang, kapal lain mulai berdatangan. Mereka langsung mengepung perahu yang dinaiki Ruby.
"Ruby, sudah kubilang. Kamu tidak akan bisa pergi jika aku tidak mengizinkanmu!" Ryan muncul di salah satu kapal yang mengepung.
Raut wajah Ruby seketika masam. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mencoba mencari jalan lain. Hingga akhirnya dia tidak punya pilihan selain bercebur ke air laut.
"Persetan denganmu Ryan!" geram Ruby, lalu bergegas melompat ke dalam air laut. Semua bawahan Ryan panik. Akan tetapi tidak untuk Ryan. Dia tetap santai dan menyuruh semua bawahannya untuk tetap tenang. Ryan yang sangat mengenal Ruby, tentu tahu harus bagaimana menghadapi gadis itu.
Ryan membiarkan Ruby berenang melewati kapalnya. Ruby bahkan tidak berminat menoleh ke arah Ryan. Dia sudah kesal menyaksikan wajah lelaki tersebut. Ingin rasanya dirinya melempari wajah Ryan dengan kotoran.
"Dasar lelaki mesum! Dua istri saja tidak cukup baginya! Dia pikir aku perempuan yang mau dipermainkan?" gerutu Ruby sambil terus berenang melawan arus laut. "Tidak bajingan! Aku bukan gadis bodoh seperti dua istrimu itu!!" Ruby meninggikan nada suaranya agar Ryan dapat mendengar dari belakang.
Ryan yang mendengar hanya terkekeh geli. Dia masih mengamati Ruby yang berenang kian menjauh. Ryan menunggu sampai kapan istri ketiganya itu berenang di air laut. Sebab dia tahu posisi pulaunya sangat jauh dari daratan utama. Memakan waktu hampir dua jam jika menggunakan kapal.
Ruby berhenti sejenak untuk beristirahat. Dia mulai lelah berenang. Tangannya mengusap wajah beberapa kali. Mencoba memperhatikan sekeliling. Namun Ruby tidak ada melihat satu pun daratan. Alhasil dia menoleh sejenak ke belakang. Memastikan posisi Ryan.
Pupil mata Ruby membesar saat jaraknya dengan kapal yang dinaiki Ryan tidak begitu jauh. Gadis itu mengira dirinya sudah berenang jauh, namun pada kenyataannya tidak.
"Sial!" umpat Ruby kesal. Dia tetap keras kepala untuk berenang menjauh. Air asin sesekali tidak sengaja tertelan olehnya. Ruby hanya berusaha bertahan semampu mungkin.
Sementara di kapal, Ryan malah asyik menyesap kopi hangat buatan Megan. Dia masih memperhatikan gerak-gerik Ruby. Mulutnya merekahkan senyuman tipis. Ryan sangat suka kegigihan Ruby.
"Aku tidak mengerti kamu mau menjadikan gadis seperti itu sebagai istrimu. Dia sangat... sangat ceroboh, Ryan!" ungkap Megan yang tengah berdiri di sisi kiri Ryan.
"Aku tahu," sahut Ryan menoleh ke arah Megan. Memberikan senyuman ambigu yang tak dapat diartikan. Megan sontak terperangah kala menyaksikan ekspresi tersebut. Menggelengkan kepala tak percaya.
Sementara itu, lelah sudah menggerogoti tangan dan kaki Ruby. Mimik wajahnya masam karena terus memaksakan diri. Jujur saja bibirnya sudah mulai menggigil akibat kedinginan.
"Kamu pasti bisa Ruby. Pasti ada daratan di sekitar sini. Tidak mungkin tak ada!" Ruby berusaha berpikir positif. Dia tidak akan sudi berbalik arah dan kembali kepada Ryan. Ruby punya harga diri.
"Uhuk! uhuk! uhuk!" Ruby terbatuk-batuk. Kepalanya mulai merasakan pusing. Dia kesulitan bernafas dan agak mual. Saat itulah Ryan bergegas menjalankan kapal. Dari kejauhan dia melihat Ruby mulai kesulitan berenang.
Kapal Ryan berhenti tepat di dekat Ruby berada. Ryan lekas-lekas mendekati Ruby. Mengulurkan tangan, karena berniat untuk membantu.
"Ruby, naiklah! Kau akan mati jika terus memaksakan diri!" ujar Ryan. Namun sama sekali tidak dihiraukan oleh Ruby.
Ruby memaksakan dirinya untuk berenang lagi. Berupaya menghindari Ryan sejauh mungkin. Padahal keadaan tubuhnya tidaklah kuat untuk menempuh pergerakan yang lebih jauh.
Ryan hanya menghela nafas panjang ketika tawarannya ditolak mentah-mentah. Dia memutar bola mata malas.
Sebenarnya Ryan selalu kesal saat ada seseorang yang menolak penawarannya. Siapapun itu. Sebuah penolakan membuat Ryan semakin gigih untuk mendapatkan yang dia mau. Dan sekarang dirinya semakin bersemangat untuk mendapatkan Ruby kembali. Bagaimanapun caranya!
Ryan lantas tidak punya pilihan lain selain menunggu Ruby tumbang. Dia tahu sebentar lagi gadis itu akan kelelahan dan pingsan. Apalagi kini udara laut dimalam hari semakin dingin. Menusuk siapa saja yang nekat berenang di perairan.
Lama-kelamaan, momen yang ditunggu Ryan tiba. Ruby terlihat berhenti berenang dan memejamkan matanya. Gadis tersebut nampaknya sudah pingsan.
"Chris, selamatkan--"
Byur!
Perkataan Megan terhenti saat Ryan telah lebih dahulu bercebur ke dalam laut. Dia padahal hendak menyuruh bawahannya agar Ryan tidak perlu repot-repot. Akan tetapi kini Megan hanya bisa berdecak kesal kala mendapati suaminya bersedia menceburkan diri.
Bertelanjang dada, serta dengan hanya mengenakan celana pendek, Ryan berenang menghampiri Ruby. Dia membawa istrinya tersebut ke kapal dengan mudahnya. Selanjutnya, Ryan segera merebahkan Ruby dan memberinya kehangatan.
Ruby perlahan membuka mata. Dia terkejut bukan kepalang, ketika menyaksikan dirinya kembali lagi ke rumah Ryan. Ruby sekarang berada di kamar tempat sebelumnya dia terbangun pertama kali. Pakaiannya bahkan sudah berganti dengan setelan baru.
"Aaaargghhh!!!" Ruby mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia beringsut ke pinggir kasur. Kemudian berlari untuk membuka pintu. Matanya langsung terbelalak tatkala menyaksikan ada dua penjaga berbadan kekar berdiri di depan kamar. Parahnya dua penjaga itu menyadari pergerakan Ruby. Mereka bisa mendengar suara pintu yang terbuka.
"Sial!" umpat Ruby. Dia lekas-lekas kembali menutup pintu, dan juga tidak lupa untuk menguncinya dari dalam. Pokoknya Ruby tetap bertekad untuk melarikan diri. Dia merasa lebih baik tinggal sendirian di kota New York, walau harus menjadi tunawisma.
"Halo, Miss?" suara salah satu bawahan Ryan memanggil. Dia juga terdengar sedang mengetok beberapa kali pintu kamar. Ruby tentu mengabaikannya. Sehingga lama-kelamaan suara bawahan Ryan tersebut tidak terdengar lagi.
Ruby membuka tirai jendela. Dia berpikir untuk melarikan diri lewat jendela. Gadis itu tidak peduli dengan ketinggian.
Ruby menjadikan selimut tidur sebagai tali pegangannya. Dia kemudian keluar dari jendela dengan hati-hati. Sebagai seorang anak yang mandiri, Ruby sudah terlatih terhadap dunia panjat-memajat semenjak kecil. Dia sering bermain di atas pohon bersama teman-temannya ketika masih tinggal di panti asuhan.
Bruk!
Hanya perlu memakan waktu dua menit saja, Ruby telah memijakkan kaki ke tanah. Dia tersenyum puas sambil mengibaskan kedua tangannya. Namun saat dirinya berbalik badan, sosok Ryan berhasil mengagetkannya. Ryan tampak berdiri tenang sembari melipat tangan di depan dada. Sepertinya dia sudah melihat gerak-gerak Ruby sejak keluar dari jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
gemes aq baca ya tapi seru
2023-10-28
0
Bu Kus
duh kasihan kamu Ruby terjebak sama Ryan ini baru tahu punya dua istri lha selanjut gak tahu kan Ruby tetap semangat ruby
2023-10-21
0
Nicky Nick
ayoo semangat ruby...
2023-02-27
1