...༻❀༺...
Ruby tidak peduli dengan kehadiran Ryan. Dia melingus begitu saja melewati lelaki tersebut. Namun tangan Ryan dengan sigap mencengkeram salah satu lengan Ruby.
"Ruby, maafkan aku. Kumohon, aku akan memberikan alasannya kepadamu," tutur Ryan pelan.
"Aku tidak perlu alasan atau pun penjelasan. Kesalahanmu sudah diluar batas!" Ruby melepaskan tangannya dari cengkeraman Ryan. Dia mamasang wajah cemberut. "Biarkan aku pergi, Ryan! Kamu tidak bisa memaksaku tinggal jika aku memang tidak mau!" lanjutnya, memohon.
Ruby tahu, tanpa izin Ryan. Dirinya tidak pernah akan bisa pergi dari pulau sekarang dia berada.
Ryan terdiam sejenak. Nampaknya dia tengah berpikir untuk memutuskan. Ryan menatap Ruby yang sedang sibuk melayangkan tatapan penuh harap kepadanya.
Ryan perlahan mengukir senyuman. Dia terpaksa menyetujui permohonan Ruby. Lelaki itu pun menyuruh Ruby bersiap dan mempersiapkan kapal.
"Aku yakin, kau pasti merencanakan sesuatu. Iyakan?" tegur Megan. Dia berjalan mendekati Ryan yang sibuk mengambil uangnya dari brankas. Keduanya sedang berada di ruang kerja Ryan. Sebuah ruangan yang tampak dihiasi dengan benda kuno dari suku pedalaman. Entah dari mana Ryan mendapatkan puluhan furniture unik itu.
"Kau memang sangat mengenalku, Megan." Ryan membalas seraya merekahkan senyuman diparasnya.
"Katakan kepadaku, Sayang. Apa yang akan kamu lakukan dengan Ruby?" tanya Megan, penasaran.
Ryan memasang ekspresi serius. Dia perlahan mendekatkan mulut ke telinga Megan, lalu berbisik, "Intinya, aku akan membuat Ruby kembali..."
Megan memanyunkan mulutnya, karena jawaban Ryan sama sekali tidak spesifik. Dia lantas membiarkan Ryan beranjak pergi ke kapal untuk menemui Ruby.
"Terima kasih untuk semuanya Ruby. Aku harap suatu hari kamu bisa memaafkanku," ungkap Ryan. Dia dan Ruby telah berada di kapal. Dalam perjalanan menuju bandara.
Ruby hanya membisu. Bahkan semenjak awal masuk ke dalam kapal. Dia sepertinya masih sangat marah. Sampai-sampai tidak merespon sama sekali perkataan Ryan. Gadis tersebut duduk sambil membuang muka.
Setelah memakan waktu dua jam lebih, Ruby akhirnya tiba di bandara. Sebelum pergi, Ryan memberikan tas wanita dengan isi uang yang cukup untuk Ruby. Dia juga mengatakan akan mengirimkan lagi jika uangnya sudah habis.
"Tidak perlu Ryan. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Mulai saat ini kita berpisah. Jangan pernah menemuiku lagi!" ujar Ruby. Dia meraih tas pemberian Ryan. Kemudian bergegas untuk berlalu pergi.
Ryan tersenyum tipis menyaksikan kepergian Ruby. Dia sebenarnya hanya berlakon di depan gadis itu. Padahal apa yang dilakukannya kepada Ruby adalah salah satu rencananya.
"John? Bisakah kita bertemu di bar biasa? Aku perlu bantuanmu," ucap Ryan yang tengah berbicara melalui ponselnya.
"Oke Bos, apa ini proyek besar?" sahut John dari seberang telepon. Dia adalah salah satu rekan kepercayaan Ryan. Berwajah sangar tetapi banyak bicara.
"Bukan John, pokoknya nanti aku akan ceritakan saat kita bertemu!" balas Ryan sambil melangkahkan kakinya. Dia sedang berjalan menuju ruang tunggu VIP. Dimana dirinya bisa menaiki pesawat pribadinya.
"Aku akan menunggu!" respon John. Pembicaraan mereka berakhir disitu. Ryan lekas-lekas menyimpan kembali ponselnya. Memandangi pesawat Ruby yang baru saja lepas landas.
Di kawasan pusat kota New York, ada sebuah bar bernama Skynight. Di sana musik jazz selalu mendominasi. Seorang wanita berkulit hitam menyanyikan lagu It Girl milik Pharrel Williams. Dirubah menjadi versi jazz. Ditemani oleh pemusik lainnya. Memadukan aransemen dengan begitu lihai dan harmonis.
Ryan terlihat baru saja masuk. Matanya segera memindai ke segala penjuru. Mencari sosok lelaki bernama John. Atensinya lantas terhenti pada seorang lelaki yang melambaikan tangannya ke arah Ryan. Jelas dia adalah John. Ryan pun bergegas menghampiri.
"Lihat dirimu. Wow, tidak seperti biasanya kau mengenakan setelan jas. Apa kau benar seorang ketua komplotan penjahat? Kau lebih terlihat seperti seorang politikus di gedung putih!" Baru saja bertemu, John sudah berbicara panjang lebar.
"Aku hanya berbaur. Kau tahu, kita di kota New York sekarang." Ryan mengambil segelas bir. Kemudian langsung meminumnya.
"Ah benar. Kota metropolitan yang dipenuhi oleh pekerja kantor. Oke, jadi bisakah kau beritahu apa tugasku kali ini?" John menatap serius Ryan. Memasang kedua telinganya baik-baik.
"Ini sebenarnya masalah pribadi. Aku ingin istriku kembali," ucap Ryan memberitahu.
"Istrimu? Sarah atau Megan? Bukankah mereka hanya memperdulikan hartamu. Berikan saja mereka uang yang banyak, maka pasti akan kembali kepadamu." John menyarankan. Akan tetapi dia malah mendapat tatapan datar dari Ryan.
"Kali ini berbeda. Aku menikahi seorang gadis lagi." Ryan berterus terang. Menyebabkan John agak kaget, setelah dia mencerna pernyataan Ryan, tawanya langsung meledak begitu saja.
"Hahaha... oh Ryan, Ryan... ada apa denganmu? Kenapa kau menikahi banyak perempuan? Apa ini karena suku pedalaman yang telah berjasa menyelamatkanmu itu? Ayolah Ryan, orang-orang tersebut berpikiran tradisional. Mereka tidak mengerti dengan kehidupan kita di sini," ucap John panjang lebar. Dia lalu melanjutkan tawanya lagi.
Ryan tidak bisa membantah ucapan John. Sebab dirinya benar-benar menuruti budaya yang ada di suku Elmika. Sebuah suku pedalaman yang sangat berjasa menyelamatkan hidupnya lima tahun lalu.
Ryan banyak belajar dari orang-orang di sana. Dari strategi, politik, bahkan budaya. Itulah salah satu rahasia kesuksesan organisasi mafia Ryan. Dia sengaja mengikat perempuan yang ahli dalam bidang tertentu. Itu adalah salah satu strategi yang diberitahukan suku Elmika kepadanya. Ryan mempercayainya, ketika organisasinya berjalan lancar dan sangat sukses. Namun dia akan marah besar jika seseorang berani menghina apa yang dipercayainya.
Bruk!
Ryan menghantamkan tangannya ke atas meja. Suara kerasnya menyebabkan beberapa orang tersentak kaget. Keberadaan Ryan seketika menarik perhatian banyak orang. Sementara John yang menjadi alasan kemarahan Ryan hanya bisa mematung.
"Maafkan aku Ryan. Aku tidak bermaksud..." John lekas-lekas meminta maaf. Tetapi Ryan sudah terlanjur marah. Dia berdiri dan mencengkeram erat kerah baju John. Matanya membuncah hebat. Seolah akan memakan John hidup-hidup. Jika ada seseorang berhasil membuat Ryan marah, maka lelaki itu akan terlihat sangat mengerikan dan mengancam. Membuat siapa saja langsung ciut kala menyaksikan bara api kemarahan dimatanya.
"Jangan coba-coba mengomentari kehidupanku, John. Lebih baik kau lakukan saja tugasmu!" Ryan mendorong John dengan kasar. Hingga menyebabkan lelaki bertopi fedora tersebut terhuyung ke belakang.
Ryan membalas tatapan orang-orang yang menatapnya. Dia berhasil membuat semua orang tunduk dan terdiam seribu bahasa. Selanjutnya dia berupaya menenangkan diri, dan menjelaskan rencananya kepada John. Perselisihan mereka tidak berlangsung lama.
Di sisi lain tepatnya di area lingkungan Queens. Ruby memilih bermalam di motel. Dia akan mencari tempat tinggal setelah puas beristirahat. Memikirkan semua masalah yang sudah dia lewati benar-benar membuatnya sakit kepala.
"Kenapa hidupku selalu begini. Benar-benar tidak terarah. Aku tidak akan mempercayai lelaki lagi dengan mudah. Mulai sekarang lebih baik aku fokus mengumpulkan uang saja," gumam Ruby. Dia sedang rebahan sambil memegangi bagian jidatnya sendiri. Perlahan matanya mulai terpejam. Gadis itu akhirnya terlelap akibat rasa lelah yang menggerogoti.
Ada sesuatu yang tidak diketahui Ruby. Tas pemberian Ryan yang dibawanya terdapat alat pelacak tersemat didalamnya. Alat itu sangat kecil dan diselipkan sempurna dibagian dalam kulit tas. Keberadaannya sama sekali tidak diketahui Ruby hingga kini.
Catatan Author :
Suku Elmika adalah suku pedalaman buatan penulis (Tidak nyata adanya). Suku dari hutan Amazon yang pernah menyelamatkan hidup Ryan lima tahun lalu. Sebelum Ryan mendirikan organisasi mafia The Shadow Holo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
ak sdh curiga itu..hrsnya jgn d trima tas nya...
2022-08-02
0
juni
👍👍
2022-03-26
0
Renireni Reni
💪💪💪💪💪👍👍👍👍
2022-02-21
0