"Apa ini mas, kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa selalu aku yang berkorban, kenapa selalu aku yang kalah. Kenapa? Dari ayahku sampai suamiku, kalian semua tak ada yang peduli dengan perasaanku." isak tangisku tak dapat lagi ku bendung, rasa sesak di dadaku terasa semakin sakit.
Dalam aku termenung, aku mencobak mengulang lagi ingatan ku soal sebelum mas Daniel menyuruh aku mengenakan baju ini. Baju yang begitu indah dengan hiasan bunga - bunga dan warna yang paling aku suka, biru.
Malam itu udaranya terasa sangat dingin dan sangat sepi, bahkan tak ada cahaya lampu. Listrik dirumah tiba - tiba mati dan aku yang tinggal sendirian di rumah tak bisa melakukan apa-apa. Karna takut gelap aku pun terus memegangi lilin yang ku nyalakan. Tiba - tiba hp ku bergetar dan ternyata itu mas Daniel.
"Halo Aira, apa kau ingat ini malam apa dan hari apa sayangku? Aku sudah menyiapkan baju untukmu di kamar, pakek baju itu dan sambut aku di depan pintu nanti. Dan lagi, hias kamarku dengan bungkusan yang sudah ku siapkan, aku akan pulang dalam 1 jam lagi." tuuutt. Sambungan terputus.
Dan ini adalah hari pernikahanku dengan mas Daniel. Aku menghias kamar dengan taburan bunga mawar dan melati, serta ku kenakan gaun yang disediakan oleh mas Daniel untukku.
"Apakah ini pertanda baik ataukah pertanda buruk? Kenapa aku merasa cemas." ku pandangi terus srah pintu rumah dan aku duduk di ruang tamu.
Setelah ingatan itu ku ulang - ulang air mataku mengalir tanpa henti. Aku tak sanggup membayangkan akan bagaimana kehidupanku nantinya.
Tak terasa aku tertidur karna kelelahan menangis, aku masih dalam posisiku semalam. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil memegangi kedua lututku. Baju yang diberikan oleh mas Daniel sudah lecek tak beraturan.
Pukul 6 pagi. Aku pergi membersihkan diri dan langsung pergi ke kamar mas Daniel, namu langkahku terhenti karna ingat di dalam kamar itu pasti sekarang ada mas Daniel dan juga istri barunya. Aku pun kembali turun dan menuju dapur. Setelah selesai masak aku pergi ke taman belakang untuk merawat tanaman mawar yang ku tanam di sana.
"Aira.!? Aira.!?" teriak seseorang yang sangat ku kenali, ya itu teriakan mas Daniel. Aku langsung bergegas lari masuk ke dalam rumah dan menghadap pada mas Daniel.
"I - iya mas, maaf tadi aku ada di taman belakang." jawabku sambil ngos - ngosan karna lari.
"Apa aku harus terus mengingatkanmu akan tugasmu hah?! Apa kau tak bisa mengingat apa yang sudah ku suruh padaku. Tugasmu setiap pagi.!" teriaknya tempat di depanku.
"Ma - maaf mas, ku pikir didalam masih ada mas dan juga dia." tunjuk ku saat ku lihat kakak tiriku itu berjalan mendekati mas Daniel.
"Apa yang sudah kau pikirkan dengan otak kecilmu itu sebenarnya. Pergi sekarang atau ku hukum kau.!" perintahnya padaku sambil menekan disetiap kata - katanya.
"Baik aku pergi sekarang." aku langsung bergegas naik dan masuk ke dalam kamar mas Daniel untuk menyiapkan baju untuknya.
"Deg.! Apa ini. Kenapa semuanya masih utuh, dan bunga - bunga ini kenapa masih rapi ya? Terus mereka semalam ridur dimana?"
"Kenapa, bingung? Lepas bajumu sekarang juga." perintah mas Daniel yang sudah berdiri di belakangku, sedangkan aku tak tau kapan dia masuk.
"Tak mau? Atau kau ingin aku melakukannya dengan kasar.?" katanya mengancam.
"Tidak mas, aku buka sekarang." ku buka bajuku dengan buru - buru karna aku takut kalo nanti aku akan di hukum olehnya. Walo aku tak tau apa maksudnya.
Setelah ku lepas semua aku menunduk karna malu berdiri di depan mas Daniel tanpa penutup apa pun. Dan ku rasakan mas Daniel mendekat dan menyentuhku. Setelah selesai semuanya aku mengenakan bajuku lagi dan langsung keluar.
Setelah beberapa bulan pernikahan mas Daniel dan mbak Anggel mereka akhirnya dikarunia buah hati yang sedang mereka nantikan. Dan mas Daniel pun semakin cuek sama aku, bahkan tak peduli apa yang ku lakukan dan sedang ku alami.
"Sayang, lihat deh. Anak kita kayaknya lapar dan dia ingin makan sesuatu yang segar - segar. Tapi Aira gak mau buatin," adunya dengan manja pada mas Daniel.
"Aira.! Apa kau tak dengar kalo Anggel ingin makan yang segar - segar, segera buatkan jus untuknya." perinta mas Daniel padaku.
"Aira, denger tuh yang dikatakan oleh mas Daniel. Cepet gih buatin." perintahnya sambil menatapku penuh kemenangan.
Aku pun beranjak dan pergi ke dapur untuk membuatkan jus untuk mbak Anggel. Dan lagi - lagi mbak Anggel membuat ulah, dia datang dan dengan sengaja menumpahkan jus yang sudah ku buatkan untuknya.
Piyaaaarrrr
"Aah.! Maaaas, mas Daniel?" teriaknya memanggil mas Daniel.
"Kenapa. Apa yang terjadi? Kenapa kau duduk di lantai begitu?" Tanya mas Daniel yang berdiri diantara kami. Dan berusaha membantu mbak Anggel untuk bangun.
"Aira mas..?" menunjuk pada gelas yang tercecer dilantai dan sedang ku bersihkan.
"Aira?!" mas Daniel memanggilku dengan suaranya yang berat dan tatapan mata yang garang.
"I - iya mas." aku berdiri dari posisi ku yang tadinya jongkok. Ku tatap mas Daniel dengan takut.
"Ikut aku." perintahnya dan pergi berjalan ke arah ruang kerjanya.
Aku yang mengikutinya dari belakang, sudah ketakutan, tubuhku bergetar dan jantungku berdetak kencang. Nafasku terasa berat saat aku mulai memasuki ruang kerja mas Daniel.
"Duduk.!" perintahnya menunjuk ke arah sofa. Dan aku langsung duduk dengan wajah tertunduk.
"Bersihkan dan tata ulang ruangan ini, kau gak boleh keluar kalo belum selesai mengerti.!?" perintahnya dan meninggalkan aku serta mengunci pintunya dari luar.
Sekitar 3 jam akhirnya aku selese membersihkan dan menata ulang ruang kerja mas Daniel. Dan sambil menunggu mas Daniel membukakkan pintu aku membaca beberapa buku di situ sampai aku pun tertidur.
Aku terkejud saat ada air yang mengguyurku, dan itu adalah mas Daniel. Dia membangunkanku dengan menyiramkan air ke mukaku.
"Bangun, bersihkan tempat ini sampai bersih dan siapkan baju untukku karna aku ada rapat siang nanti." setelah memerintah mas Daniel langsung pergi meninggalkan aku yang basah kuyup.
Seperginya mas Daniel aku dan mbak Anggel aku membaca berbagai buku tentang management bisnis dan juga melatih gambar - gambarku. Karna mau bagaimana pun aku masih ingin setidaknya bermimpi akan masa depanku yang ingin jadi seorang arsitek.
Sore itu, entah kenapa tubuhku rasanya lemas dan gak enak. Tapi aku tak tau harus minta tolong pada siapa, karna mas Daniel juga belum pulang dan mbak Anggel gak bisa di telpon.
"Mas syukurlah mas Daniel sudah pulang. Mas aku merasa badanku tak enak, bisakah mas Daniel mengantarku ke dokter mas?" tanyaku begitu melihat suamiku pulang.
"Aira, emang kau sakit apa? Paling cuma masuk angin, sudah kasik minyak angin saja dan minum hangat nanti juga akan sembuh. Emang kamu gak kasian sama mas Daniel baru juga pulang karja, kau ini gak pengertian sekali jadi istri. Sudah mas, sebaiknya mas istirahat saja biar aku yang menjaga Aira." katanya menjelaskan pada mas Daniel, dan berusaha mempengaruhinya agar tak mengantarku ke rumah sakit.
Dan benar saja mas Daniel pergi masuk ke dalam kamarnya, begitu juga dengan mbak Anggel. Aku berusaha membuat minuman pengahangat tubuh, tapi semakin malam tubuhku semakin panas dan menggigil. Aku hanya bisa tetap berbaring dan bersembunyi didalam selimut, berharap kalo besok sudah baik dan gak panas lagi.
"Airah.! Jadi ini kerjamu, kau hanya tidur sementara Anggel yang sedang hamil memasak di dapur dan kau tak mau membantunya." bentak mas Daniel yang masuk ke kamarku dengan mendobrak pintu kamarku.
"Maafkan aku mas. Aku akan bangun sekarang." kataku menyingkap selimut. Namun belum sempurna aku berdiri mas Daniel sudah menarik tanganku dengan paksa.
Semakin kesini aku merasa sikap mas Daniel padaku semakin kasar dan kata - katanya juga dingin padaku. Dia terus saja memperlakukan aku dengan kasar setiap harinya, dan dia selalu saja percaya dan terpengaruh dengan semua kata - kata yang dikatakan oleh mbak Anggel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Sulati Cus
pasti Aira hamidun
2022-04-12
0
Lindaa
rmh tangga yg anwh
2022-02-28
0
Sukliang
lari aja
2022-02-20
0