Pernikahan

"Aira semua sudah ditentukan dan disetujui oleh pihak keluarga pria, kamu tak bisa mundur dan ayah tak bisa membatalkannya. Karna harinya sudah ditentukan pada minggu depan" kata ayahku yang membuat aku jadi membencinya.

Aku berjalan tertatih menuju kamarku dengan derai air mata yang tak mampu aku bendung, rasa kesal dan takut meliputi seluruh lubuk hatiku.

Aku terduduk di sudut kamarku, dengan meringkuk memegangi kedua lututku. "Ibu, Aira rindu sama ibu"

Dua hari kemudian hadiah seserahan dari pihak pria datang kenrumah, semuanya terlihat sangat mewah. Namun tak satu pun yang sampai ditanganku, karna ibu tiri dan juga kakak tiriku sudah merampas dan menyimpan untuk mereka sendiri.

"Aira mau kemana kamu? Masuk.!" triak ibu tiriku yang melihat aku mau keluar rumah.

"Aira mau kerja, karna Aira sudah libur tanpa kabar selama dua hari" jawabku saat langkahku ditahan oleh ibu tiriku.

"Tidak, masuk kamu sekarang. Dengar kamu sudah akan menikah dan menjadi menantu orang kaya, jadi tak perlu bekerja lagi, masuk ke kamarmu sekarang juga" printahnya padaku, yang tak dapat ku lawan, karna aku masih menghormatinya sebagai istri ayahku.

Hari-hariku semakin tak tentu, aku merasa kebebasan hidpku terampas. Dengan berbekal ketabahan dan kesabaran aku berusaha untuk menannya.

Tak terasa hari yang ditunggu pun telah tiba. Hari itu aku dirias bagai seorang dewi yang sangat cantik, namun tak sedikitpun aku merasakan kebahagian dalam hatiku, aku merasa diriku telah dikorbankan dan dijual oleh keluargaku sendiri.

Aku berjalan disela-sela keluarga yang hadir dalam acaraku. Ku amati satu persatu dari wajah mereka, dan semuanya tampak bahagia, terutama ibu tiriku yang begitu bahagia, hingga dia tersenyum dan menunjukkan barisan putih giginya yang tertata rapi.

Dengan langkah yang terasa berat aku mendekati sosok yang duduk bersimpuh didepan penghulu. Acara pernikahanku tak dirayakan seramai acara pernikahan pada umumnya.

"Bagaimana saksi, sah?" kata yang ditanyakan oleh mudin setelah mengumandangkan ijabkabul.

"Sah.!" seru semua orang yang hadir dalam acara tersebut

Aku meremas tanganku dan berusaha menahan air mataku yang mencobak mencari jalan untuk keluar.

Setelah acara pernikahanku itu, aku langsung pergi dari rumahku menuju rumah keluarga dari orang yang telah bersetatus sebagai suamiku.

"Rasa kesal, sedih, sakit, semua bercampur aduk dalam benakku. Ingin rasanya aku lari dari acara dan meninggalkan semuanya ditengah kerumunan keluarga yang tak ada satu pun dari mereka mengerti deritaku.

"Tuan Gustaf saya sudah melunasi segala hutang saya hari, saya mohon pada tuan kiranya mau membantu disetiap kesulitan saya nantinya" kata ayahku pada kakek suamiku.

"Baiklah tuan Agung, saya ucapkan terima kasih. Karna tuan mau memberikan putri tuan yang sangat cantik ini pada keluarga kami. Kerja sama kami pasti akan berjalan dengan sangat baik kedepannya" jawab orang itu sambil menjabat tangan ayahku.

Setelah itu orang itu membawahku pergi bersamanya, aku tak melihat suamiku. Entah dimana dia, karna setelah selesai acara ijabkabul tadi dia langsung pergi meninggalkan acara dengan alasan ada rapat.

"Aira, kamu akan masuk dalam keluarga kami. Ku harap kamu bisa bersantay tak usah tegang begitu" kata kakek dari suamiku itu.

Dengan nada getar dan tubuh yang juga bergetar aku menjawab setiap pertanyaan darinya. Seperti saat ini, saat dia mengatakan padaku untuk bersantay agar aku tak tegang. Namun kalimat itu terdengar seperti perintah bagiku.

"Iya, ba-baik tuan" jawabku dengan suara dan nada yang bergetar dan terputus-putus.

Sesampainya di rumah besar itu, aku dipandu ke arah atas dan masuk kedalam sebuah ruangan yang sangat besar dan bernuansa gelap.

Setelah aku mengganti bajuku, aku pun merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, dan tak terasa aku mulai terlelap. Dan aku terbangun saat aku dikejutkan oleh hentakan seseorang yang membangunkanku dengan kasar.

"Ah, ma-mas? Maaf aku tertidur tadi, karna aku cap.. Hemp" kataku terputus karna tiba-tiba mulutku dibungkam dengan bibirnya.

"Lakukan tugas mu, karna kau adalah alat. Dan jangan coba-coba melawanku" katanya sambil menatapku dengan tatapan yang menakutkan.

Isak tangisku tak dihiraukan, permohonan dan pengampunanku tak didengarkan, dia mengabaikanku. Dia sangat kasar bagainbinatamg buas yang telah mendapatkan mangsanya. Tubuhku terasa tercabik-cabik, rasa sakit disekujur tubuhku serasa tubuh seperti terbelah menjadi dua, bahkan disetiap hentakannya membuatku merasakan diriku telah remuk dan menjadi kepingan.

"Kau hanyalah alat penebus hutang, jadi jangan menganggap dirimu sendiri berharga. Kau taknlebih dari seorang pengh***r, tugasmu hanya memberikan ke****n padaku, kau paham itu!" bisiknya di telingaku, disela-sela aktifitas malam itu.

Aku hanya bisa menahan sakit dan perih. Dia benar-benar mesiksaku malam itu dan tak membiarkan aku istirahat sampai pagi, walo tau aku pingsan hingga berkali-kali pun dia tetap tak peduli, dan terus saja menuntut haknya sebagai suami.

Saat aku merasakan ada sebuah tangan yang menyentuhku, aku pun tersadar dan pelan-pelan membuka mataku. Ku amati ada seorang wanita paruh baya yang tersenyum padaku.

"Maaf, apa saya bangun kesiangan?" tanyaku pada wanita itu yang tak ku ketahui namanya.

Dia tak menjawab pertanyaan ku, dia hanya diam menatapku, sampai akhirnya aku terbangun karna ada seseorang yang menyiramku dengan air.

"Bangu! jangan jadi pemalas" teriaknya padaku setelah dia menyirap mukaku dengan air.

Saat ku tatap ternyata mas Daniel sudah rapi, lengkap dengan pakean dan jasnya. Aku Yang mencobak untuk bangkit dari tempat tidur langsung terjatuh kelantai karna kedua kakiku terasa lemas dan juga sakit yang amat sangat di daerah sensitifku.

Dengan susah payah akhirnya aku sampai di kamar mandi jug, aku mandi dengan duduk dilantai dan menangis disana karna merasakan tubuhku yang sakit semua.

"Ibu, aku ingin ikut ibu. Kenapa ibu tak membawah ku serta dulu, kenapa ibu meninggalkan aku di sini sendiri bu" ucapku disela tangisku.

Daniel

"Apa ini?"

"Jadi dia benar-benar masih gadis dan perawan, darah ini darinya?"

"Bagus, setidaknya dia tak memberiku barang rosokan, aku jadi ingin terus memai kannya"

"Hey, kau mau mandi atau mau berendam didalam? Capat keluar?!" teriak mas Daniel membuyarkan semua lamunanku.

"Iya sebentar mas" teriakku dari dalam kamar mandi. Dan aku langsung mengeringkan tubuhku dan memakai baju langsung di dalam kamar mandi, dan keluar dengan tertatih.

"Cepat ikuti aku, kita akan pindah dari sini" katanya sambil melangkah keluar kamar.

"Kita akan pindah kemana mas?" tanyaku sambil mengikutinya dari belakang.

"Kalian sudah siap rupanya. Aira apa kamu sakit kenapa jalanmu susah begitu?" Tanya kakek dengan nada khawatir padaku.

"Ti-tidak tuan, saya tidak apa-apa" jawabku sambil melirik mas Daniel yang menatapku dengan tajam.

Setelah itu aku dan mas Daniel berangkat ke rumah baru kami, dan alam peejalanan aku tak berani bertanya atau pun bergerak. Aku duduk di depan di sebelah supir dan mas Daniel duduk di bangku belakang.

Terpopuler

Comments

Umaymay Sifa

Umaymay Sifa

kasihan kamu aira.. dasar suami gk punya akhlak😌

2022-02-22

0

Hariatik

Hariatik

oakah bojo gemblong. 😈😈😈

2022-02-20

0

Mila Jamila

Mila Jamila

kasihan skali.sdah ditinggal ibu.nikah sama binatang

2022-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!