Dia Milikku Bukan Milikmu
Mungkin, ada yang tidak tahu siapa OCA dan REY. Mereka ada di novel aku yang judulnya. MENJADI ISTRI SIMPANAN. Terima kasih.
🌹🌹🌹
"Usir perempuan itu dari sini! Cepat usir dia! Kalau perlu toko kuenya kita bakar saja!"
"Iya, bakar! Bakar!"
"Perempuan itu nggak pantas ada di sini! Dia sudah menggoda suami Dayu!"
"Bakar! Bakar!"
"Dasar perempuan nggak tau malu, baru lima bulan tinggal di kampung kita, udah buat tingkah! Nggak tau diri!"
"Mau jadi apa kampung kita? Perempuan itu udah buat nama baik kampung kita tercemar!"
"Bakar! Bakar!"
Sebagian warga kampung Kamboja berbondong-bondong membawa kayu, sapu dan benda tumpul lainnya menuju toko kue yang letaknya di ujung jalan. Mereka marah setelah mendengar kabar kalau pemilik toko kue tersebut sudah menggoda salah satu warga asli di kampung mereka, yang lebih membuat emosi warga sekitar terutama kaum ibu-ibu adalah, wanita muda itu menjual kuenya dengan cara merayu beberapa laki-laki agar mau datang ke toko kue dan memborong semua kue kering buatannya.
Prang!!!
Pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca itu pecah terkena batu yang sengaja dilempar Dayu dan warga yang lain. Mereka sudah berkumpul di depan toko kue yang baru diresmikan sekitar tiga bulan yang lalu.
"Keluar! Jangan beraninya menggoda suami orang! Hadapi istrinya!" teriak Dayu, ia memanggil wanita muda yang memang lebih cantik darinya.
"Cepat keluar! Atau kami bakar tempat ini!" teriak yang lain lagi.
Dari dalam toko kue yang sudah hancur sebagian, keluarlah seorang wanita tua berjalan tertatih membawa tongkatnya, ditatapnya serpihan kaca yang sudah berserak di lantai, bahkan sebagian benda berbahaya itu mengenai etalase kue kering buatan cucunya.
Wanita tua yang sedang sakit ini terbatuk dan berusaha menemui masa yang masih berteriak di depan tokonya.
"Ada masalah apa?" Suaranya pun hampir tidak terdengar, ia heran mendengar tuduhan yang dilayangkan kepada cucunya.
"Maaf, Nek. Bukan kami tidak sopan dan nggak menghargai nenek. Tapi lebih baik cucu nenek itu suruh keluar menemui kami di sini!" teriak salah satu dari mereka.
"Iya, betul. Suruh dia keluar!" jawab yang lainnya.
"Memangnya ada apa? Cucuku sedang pergi mengantar kue ke Aula!"
"Bohong! Nenek pasti sengaja sembunyikan perempuan penggoda itu, 'kan?" teriak Dayu.
Wanita tua ini terbatuk dan merasakan sesak di dadanya, ia merasa sudah tidak sanggup bicara hingga memilih diam mendengarkan amarah orang-orang disekitarnya.
"Sudah cukup! Ibu-ibu jangan dengarkan fitnah ini!" Anak kepala desa datang melerai kehebohan ini, ia merangkul nenek dan membawanya kembali masuk ke dalam toko. Sandi tidak memerdulikan teriakan yang saling sahut menyahut di luar sana.
"Nenek tunggu di sini, saja. Biar saya yang urus mereka." Sandi membaringkan nenek di sofa yang ada di ujung ruangan.
"Tolong, lindungi cucuku. Semua ini hanya fitnah. Cucuku bukan wanita penggoda," lirih nenek.
"Iya, saya tahu. Biar saya jemput dia di aula."
Sandi meminta seorang anak remaja untuk menemani nenek. Kemudian, ia menemui warga.
"Mohon tenang! Nenek ini sudah tua dan tidak tahu apa-apa. Tunggulah sebentar biar saya panggilkan yang bersangkutan."
"Cepat panggilkan wanita itu!" teriak Dayu berapi-api. Sedari tadi ia menangis dan memprofokasi warga agar semakin tersulut emosi.
Sandi lantas menghidupkan mesin motor miliknya dan meninggalkan toko kue yang sudah berantakan.
***
Sebuah Desa yang cukup jauh dari pusat kota mendapat bantuan dari salah satu perusahaan besar di Ibu kota. Rencananya siang ini sekolah tingkat menengah atas yang baru dibangun itu pun akan diresmikan.
Para perangkat Desa pun sudah berkumpul di Aula. Ratusan kotak makanan yang akan dibagikan warga sekitar pun sudah tersusun rapi. Hanya tinggal menunggu pengusaha itu datang dan menggunting pita merah sebagai tanda sekolah itu sudah bisa digunakan sebagai tempat belajar.
"Sudah sampai di mana?" Pak Rt mencari informasi keberadaan pengusaha muda itu.
"Masih dalam perjalanan. Sebentar lagi sampai."
"Ya sudah, pastikan tidak ada kesalahan di sini."
Beberapa orang di sana memastikan tidak ada kekurangan di tempat itu. Mereka tidak mau mengecewakan tamu penting yang datang untuk pertama kali ke kampung mereka.
"Kuenya sudah masuk hitungan, 'kan?" tanya Pak Rt kepada wanita berkaos putih yang baru saja mengechek kotak makanan berwarna hijau itu.
"Sudah semua, Pak."
"Bagus, kamu memang bisa diandalkan. Saya yakin rasanya pasti tidak mengecewakan."
"Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya pulang dulu, kasihan nenek sendirian di toko."
"Yasudah, nanti kalau acaranya sudah dimulai. Kamu ke sini bantu-bantu bagikan makanan ini sama warga sekitar."
"Saya usahakan, Pak," jawabnya santun.
***
Siang itu matahari cukup terik, wanita yang dulu bekerja sebagai sekretaris di kantor ini terlihat mengayuh sepedanya.
Tujuannya untuk sejenak istirahat dan menenangkan diri dari hingar bingar kota dan tumpukan berkas ini berubah dan keluar dari rencana. Kini, ia membuka toko kue yang cukup laris dan digemari masyarakat sekitar. Meskipun hasilnya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan nenek.
"Ca! Oca!!!" Pengendara motor itu berbalik arah mendekati Oca, ia terlihat panik dan memalangkan motornya di depan sepeda Oca.
"Kenapa, Kak?" tanya Oca sembari menahan sepedanya.
"Itu, Ca! Ibu-ibu merusak toko kuemu. Mereka marah katanya kamu menggoda suaminya Dayu!"
"Itu fitnah. Aku nggak pernah godain siapapun!" Oca menjadi panik, pantas saja sedari tadi persaannya tidak enak. Ternyata, terjadi sesuatu di toko kuenya. Pikirannya resah memikirkan nenek.
"Tinggalkan saja sepedamu di sini. Naiklah biar lebih cepat sampai di sana." Sandi menunjuk bangku belakang.
"Nggak, kak. Aku nggak mau ada fitnah lagi." Oca mengayuh sepedanya lagi. Sebenarnya ia mampu membeli sepeda motor atau bahkan mobil sekalipun tapi, ia tidak mau terlihat mencolok di mata tetangga sekitar. Apalagi di kampung ini yang memiliki mobil masih bisa dihitung jari dan tentu mereka tergolong orang kaya di sini.
Sandi kembali melajukan motornya, mengikuti Oca dari belakang, ia tidak percaya kalau Oca menggoda suami orang. Kenapa harus suami orang kalau masih banyak para bujangan tampan termasuk dirinya?
Dari jauh Oca melihat kerumunan ibu-ibu di depan toko kuenya. Bahkan, mereka berdiri persis di depan pintu.
"Nenek!!!" teriak Oca dari jauh, ia menangis memikirkan kesehatan nenek yang bisa terganggu mendengar fitnah ini.
Teriakan Oca menarik perhatian semua orang, mereka tidak sabar memberi perhitungan kepada wanita ini.
"Itu perempuan yang nggak tau malu! Akhirnya nongol juga!" Dayu berjalan cepat diikuti ibu-ibu yang lain.
***
Iklan sedikit sajahhhhhhhhhh!!!!
Salam sayang dari aku untuk semua pembaca, kakak-kakak, ibu-ibu, adik-adik, pokoke semuanya🤗
Jadi, sebenarnya aku tuh mau hiatus sampai partus😂 tapi berhubung gabut ya sudahlah aku nulis lagi.
Sebenarnya lagi ntah kenapa aku suka cerita Rey dan Oca. Aku berniat publish di lapak lain meskipun nanti nggak ada yang baca hiks. Tapi, aku ingat dari mana kisah mereka bermula. Kisah mereka bermula dari temen-temen yang setia menunggu mereka di Noveltoon.
Jadi, meskipun nantinya novelnya nggak dikontrak tapi, tetap akan TAMAT di Noveltoon.
Siapkan hati kita banting-banting lagi hati Rey dan Oca. Cihuy😂
Jadi lagi. Jangan lupa jempol digoyang😂
100 like pertama nanti update lagi, aku malak hahahahah. Makasih tayang-tanyang aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Sisca Wilujeng
mampir kak
2022-06-15
0
Devy Faiz Chalik
ngebut baca semua karya"mu Thor,baru nemuuu
2022-06-08
0
Irma Kurnia Onong
ka vio aku cari novel hanya sebagai istri simpanan ko gk ad ya blm meluncurkan😊😁
2022-02-07
0