Kembali Ke Kota

Terhitung sudah 20 menit Rey uring-uringan di dalam kamar, ia masih memegang ponsel yang masih belum dinyalakan. Pikirannya melayang jauh mengingat Diva wanita pilihan orang tuanya.

Beberapa bulan yang lalu. Rey sudah berjanji akan membawa calon istrinya ke rumah. Tapi, ternyata semua itu hanya tinggal rencana saja karena Oca menolak lamarannya. Semenjak itu ia pasrah dijodohkan dengan Diva anak sahabat mamanya. Bahkan mereka sudah bertunangan hanya tinggal menentukan tanggal pernikahan saja.

Rey pikir ia akan menikahi Diva meskipun tanpa ada cinta diantara mereka. Tapi ternyata ia justru menikahi Oca wanita yang masih sangat ia cintai. Siapa sangka Rey berada dalam situasi sulit seperti ini. Baik orangtuanya ataupun Diva tidak tahu kalau ia sudah menikah. Apa lagi Oca tidak tahu apapun tentang Diva.

Bagaimana kalau nanti akhirnya mereka saling bertemu? Diva pasti tidak terima. Memikirkan ini membuat kepala Rey semakin pusing.

"Lebih baik aku bicara jujur sama Oca. Biar bagaimanapun juga kami sudah menikah."

Rey pikir lebih baik Oca tahu rahasia ini dari mulutnya sendiri, ia yakin Oca akan memahami situasinya karena kenyataannya ia memang hanya mencintai Oca seorang.

Belum sempat Rey turun dari tempat tidur teriakan Oca mengejutkannya. Sontak, Rey cepat-cepat keluar kamar.

"Kenapa, Ca?" Rey menyingkap tirai yang menggantung di pintu kamar nenek, dilihatnya Oca sudah menangis di samping tempat tidur nenek.

"Nenek, Ray. Nenek ...." Oca tidak sanggup bicara, ia merasa sangat terpukul dan belum siap ditinggalkan nenek untuk selamanya.

Rey terhuyung sampai menyandar di dinding, tubuhnya mendadak melemas melihat nenek sudah terbujur kaku. Padahal, baru beberapa menit yang lalui ia menyapa nenek di dalam kamar dan kini, nenek sudah tidak bisa membuka mata.

Rey mendekat dan jongkok di samping Oca. "Ikhlaskan, Ca...."

"Terus aku gimana, Rey? Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi."

"Ada aku, Ca. Sampai kapanpun aku akan selalu ada untuk kamu." Rey memeluk Oca. Berusaha memberikan kekuatan untuk istrinya. Rey terpaksa menunda berkata jujur tentang Diva sebab tidak mau menambah beban pikiran Oca.

Kepergian nenek benar-benar membuat Oca terpukul, selama ini hanya nenek yang paling mengerti Oca. Bahkan, sedari kecil cuma nenek yang ada di sampingnya.

Satu minggu sudah berlalu. Tepat hari ini Rey mengajak Oca kembali ke kota. Awalnya Oca menolak meninggalkan makam nenek tapi, Rey berjanji akan sering mengajak Oca mengunjungi makam nenek. Akhirnya Oca setuju dan mau ikut ke kota.

"Kamu nggak keberatan, 'kan kalau kita tinggal di apartmen? Bukan aku nggak mau ajak kamu ke rumah. Selama ini aku memang tinggal di sini, Orang tuaku pun lagi di luar negri jadi aku belum bisa kenalin kamu sama mereka."

"Nggak apa-apa, kok. Maaf ya aku udah ngerepoti kamu."

"Udah kewajiban aku sebagai suami kamu menjamin kenyamananmu, Ca." Rey membelai pipi Oca, dari raut wajahnya ia tahu kalau Oca masih sedih, mulai hari ini ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Oca.

"Secepatnya aku akan urus surat pernikahan kita, supaya pernikaahan kita diakui negara, kamu setuju,'kan?"

Oca mengangguk, sikap Rey selama beberapa hari menjadi suaminya benar-benar membuat Oca yakin kalau tidak ada yang disembunyikan Rey darinya. Tentang Diva ia sudah hampir melupakannya, Oca cuma mau memercayai ucapan Rey yang mengakui Diva sebagai rekan bisnis biasa.

Rey mencium kening Oca dan memeluknya. "Satu hal yang harus kamu tahu adalah, cintaku tidak akan pernah berubah."

Oca membalas pelukan Rey. Seprtinya ia sudah semakin membuka hatinya untuk Rey.

"Rey ... maaf ya aku belum bisa jadi istri yang baik untukmu, kita bahkan belum melakukannya."

"Aku tidak akan memaksamu, Ca. Aku sabar menunggu sampai kamu siap." Kalau boleh jujur berdekatan dengan Oca saja sudah menggoda iman. Tapi, Rey tidak mau memaksa dan membuat Oca takut dengan pengalaman pertama mereka.

***

Semenjak menikah hidup Rey berubah drastis, setiap pagi ada yang menyiapkan pakain, makanan dan segala keperluan lainnya. Bahkan di kantor pun wajahnya selalu sumringah, membuat semua orang bertanya-tanya ada apa dengan bos mereka.

"Menang undian di mana?" tanya Nick ketika mereka baru keluar dari ruang meeting. "Ada yang beda semenjak kau pulang dari luar kota!"

Rey tersenyum dan masuk ke dalam lift.

"Makanya menikah, biar kau tau rasanya. Ini sesuatu yang special!" jawab Rey.

"Gila! Jangan-jangan kau dan Diva sudah menikah diam-diam!"

Nicky menggelengkan kepala, sepertinya ia memang kalah telak dari Rey. Mereka memiliki kisah cinta yang hampir sama tapi, sepertinya Rey lebih beruntung karena lebih cepat membuka hati dan menerima Diva. Sedangkan hatinya sendiri masih terkurung di dalam hati Rima. Mantan narapidana yang hampir membuat adiknya Laura celaka. Bahkan, pertemuan di penjara waktu itu menjadi yang terakhir. Sial sekali hidupnya.

Sedangkan Rey, mendengar nama Diva disebut membuat senyumannya memudar, tidak tahu sampai kapan bisa menyembunyikan Oca dari semua orang terutama Diva yang sangat berambisi dengan hubungan mereka.

Kedua pria ini masih larut dalam pikiran masing-masing sampai lift itu berhenti di lantai dasar.

"Nicky!" Rey menepuk pundak Nicky. "Aku sudah menemukan seseorang yang aku inginkan. Kuharap kau pun begitu, kalau sudah tidak yakin dengan Rima. Lebih baik cari wanita lain sebelum umurmu bertambah tua!" Rey tersenyum simpul lalu keluar dari lift.

"Sial! Dia mengejekku!" Nicky semakin kesal karena Rey tidak menjawab pertanyaannya malah mengejek dan menyebut nama Rima.

***

Oca menyiapkan makan malam spesial untuk merayakan ulang tahun Rey. Dari pagi ia memang sengaja tidak memberikan ucapan dalam bentuk apapun kepada suaminya. Semenjak mereka menikah, Oca tidak pernah merias diri atau memberikan mahkotanya untuk Rey. Tapi, malam ini Oca tampil lebih cantik dari biasanya.

Candle light dinner lengkap dengan taburan kelopak mawar memenuhi apartmen mereka. Gaun merah tanpa lengan pun sudah melekat di tubuhnya. Semua sudah sempurna, hanya tinggal menunggu suaminya pulang dari kantor.

Malam ini Oca akan memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri yang sesungguhnya.

***

Rey uring-uringan memikirkan cara mengakhiri hubungannya dengan Diva tanpa menyakiti wanita itu, untuk saat ini bicara jujur kepada Oca pun bukan waktu yang tepat, mengingat mereka hanya menikah siri, bagaimana kalau Oca tidak terima dan memilih pergi darinya lagi? Sepanjang perjalanan menuju apartmen pikiran Rey kusut seperti benang kusut.

Sampai di depan pintu unit miliknya, Rey tidak menekan bel karena takut mengganggu Oca. Tangannya menekan paswoard hingga ia bisa masuk dengan mudah.

Rey mematung di depan pintu, ia terkejut melihat banyak lilin-lilin kecil yang menyala dan seperti menunjukkan arah untuknya.

"Ca... Oca...." Rey melangkah pelan, memanggil nama Oca, ia berjalan mengikuti cahaya lilin itu. Dilihatnya Oca berdiri, tersenyum kepadanya.

"Cantik...."

Terpopuler

Comments

Wijaya Wijaya

Wijaya Wijaya

simalakama ya Rey ...

2021-12-13

0

Ana_Mar

Ana_Mar

next

2021-11-18

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

di kasih yg manis manis dulu sama author ...setelahy siap kan tissuu

2021-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!