Mungkin, ada yang tidak tahu siapa OCA dan REY. Mereka ada di novel aku yang judulnya. MENJADI ISTRI SIMPANAN. Terima kasih.
🌹🌹🌹
"Usir perempuan itu dari sini! Cepat usir dia! Kalau perlu toko kuenya kita bakar saja!"
"Iya, bakar! Bakar!"
"Perempuan itu nggak pantas ada di sini! Dia sudah menggoda suami Dayu!"
"Bakar! Bakar!"
"Dasar perempuan nggak tau malu, baru lima bulan tinggal di kampung kita, udah buat tingkah! Nggak tau diri!"
"Mau jadi apa kampung kita? Perempuan itu udah buat nama baik kampung kita tercemar!"
"Bakar! Bakar!"
Sebagian warga kampung Kamboja berbondong-bondong membawa kayu, sapu dan benda tumpul lainnya menuju toko kue yang letaknya di ujung jalan. Mereka marah setelah mendengar kabar kalau pemilik toko kue tersebut sudah menggoda salah satu warga asli di kampung mereka, yang lebih membuat emosi warga sekitar terutama kaum ibu-ibu adalah, wanita muda itu menjual kuenya dengan cara merayu beberapa laki-laki agar mau datang ke toko kue dan memborong semua kue kering buatannya.
Prang!!!
Pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca itu pecah terkena batu yang sengaja dilempar Dayu dan warga yang lain. Mereka sudah berkumpul di depan toko kue yang baru diresmikan sekitar tiga bulan yang lalu.
"Keluar! Jangan beraninya menggoda suami orang! Hadapi istrinya!" teriak Dayu, ia memanggil wanita muda yang memang lebih cantik darinya.
"Cepat keluar! Atau kami bakar tempat ini!" teriak yang lain lagi.
Dari dalam toko kue yang sudah hancur sebagian, keluarlah seorang wanita tua berjalan tertatih membawa tongkatnya, ditatapnya serpihan kaca yang sudah berserak di lantai, bahkan sebagian benda berbahaya itu mengenai etalase kue kering buatan cucunya.
Wanita tua yang sedang sakit ini terbatuk dan berusaha menemui masa yang masih berteriak di depan tokonya.
"Ada masalah apa?" Suaranya pun hampir tidak terdengar, ia heran mendengar tuduhan yang dilayangkan kepada cucunya.
"Maaf, Nek. Bukan kami tidak sopan dan nggak menghargai nenek. Tapi lebih baik cucu nenek itu suruh keluar menemui kami di sini!" teriak salah satu dari mereka.
"Iya, betul. Suruh dia keluar!" jawab yang lainnya.
"Memangnya ada apa? Cucuku sedang pergi mengantar kue ke Aula!"
"Bohong! Nenek pasti sengaja sembunyikan perempuan penggoda itu, 'kan?" teriak Dayu.
Wanita tua ini terbatuk dan merasakan sesak di dadanya, ia merasa sudah tidak sanggup bicara hingga memilih diam mendengarkan amarah orang-orang disekitarnya.
"Sudah cukup! Ibu-ibu jangan dengarkan fitnah ini!" Anak kepala desa datang melerai kehebohan ini, ia merangkul nenek dan membawanya kembali masuk ke dalam toko. Sandi tidak memerdulikan teriakan yang saling sahut menyahut di luar sana.
"Nenek tunggu di sini, saja. Biar saya yang urus mereka." Sandi membaringkan nenek di sofa yang ada di ujung ruangan.
"Tolong, lindungi cucuku. Semua ini hanya fitnah. Cucuku bukan wanita penggoda," lirih nenek.
"Iya, saya tahu. Biar saya jemput dia di aula."
Sandi meminta seorang anak remaja untuk menemani nenek. Kemudian, ia menemui warga.
"Mohon tenang! Nenek ini sudah tua dan tidak tahu apa-apa. Tunggulah sebentar biar saya panggilkan yang bersangkutan."
"Cepat panggilkan wanita itu!" teriak Dayu berapi-api. Sedari tadi ia menangis dan memprofokasi warga agar semakin tersulut emosi.
Sandi lantas menghidupkan mesin motor miliknya dan meninggalkan toko kue yang sudah berantakan.
***
Sebuah Desa yang cukup jauh dari pusat kota mendapat bantuan dari salah satu perusahaan besar di Ibu kota. Rencananya siang ini sekolah tingkat menengah atas yang baru dibangun itu pun akan diresmikan.
Para perangkat Desa pun sudah berkumpul di Aula. Ratusan kotak makanan yang akan dibagikan warga sekitar pun sudah tersusun rapi. Hanya tinggal menunggu pengusaha itu datang dan menggunting pita merah sebagai tanda sekolah itu sudah bisa digunakan sebagai tempat belajar.
"Sudah sampai di mana?" Pak Rt mencari informasi keberadaan pengusaha muda itu.
"Masih dalam perjalanan. Sebentar lagi sampai."
"Ya sudah, pastikan tidak ada kesalahan di sini."
Beberapa orang di sana memastikan tidak ada kekurangan di tempat itu. Mereka tidak mau mengecewakan tamu penting yang datang untuk pertama kali ke kampung mereka.
"Kuenya sudah masuk hitungan, 'kan?" tanya Pak Rt kepada wanita berkaos putih yang baru saja mengechek kotak makanan berwarna hijau itu.
"Sudah semua, Pak."
"Bagus, kamu memang bisa diandalkan. Saya yakin rasanya pasti tidak mengecewakan."
"Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya pulang dulu, kasihan nenek sendirian di toko."
"Yasudah, nanti kalau acaranya sudah dimulai. Kamu ke sini bantu-bantu bagikan makanan ini sama warga sekitar."
"Saya usahakan, Pak," jawabnya santun.
***
Siang itu matahari cukup terik, wanita yang dulu bekerja sebagai sekretaris di kantor ini terlihat mengayuh sepedanya.
Tujuannya untuk sejenak istirahat dan menenangkan diri dari hingar bingar kota dan tumpukan berkas ini berubah dan keluar dari rencana. Kini, ia membuka toko kue yang cukup laris dan digemari masyarakat sekitar. Meskipun hasilnya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan nenek.
"Ca! Oca!!!" Pengendara motor itu berbalik arah mendekati Oca, ia terlihat panik dan memalangkan motornya di depan sepeda Oca.
"Kenapa, Kak?" tanya Oca sembari menahan sepedanya.
"Itu, Ca! Ibu-ibu merusak toko kuemu. Mereka marah katanya kamu menggoda suaminya Dayu!"
"Itu fitnah. Aku nggak pernah godain siapapun!" Oca menjadi panik, pantas saja sedari tadi persaannya tidak enak. Ternyata, terjadi sesuatu di toko kuenya. Pikirannya resah memikirkan nenek.
"Tinggalkan saja sepedamu di sini. Naiklah biar lebih cepat sampai di sana." Sandi menunjuk bangku belakang.
"Nggak, kak. Aku nggak mau ada fitnah lagi." Oca mengayuh sepedanya lagi. Sebenarnya ia mampu membeli sepeda motor atau bahkan mobil sekalipun tapi, ia tidak mau terlihat mencolok di mata tetangga sekitar. Apalagi di kampung ini yang memiliki mobil masih bisa dihitung jari dan tentu mereka tergolong orang kaya di sini.
Sandi kembali melajukan motornya, mengikuti Oca dari belakang, ia tidak percaya kalau Oca menggoda suami orang. Kenapa harus suami orang kalau masih banyak para bujangan tampan termasuk dirinya?
Dari jauh Oca melihat kerumunan ibu-ibu di depan toko kuenya. Bahkan, mereka berdiri persis di depan pintu.
"Nenek!!!" teriak Oca dari jauh, ia menangis memikirkan kesehatan nenek yang bisa terganggu mendengar fitnah ini.
Teriakan Oca menarik perhatian semua orang, mereka tidak sabar memberi perhitungan kepada wanita ini.
"Itu perempuan yang nggak tau malu! Akhirnya nongol juga!" Dayu berjalan cepat diikuti ibu-ibu yang lain.
***
Iklan sedikit sajahhhhhhhhhh!!!!
Salam sayang dari aku untuk semua pembaca, kakak-kakak, ibu-ibu, adik-adik, pokoke semuanya🤗
Jadi, sebenarnya aku tuh mau hiatus sampai partus😂 tapi berhubung gabut ya sudahlah aku nulis lagi.
Sebenarnya lagi ntah kenapa aku suka cerita Rey dan Oca. Aku berniat publish di lapak lain meskipun nanti nggak ada yang baca hiks. Tapi, aku ingat dari mana kisah mereka bermula. Kisah mereka bermula dari temen-temen yang setia menunggu mereka di Noveltoon.
Jadi, meskipun nantinya novelnya nggak dikontrak tapi, tetap akan TAMAT di Noveltoon.
Siapkan hati kita banting-banting lagi hati Rey dan Oca. Cihuy😂
Jadi lagi. Jangan lupa jempol digoyang😂
100 like pertama nanti update lagi, aku malak hahahahah. Makasih tayang-tanyang aku.
Belum sempat Oca turun dari sepeda, Dayu menariknya sekuat tenaga. Oca terjatuh sebab tidak bisa menjaga keseimbangannya. Ketika Oca akan bangkit, gerombolan ibu-ibu sudah mengerumuninya.
"Pendatang baru sudah berani menggoda suami orang!"
"Kita arak aja!"
"Kita panggil yang lain biar dia kapok dan viral!"
"Nggak usah nunggu pak Rt. Udah kita adili di sini rame-rame!"
"Tega kamu godain suamiku, ya! Untung saja suamiku tahan godaan. Kalau nggak dia pasti sudah kamu bawa lari."
"Itu fitnah! Semua yang kalian tuduhkan tidak benar! Aku nggak pernah menggoda siapapun!"
Oca mengangkat kepala, melihat semua orang yang yang marah padanya, posisinya yang masih duduk di tanah membuat tubuh dan baju putihnya ternoda debu. Oca hendak bangkit tapi, pundaknya di dorong hingga ia terjatuh lagi.
"Nggak usah ngelak kamu! Pantesan selama ini toko rotimu selalu laris manis. Ternyata main curang. Jangan-jangan main pelet juga!"
Dayu berdiri tepat di depan Oca, menarik sebagian rambut Oca sampai Oca bangkit dari hadapannya.
"Lepasin!" sentak Oca. "Aku diam bukan berarti aku takut. Biarkan aku melihat nenekku dulu, baru setelah itu kita bahas masalah ini. Satu hal yang harus kalian tau adalah semua ini fitnah!"
Oca bergantian menatap satu persatu orang di sana. Namun, ia bisa menebak jika tidak ada seorang pun yang percaya padanya. oca tidak perduli dan memilih pergi dari sana.
"Enak aja mau melarikan diri! Jangan buang-buang waktu. Cepat keluar dari kampung ini."
Dayu dan beberapa orang di sana menarik kedua tangan Oca dan membawanya secara paksa. Oca memberontak tapi tenaganya kalah dibandingkan mereka yang memfitnahnya.
"Biarkan aku bertemu nenekku, sebentar saja!" teriak Oca hiateris, ia menangis teringat nenek yang pasti mencemaskannya.
"Jangan banyak alasan, pergi dari sini!"
Oca di dorong hingga tubuhnya terjatuh di jalanan, ia menjerit melihat mobil warna hitam melaju kencang ke arahnya.
Mobil mewah itu berhenti mendadak dan tepat waktu, beruntung sopir sempat menginjak rem hingga tidak menabrak orang yang tiba-tiba tersungkur di jalan.
"Ada apa?" tanya seorang pria yang duduk di bangku belakang, ia melihat keluar jendela di mana banyak warga berdiri tidak jauh dari mobipnya.
"Maaf, Pak. Ada orang jatuh!" jawab sopir.
"Kau menabrak orang?"
"Nggak, Pak! Kayaknya perempuan itu didorong sama ibu-ibu itu!" jawab sopir yang sempat melihat kejadian dari jauh.
"Sebenarnya ada apa?" Pria ini membuka pintu mobil, tapi belum sempat ia mengeluarkan kakinya, ia terkejut melihat wanita lusuh berdiri di depan mobilnya.
"Oca?"
Rey bergeming di tempatnya, darahnya berdesir hangat melihat wanita yang pernah menolak cinta dan lamarannya di depan banyak orang. Matanya memerah melihat Oca tidak jauh darinya. Oca yang tiba-tiba menghilang kini sudah ia temukan.
"Pergi dari sini! Dasar wanita penggoda!"
Rey terkesiap mendengar teriakan orang-orang di luar mobilnya. Bahkan, sebagian dari mereka mendorong Oca sampai menjauhi mobilnya.
"Wanita penggoda?" Rey bergumam sendiri, sementara ntah sejak kapan supirnya keluar dari mobil.
"Ini fitnah!"
Terikan Oca terdengar memilukan, Oca yang dulu dikenal pemberani kini terlihat tidak berdaya di depan warga sekitar. Mata Rey bertambah perih melihat baju Oca penuh dengan debu. Detik itu juga Rey memutuskan keluar dari mobil dan membelah keramaian.
"Pargi, jangan balik lagi ke kampung ini!"
Dorongan kuat itu hampir membuat Oca terjatuh lagi, beruntung seseorang sigap menahan tubuhnya dari belakang.
Semua orang yang tadinya banyak bicara terdiam dan terkejut melihat pria yang berdiri di belakang Oca. Bahkan, pria itu menutupi pakaian Oca dengan jas hitam yang mengkilap.
Oca pun dibuat terkejut, ia lantas mengangkat kepala dan melihat pria yang sudah merangkulnya.
"Rey?" Oca membeku dan merasa malu bertemu dengan Rey dalam kondisi seperti ini.
Rey menatap Oca sekilas, tidak tersenyum juga tidak bicara sepatah katapun, kemudian ia melihat wajah-wajah orang yang sudah berbuat kasar pada Oca.
"Ada masalah apa?"
Pertanyaan Rey disambut hangat oleh Dayu, ia lantang bicara. "Perempuan ini sudah menggoda suamiku!"
Kening Rey mengkerut melihat Oca. "Menggoda?" Tanpa sadar tangannya mencengkram lengan Oca. Oca melihatnya dan menggelengkan kepala.
"Apa seperti ini cara kalian menyelesaikan masalah? Panggil perangkat desa suruh menemuiku sekarang juga!"
Mendengar perintah Rey membuat air mata Oca tumpah ruah, ia tahu Rey tidak percaya dengan fitnah yang diarahkan padanya, Oca juga tahu kalau Rey selalu bisa menyelesaikan masalah. Oca merasa bersalah sudah menyakiti Rey. Jika dulu ia memermalukan Rey dihadapan orang banyak kini, Rey justru menyelamatkan harga dirinya di depan semua orang.
"Sudah ... jangan menangis." Rey memeluk Oca dan berusaha menenangkannya. "Aku tahu kau tidak seperti itu," imbuhnya lagi.
"Maaf, maafkan aku," jawab Oca masih menangis di pelukan Rey.
Rey tersenyum simpul, ia membelah kerumunan membawa Oca ke toko kue yang sudah berantakan.
Kedatangan Rey di toko kue Oca mengejutkan semua warga, mereka tidak mengira kalau Oca mengenal pengusaha muda yang desas-desusnya sudah membangun sekolah di desa mereka. Bahkan, nenekpun menangis melihat Rey datang dan mendudukkan Oca di sampingnya.
"Nak Rey?"
"Nenek apa kabar?" Rey mencium punggung tangan nenek lalu berjongkok di depan nenek.
Nenek mengelus punggung Rey. "Seperti yang Nak Rey lihat. Kami baik-baik saja."
Rey menghela napas berat, ia tahu semua tidak baik-baik saja, kemudian ia melihat Oca. "Kenapa harus pergi sejauh ini?" tanya Rey.
Suara Rey terdengar pelan di telinga Oca. Tapi, Oca tidak berniat menjawabnya.
Seseorang berbaju hitam datang membisikkan sesuatu di telinga Rey. Kemudian Rey bangkit tanpa mengatakan apapun.
Siang itu juga Rey menemui para perangkat desa dan sebagian warga yang memfitnah Oca. Mereka sudah berkumpul di depan toko kue Oca.
Raut wajah Rey terlihat kaku tanpa senyuman dan basa-basi sedikitpun, Rey berdiri tegak di hadapan semua orang.
"Kalian berharap saya meresmikan bangunan itu? Lalu, pelajaran apa yang kalian harapkan kepada anak-anak kalian nantinya?"
"Pendidikan tidak hanya diterapkan di sekolah. Tapi, juga dilingkungan masyarakat terutama di rumah. Kalau kalian mudah terhasut fitnah yang akan merugikan orang lain. Bukankah anak-anak kalian bisa melakukan hal yang sama?"
Semua orang menunduk tidak mengerti apa yang dikatakan Rey.
Rey menunjuk wanita yang tadi mengatakan kalau Oca sudah menggoda suaminya.
"Apa benar kalau Oca sudah menggoda suamimu?"
Semua orang menatap Dayu.
"Iy-iya," jawab Dayu terbata.
Di dalam toko, Oca dan nenek saling menggenggam tangan. Oca merasa sangat dipermalukan.
"Kau bisa bertanggung jawab atas tuduhan itu?"
Dayu gemetaran.
"Katakan yang sebenarnya atau akan aku robohkan gedung yang belum sempat diresmikan itu. Apa kalian fikir aku akan diam saja setelah apa yang kalian lakukan kepada calon istriku?"
Suara lantang Rey semakin membuat suasana di sana terasa mencekam. Mereka terkejut mendengar pengakuan Rey.
"Ya... aku calon suaminya!" seru Rey lagi.
***
Rey minta dijempolin👍 Dilempar bunga juga mau😅
Pengakuan Rey membuat semua orang terkejut. Terutama Oca dan nenek. Jika Oca gemetran karena khawatir Rey akan semakin memerburuk keadaan, maka lain halnya dengan nenek.
Nenek tersenyum sekaligus haru mendengarnya. Dari awal firasat nenek sudah yakin kalau Rey adalah pria yang cocok untuk menjadi pendamping Oca. Tapi, Oca malah menolak tawaran untuk menikah dengan Rey.
Oca berdiri dan ingin keluar untuk meluruskan hubungan yang sebenarnya dengan Rey, ia tidak mau akan menimbulkan fitnah lain di kampung. Tapi, nenek melarangnya. Akhirnya Oca duduk di tempat semula.
***
"Dayu, ceritakan yang sebenarnya," desak salah satu warga yang ada di sana.
Semua orang khawatir Rey akan menghentikan bantuan yang selama ini diberikan termasuk gedung sekolah itu.
Giliran Dayu yang merasa dihakimi, tubuhnya gemetaran ditambah lagi menahan sesak buang air kecil.
"Se-sebenarnya...sebenarnya aku cuma ngarang cerita." Dayu menjawab sambil menundukkan kepala. Sudah tidak ada jalan untuknya mengelak atau melarikan diri.
Dayu iri melihat kesuksesan Oca. Bahkan semua warga menyukai dan memuji kue buatan Oca. Sementara sangat sedikit orang yang menyukai kue buatannya. Ketika suaminya pergi ke luar kota Dayu pun mulai mengarang cerita seolah-olah Oca merebut dan menyembunyikan suaminya.
Semua orang terkejut dan merasa menyesal sudah termakan fitnah dayu. Sementara Rey mengepalkan tangan di dalam saku celananya. Kalau bukan seorang wanita sudah pasti akan dihabisi sekarang juga.
Raut wajah Rey tampak lebih kaku dari sebelumnya, tapi ia masih bersyukur datang di waktu yang tepat jika tidak ntah apa yang akan terjadi kepada Oca dan nenek. Tanpa bicara lagi, Rey masuk ke dalam toko, menggandeng Oca dan mengajaknya ke luar.
"Minta maaf!" Suara Rey terdengar lantang. "Aku mau kalian semua minta maaf kepada calon istriku!"
Oca melihat Rey dan menggelengkan kepala. "Nggak perlu, Rey," tolaknya.
Rey menoleh. "Mereka nggak akan bisa lolos sebelum minta maaf sama kamu, Ca!" tegas Rey lagi.
"Minta maaf atau aku robohkan gedung itu!" teriak Rey lantang di hadapan semua orang.
Dug!!
Dayu berlutut dan minta maaf pada Oca, bukan cuma takut gedung dirobohkan. Dayu takut diamuk warga dan diusir karena sudah memfitnah dan membuat kericuhan di kampung.
"Tolong maafkan aku, Ca. Aku sudah memfitnah kamu." Dayu menunduk dan menangis, memohon supaya Oca mau memaafkannya.
Bukan cuma Dayu, kata maaf pun terdengar dari warga sekitar.
"Kasus ini akan diproses supaya kalian semua jera!"
Ancaman Rey membuat semua orang gemetaran, karena seumur hidup mereka tidak pernah berhubungan dengan hukum. Tapi, hari ini mereka terancam dipidana.
"Sudahlah Rey jangan diperpanjang!"
"Mereka harus dikasih pelajaran!"
"Aku nggak apa-apa, semua ini membuang waktuku, aku cuma mau fokus sama kesehatan nenek!"
Oca mengakhiri perdebatannya dengan Rey, ia masuk ke toko di mana nenek masih memerhatikan mereka.
Rey menghela napas berat, seberat melepaskan orang-orang yang sudah menyakiti Oca.
"Pergilah! Jangan lakukan ini sama orang lain. Kalian paham?" teriak Rey dan menyusul Oca sebelum warga membubarkan diri .
"Terima kasih, Pak "
"Terima kasih."
"Terima kasih!"
***
Rey memerintahkan orang-orangnya membersihkan serpihan kaca yang berserak di toko, kemudian ia melewati pintu kecil yang terletak di sudut ruangan. Ternyata selama ini Oca tinggal di dalamnya. Ruangan minimalis namun tertata dengan rapi.
"Duduk di sini, Nak Rey." Nenek menepuk kursi kecil di sampingnya. "Tunggu sebentar, Oca masih masak."
Rey menurut. "Sudah lama tinggal di sini, Nek?"
"Ya, semenjak Oca menolak lamaranmu waktu itu. Maaf ya, kamu pasti sakit hati."
Rey tersenyum dan meraih tangan nenek. "Nggak apa-apa, Nek. Sudah berlalu."
"Hmmm sebenarnya, bukan kemauan Oca nolak lamaranmu waktu itu. Tapi, ya mau gimana lagi. Kenyataannya nggak akan merubah kenyataan."
"Bukan kemauan Oca?" tanya Rey penasaran.
"Dari kecil orang tua Oca bercerai. Semenjak itu dia tinggal sama nenek. Semenjak Oca kehilangan kasih sayang dari orang tuanya dia jadi trauma dan nggak mau menikah."
"Oh, jadi karena itu." Rey mengangguk paham, ia yang awalnya membenci alasan Oca menolak lamarannya karena menganggapnya pria tidak normal kini menjadi lega.
"Kalau tidak trauma, apa Oca mau menerima lamaraku, Nek?"
Nenek mengangguk. "Nenek yakin kamu bisa melindungi Oca. Nenek rasa umur nenek udah nggak lama lagi. Kalau boleh nenek nitip Oca sama kamu." Nenek bicara sambil memegang dadanya yang terasa semakin sesak bahkan, untuk bernafaspun sudah semakin sulit.
"Nenek jangan khawatir. Kalau perlu hari ini juga Rey akan menikahi Oca. Biar nenek dan warga sekitar menjadi saksinya," ucap Rey, wajahnya serius dan mantap dengan pilihannya.
"Kamu bicara apa, Rey?" sentak Oca tiba-tiba, ia yang baru selesai mandi tidak sengaja mendengar pembicaraan nenek dan Rey.
Rey beranjak dan mendekati Oca. "Aku serius, Ca. Aku akan menikahimu."
"Kamu gila? Kamu pikir karena sudah menolongku kamu bisa seenaknya, begitu?"
"Bukan itu maksudku,Ca." Rey meraih tangan Oca. "Perasaanku nggak pernah berubah. Selama ini aku berusaha melupakan kamu tapi, aku nggak bisa."
"Tapi aku sudah pernah menghinamu dan aku yakin kamu nggak pernah melupakan penghinaan itu!"
"Kita tidak pernah memulai hubungan apapun, Ca. Hubungan kita dimulai setelah aku menyebut namamu dalam ikatan suci pernikahan, setelah itu barulah kita mulai hubungan yang baru, aku janji akan menghapus kenangan buruk yang selama ini menghantuimu."
Rey dan Oca berhenti berdebat setelah mendengar rintihan nenek yang menahan sesak di dada. Nenek sudah bersandar di sofa.
Oca mendekati Nenek.
"Nenek kenapa?" Oca panik dan menangis.
"Kita bawa ke rumah sakit!" Rey pun sama paniknya dengan Oca.
Nenek mengeleng lemah, ia menyatukan tangan Oca dan Rey.
"Kalian menikahlah, kabulkan permintaan nenek yang terakhir kalinya...."
"Nenek nggak boleh ngomong gitu," jawab Oca.
Rey melihat Oca dan meletakkan telapak tangannya di kepala Oca.
"Aku berjanji untuk menikahimu hari ini juga, Ca!" Raut wajah Rey terlihat serius, suaranya terdengar lantang di telinga Oca membuat mata gadis ini membola melihatnya.
***
Penyakit komplikasi dan faktor usia membuat kondisi nenek semakin lemah. Petugas medis yang didatangkan dari kota sudah berusaha melakukan yang terbaik. Hasilnya hanya Tuhan yang tahu.
Karena terkendala dokumen dan waktu yang sangat mendesak. Pernikahan Rey dan Oca diadakan tertutup dan secara siri bahkan, Rey tidak sempat mengabarkan ke seluruh keluarganya.
Tepat pukul 20.00 waktu setempat Rey menyebut nama Oca dalam akad yang disaksikan nenek dan sebagian perangkat desa.
Kini, Rey dan Oca resmi menyandang status sebagai suami dan istri yang sah.
Jantung Oca berpacu sangat cepat ketika Rey mengecup keningnya.
"Oca, aku masih mencintaimu," bisik Rey di telinga Oca.
***
Nikahan di Novel gampang ya hihihihi. Sabar bebs, cuma nupel
Yok jempolin jangan tunggu malam pertama😂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!