Berbagi Cinta Dengan Maduku
Bab 1. Ijin Menikah lagi
Impian terbesar seorang wanita adalah menikah dengan pria yang dicintai dan mencintainya. Begitu juga dengan Namira, sudah tiga tahun lamanya Namira membina rumah tangga dengan sahabatnya sendiri. Selama itu juga cinta Ari tidak pernah berubah, masih sama seperti pertama mereka bertemu dulu. Banyak mata yang mandang iri pada Namira karena, meskipun ia belum hamil juga, Ari tidak pernah sedikitpun berniat untuk menduakan Namira.
Tapi, semua berubah setelah nenek meminta Ari untuk menikah lagi demi hadirnya tangisan bayi di rumah. Meskipun Namira menolak dimadu namun, pada akhirnya ia harus merelakan suaminya menikahi wanita pilihan nenek. Namira terpaksa memberinya ijin menikah lagi karena ia sangat mencintai Ari.
***
Di sebuah kamar vip rumah sakit terbaik di Ibu kota. Seorang nenek terbaring lemah akibat sakit komplikasi yang sudah lama ia derita. Bicaranya terbata sebab, semakin hari tubuhnya semakin ringkih saja.
"Ari...,"lirihnya memanggil satu-satunya cucu yang ia miliki.
Ari yang saat itu duduk di samping tempat tidur pasien berdiri dan menggenggam tangan nenek.
"Ari di sini, Nek. Nenek mau makan?" tawar Ari yang baru saja menggantikan istrinya berjaga di ruangan ini.
Nenek menggeleng lemah. "Tidak, Ari tolong dengarkan dan kabulkan permintaan Nenek yang terkhir...."
"Nenek jangan bicara seperti itu. Ari janji apapun permintaan Nenek pasti Ari kabulkan," jawab Ari berusaha memberikan yang terbaik untuk Nenek.
Nek Rusmi lega mendengarnya. "Dengar ... Nenek sudah melamar seorang gadis untukmu. Nikahilah dia, Nak...."
Tubuh Ari menegang mendengar permintaan nenek yang dirasa sulit untuk dikabulkan. Bagaimana bisa nenek memintanya untuk menikah sedangkan ia sudah memiliki seorang istri yang sangat ia cintai?
"Nenek bicara apa?"
"Nenek harap kamu tidak menolaknya. Nenek sangat ingin melihat anakmu. Tolong kabulkan permintaan nenek kalau tidak nenek tidak akan bisa pergi dengan tenang. Wanita itu bekerja di Restoran nenek, menikah lagi atau ceraikan istrimu," ucap nenek tidak main-main.
Hinga menjelang petang Ari kembali ke rumah dengan perasaan yang gamang bingung tidak menentu. Haruskah ia menuruti perintah nenek atau tetap setia pada Namira?
Seperti biasa istrinya selalu menyambut kepulangan Ari dengam wajah sumringah. Namira tahu kalau hari ini Ari sangat lelah, dari kantor harus menjenguk nenek di rumah sakit.
"Sudah pulang, Mas." Namira mencium punggung tangan suaminya dan Ari tidak pernah lupa mengecup keningnya.
"Duduk sini, ada yang mau Mas bicarakan!" Ari mengajak Namira duduk di sofa ruang tamu, ia tidak mau menunda waktu karena takut Namira akan lebih sakit hati bila tahu semuanya dari nenek.
"Kayaknya serius banget, ada apa, sih?" Namira penasaran dibuatnya.
Ari semakin bingung melihat Namira. Tidak tahu harus mulai bicara dari mana. Akhirnya hanya sekali tarikan nafas ia berkata, "Aku ingin menikah lagi."
Jeder!!!!
"Kamu mau menikah lagi, Mas?"
Bagaikan disambar petir di siang bolong, hati Namira hancur menjadi berkeping-keping ketika mendengar perminyaan suaminya Ari ingin menikah lagi. Apa salahnya selama ini?
"Aku terpaksa melakukannya, Namira. Penyakit nenek sudah semakin parah, beliau sangat ingin melihat dan menggendong anakku. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Kita sudah menikah selama tiga tahun tapi sampai sekarang kamu belum hamil juga."
Pria yang masih memakai stelan kantor ini menggenggam erat tangan istrinya. Sebagai seorang suami yang sangat mencintai istrinya, tentu Ari tahu permintaannya ini sangat menyakiti hati Namira. Tapi, Ari tidak punya pilihan selain menuruti keinginan nenek yang tengah terbaring di rumah sakit.
Hanya ada dua pilihan, menceraikan Namira atau setuju menikah untuk yang kedua kali. Tentu saja, sampaikapanpun Ari tidak akan pernah menceraikan Namira.
Air mata yang sedari ditahan Namira, akhirnya jatuh juga. Bukan cuma permintaan konyol suaminya tapi, tentang dirinya yang belum mengandung pun semakin menyayat hati. Wanita mana yang tidak mau mengandung dan melahirkan seorang anak yang lucu? Tapi, apa mau dikata jika Tuhan belum memberikan kesempatan untuknya?
"Tapi bukan aku yang salah kalau Allah belum menitipkan anak dalam rahimku, Mas!"
Namira semakin terisak, ia tidak sanggup membayangkan seperti apa rumah tangganya kelak setelah hadirnya orang ketiga diantara mereka.
Ari menghapus air mata Namira, menangkup wajah mungil menggunakan kedua telapak tangannya, ditatapnya istrinya dengan penuh penyesalan.
"Sekali lagi maafkan aku, Namira. Aku tahu semua ini akan berat untuk kita jalani. Tapi, aku tetap harus menikahinya. Aku nggak mau pisah dari kamu."
Ari memeluk Namira dan mencium puncak kepala istrinya, tangisan Namira semakin membuatnya merasa bersalah. "Percayalah .... sampai kapanpun cintaku cuma untuk kamu. Pernikahan ini hanya untuk status saja. Semua aku lakukan agar nenek cepat sembuh. Aku tidak akan menyentuh wanita itu."
"Itu sama saja menambah dosa, Mas. Untuk apa berpoligami kalau kamu nggak bisa berlaku adil sama kedua istrimu, nanti?"
"Sudahlah, Sayang. Manusia tidak ada yang bisa berlaku adil. Aku cuma mau menjaga hati dan perasaanmu. Lagipula salah wanita itu juga kenapa dia setuju menikah dengan laki-laki yang sudah beristri. Kamu tenang saja, meskipun aku menikahinya tapi, kamu tetap menjadi prioritas utamaku."
Namira menarik diri sampai pelukan itu terlepas, wajahnya masih sendu, air matanya belum berhenti juga, ia melihat Ari dengan perasaan hancur dan sakit luar biasa.
"Kamu sudah bertemu dengan wanita itu, Mas?"
Ari menggeleng lemah. "Belum, dia pegawai baru di restoran nenek!"
"Kamu akan bertemu dan mencintai dia,nanti. Aku nggak siap untuk itu, Mas...."
"Nggak ada yang akan berubah, kamu tetap menjadi satu-satunya ratu dihatiku."
Ari mencium kening Namira dengan sayang, sungguh ia pun tidak sanggup menerima permintaan nenek. Karena setelah kedua orang tuanya meninggal, nenek yang mengasuh dan merawat Ari sedari kecil.
Ari sudah bertekad, apapun yang terjadi, ia akan terus berusaha menjaga hati dan cintanya untuk Namira.
***
Di tempat lain, seorang wanita muda yang baru pulang kerja harus menerima perlakuan kasar dari ibu tiri yang tidak pernah tulus sayang kepadanya.
Dilla harap ia salah dengar atau ibu tirinya yang salah bicara. Bagaimana bisa Dilla yang masih perawan ting-ting akan dijadikan istri kedua?
"Pokoknya kamu harus menikah dengan cucu pemilik restoran itu! Ibu nggak akan tinggal diam kalau sampai kamu menolak tawarannya!" Wanita bertubuh gempal ini marah bahkan tidak segan-segan menampar pipi Dilla. Sumi orang yang paling bahagia karena beberapa hari yang lalu nek Rusmi melamar anak tirinya.
"Tapi dia udah punya istri, Bu. Dilla nggak mau dijadikan istri kedua!" pekik Dilla sembari memegang pipi yang masih terasa nyeri. Dilla memohon agar ibunya mau mengembalikan uang yang sudah diberikan nenek itu sebagai tanda lamaran untuknya.
"Jangan bodoh kamu! Mereka orang kaya yang nggak pelit. Nggak masalah kalau dijadikan istri kedua yang penting uang tetap lancar! Ingat ayahmu yang sakit-sakitan dan butuh uang banyak untuk betobat! Kamu pikir biaya rumah sakit nggak mahal, apa?"
"Tapi aku akan dianggap sebagai pelakor, Bu! Apa kata orang-orang nanti?" Dilla masih teguh pendirian, dirinya tidak mau merusak rumah tangga orang.
"Pilihan ada di tanganmu. Kalau kamu membatalkan lamaran ini, itu artinya kamu siap melihat ayahmu masuk penjara!!"
Sumi tidak perduli dengan tangisan Dilla yang memilukan, ia memilih pergi dan mengurung Dilla di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sedihnya Namira..
2023-06-19
1
Oh Dewi
mampir ah mana tau seru.
Btw, aku pernah baca novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, itu keren banget. Kalo search jangan lupa tanda kurungnya
2022-08-18
0
Sisca Wilujeng
mampir kak
2022-03-21
0