TIGA KURSI

"Mau ke mana?" Ari menahan Namira ketika istrinya itu hendak turun dari tempat tidur. Kalau saja tamu bulanan Namira tidak datang tiba-tiba, ia akan mengurung Namira di dalam kamar.

Namira menggulung asal rambutnya. "Aku mau masak, Mas. Memangnya kamu nggak lapar?"

Ari tersenyum dan meraba perutnya.

"Masak yang enak ya, sayang." Ari terpaksa melepaskan Namira.

"Seperti biasa." Namira mengecup kening Ari lalu turun dari tempat tidur.

***

Namira heran melihat makanan sudah tersaji di atas meja, ia sudah menduga kalau Dilla yang menyiapkan semuanya. Tidak apa, setidaknya ia tidak perlu buru-buru menyiapkan makan malam. Akhirnya Namira tidak jadi masak, bergegas menyiram tanaman di pekarangan rumah.

Makan malam pun tiba. Ada yang berbeda di ruang makan. Jika biasanya hanya ada dua kursi yang ditempati pemilik rumah, maka mulai malam ini terdapat tiga kursi.

Namira duduk di samping Ari, sedangkan Dilla duduk di hadapan mereka.

"Aku ambilkan makanan untuk kamu, Mas." Namira telaten melayani Ari, meletakkan nasi dan lauk di piring Ari.

"Terima kasih, Sayang." Ari tersenyum dan sekilas mengelus punggung tangan Namira, ia bersikap manis seperti biasa membuat Namira tersenyum kepadanya.

"Dilla, kamu nggak makan?" Namira mengulurkan piring kepada Dilla. "Mau aku ambilkan juga?" tawarnya dengan ramah.

"Nggak usah, Mbak. Aku bisa ambil sendiri." Dilla meraih piring lalu mengambil satu centong nasi dan lauk yang tadi dimasaknya.

Ari tidak bicara lagi, perutnya yang lapar sudah menuntut untuk diisi. Tapi, lidahnya terasa asing dengan rasa ini.

'Rasanya lain dari masakan kamu yang biasa," ucap Ari sembari mengunyah makanannya.

Dilla dan Namira sama-sama melihat Ari.

"Aku lupa bilang kalau bukan aku yang masak, Mas. Semua ini masakan Dilla," jawab Namira apa adanya.

Brak!!

Ari menggebrak meja bahkan sampai menumpahkan segelas air yang sempat disiapkan Namira untuknya. Mata Ari sudah memerah, ia menatap Dilla seakan ingin menelan wanita itu hidup-hidup.

"Ke-kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Dilla, ini adalah pertanyaan pertama yang ia lontarkan kepada suaminya.

"Siapa yang menyuruhmu menyiapkan semua ini?" tanya Ari pelan, suaranya terkesan dingin bahkan nyaris tidak terdengar.

"Tidak ada yang menyuruhku, aku cuma melakukan tugasku sebagai istri di rumah ini, Mas." Dilla sengaja memperjelas statusnya di hadapan Ari dan Namira.

"Jangan lancang, kamu!" jawab Ari cepat, ia mengepalkan tangan di atas meja. "Jangan sebut dirimu sebagai istri di rumah ini. Aku menikahimu karena menuruti permintaan nenek. Kalau kesehatan nenek sudah pulih seperti sebelumnya maka, pernikahan ini pun akan berakhir. Jadi ingat baik-baik sampai kapanpun hanya Namira yang pantas menjadi istriku! Kau jangan berharap apapun di sini!"

Ari beranjak dari duduknya, selera makannya sudah hilang, ia berbalik arah dan ingin segera pergi tapi, ucapan Namira menghentikan langkahnya.

"Memangnya kenapa kalau Dilla yang nyiapin semua ini, Mas?"

"Kenapa? Apa kamu nggak mau lagi melayani kebutuhanku dan menjalankan tugasmu sebagai istriku?" sentak Ari.

"Kok kamu ngomongnya gitu? Kamu sendiri yang ngurung aku di dalam kamar, tadi." Namira sudah hampir menangis, ia tidak biasa dibentak dan dimarahi seperti ini.

Ari mengusap wajah dan berusaha menetralkan emosinya, ia baru ingat kalau sedari tadi mereka berdua hampir satu harian di dalam kamar.

"Ya sudah, kita makan malam di luar saja." Ari merangkul dan mengajak Namira pergi.

Melihat Ari yang menolak menyentuh masakannya membuat air mata Dilla jatuh begitu saja, mungkin suaminya marah karena masakannya tidak selezat masakan Namira. Dilla ingin protes, melarang Ari dan Namira pergi tapi, Dilla sadar siapa dirinya di rumah ini.

Hanya istri yang tidak dianggap!

***

"Apa kamu nggak bisa bersikap lebih baik sama Dilla, Mas. Bicara lembut padanya. Sedikit saja...."

Telinga Ari seakan menuli mendengar istrinya menyebut nama Dilla.

"Kenapasih kamu nggak ngerti juga!" sentak Ari. "Apa kamu nggak bisa lihat seberapa besar cintaku untukmu? Tidak ada tempat untuk wanita lain di hatiku, Namira. Mengertilah!"

Ari menepikan mobil dan menghadap Namira. "Ingat ucapanku ini, Namira. Kalau hari itu tiba, jangan salahkan aku jika aku berbagi cinta dengannya. Karena apa yang aku lakukan adalah kemauanmu juga!"

Namira meraih tangan Ari. "Apapun itu, jangan pernah berubah mencintai aku, Mas. Meskipun kamu dengannya, jangan sekalipun mengabaikan aku."

Hati dan mulut Namira tidak sejalan, membayangkannya saja sangat membuatnya menderita.

"Kamu yang lebih tau hatiku, sayang." Ari mengelus pipi Namira sejenak lalu kembali melajukan mobilnya.

***

Dilla mencoba tidak perduli dan melupkan ucapan pedas yang dilontarkan Ari. Wanita yang memakai piyama tidur warna merah ini duduk di tepian tempat tidur dan melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi, belum ada tanda-tanda kepulangan Ari dan Namira. Dilla menebak jika pasangan itu sengaja menghabiskan waktu berduaan di luar rumah.

Dilla ingin memastikan semua jendela dan pintu sudah terkunci rapat, ketika membuka pintu kamar, ia tidak sengaja melihat Ari membopong Namira yang sepertinya sudah tidur di pelukan Ari. Untuk sesaat mereka beradu pandang tapi, Ari lebih dulu mengakhirinya dan masuk ke kamar tanpa menyapa atau bicara sepatah katapun kepada Dilla.

"Apa yang kamu lakukan ini salah, Mas...." lirih Dilla menatap pintu kamar Ari dan Namira. Harusnya malam ini mereka menghabiskan malam panjang sebagai pengantin baru tapi yang terjadi malah sebaliknya.

***

Ari merebahkan Namira di atas ranjang, merapikan suir rambut Namira yang hampir menutupi wajahnya yang cantik tidak lupa menyelimuti istrinya sebatas dada lalu mengecup kening Namira seakan takut kehilangan waktu bersamanya.

"Mas sangat mencintai kamu. Tetaplah kuat dan selalu mendampingi, Mas."

Ari tidak tahu apa yang akan terjadi di lain hari. Meskipun ia sudah terang-terangan menolak Dilla tapi, permintaan nenek yang sangat menginginkan seorang anak dari Dilla kembali menghantuinya.

Ari sudah berencana menceraikan Dilla kalau kondisi nenek sudah berangsur pulih seperti biasa oleh sebab itu, ia tidak segan-segan bicara kasar kepada Dilla supaya wanita itu tidak berharap lebih darinya. Namun, apa yang akan terjadi jika nenek tidak kunjung pulih seperti sebelumnya? Haruskan ia menyentuh dan menanamkan benih di dalam rahim Dilla yang gila harta itu? Ari yakin kalau Dilla sudah menerima banyak uang dari nenek dan hal ini semakin membuatnya membenci Dilla.

***

Sudah menjadi rutinitas Namira di pagi hari menyiapkan sarapan dan kebutuhan Ari sebelum berangkat ke kantor. Nasi goreng sudah tersaji di atas meja, Namira berdiri menghadap kompor, membuat teh hangat untuk Ari.

"Pagi, Sayang." Ari datang tiba-tiba, mencium pipi dan memeluk Namira dari belakang. "Semakin hari kamu semakin cantik, saja," godanya sembari memutar tubuh Namira sampai menghadapnya.

"Iseng banget, sih! Hampir kena air panas, Mas." Namira tersenyum dan menyubit pinggang Ari.

"Aww, sakit sayang! Kamu sudah berani, ya!" Ari menggelitiki pinggang Namira, suara tawa keduanya sudah menggema hampir mengisi seluruh ruangan.

Dilla yang mendengarnya pun mencoba tutup telinga dan menutupi keresahannya, ia tidak mau terlihat lebih menyedihkan dihadapan Ari dan Namira. Dilla mengurungkan niat untuk pamit kepada Namira tapi terlambat karena wanita itu sudah melihat dan memanggil namanya.

***

Nggak bisa update banyak karena belum lulus review. Jadi, sabar ya mentemen. Jangan lupa jempolin.

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

yah binggung mau komentar thor...mau bela siapa...tp jalau bs biar ari namira sm dilla hidup berbahagia bertiga thor

2022-03-28

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

biasanya yg terlalu berlebihan akan jd malapetaka

2022-01-26

0

Masiah Cia

Masiah Cia

sebenarnya aku panas dingin baca novel yg ada poligami tapi Krn penasaran akhirnya di baca juga

2021-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!