Apakah tidak ada cara lain selain menjadi istri kedua? Haruskah ia menikahi pria yang masih berstatus suami orang? Sebagai sesama wanita tentu Dilla tahu betapa sakit dan hancurnya hati bila orang yang kita cintai menduakan hati.
Tidak munafik, hati kecilnya pun mendambakan menikah dengan pria yang dicintai dan mencintainya. Namun kenyataannya berbeda mau tidak mau, setuju atau tidak Dilla tetap harus menikah dengan pria yang tidak pernah ditemuinya, pria yang tidak tahu seperti apa wajah dan sifatnya. Terlebih lagi ia akan menyandang status sebagai orang ketiga di rumah tangga pasangan suami istri tersebut. Jika ia menolak maka, kesehatan ayah akan semakin memburuk.
Andai saja dari awal ia tahu kalau ibu tirinya sudah menerima uang dan lamaran dari nek Rusmi. Tentu Dilla akan mengembalikan uang itu. Kalau sudah begini apa yang bisa ia lakukan? Sebagian uangnya sudah digunakan untuk bayar hutang dan pengobatan ayahnya. Mau mencari uang dimana lagi?
Dilla sudah mengambil keputusan dan bersedia menjadi istri kedua dari pria yang masih memiliki istri, ia sudah siap menerima segala resikonya.
Orang ketiga dikenal sebagai perusak rumah tangga dan penghancur kebahagiaan wanita lain. Tidak perduli apapun alasannya, lingkungan sekitar tetap akan memandang buruk dan akan menyalahkan orang ketiga.
Malam ini Dilla tidak bisa tidur, berbaring di atas tempat tidur ditemani air mata yang terus mengalir. Dilla berharap ada jalan keluar selain menikahi pria yang masih beristri.
***
Di tempat lain.
Namira pun sulit memejamkan mata, ia berbaring menghadap Ari yang sudah tidur pulas setelah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami di atas tempat tidur.
Namira melipat kedua tangan di bawah bantal, mengagumi wajah tampan Ari yang digandrungi banyak wanita. Namira berharap hanya dirinya yang berhak memandang dan tidur di samping Ari. Jika boleh meminta, ia tidak mau ada wanita lain diantara mereka.
"Malam ini kamu masih menjadi milikku, Mas. Masih tidur di sampingku, masih memanjakan aku, masih menganggap aku sebagai satu-satunya pemilik hatimu. Tapi, bagaimana dengan besok malam dan seterusnya, Mas? Apa kamu akan tetap menjaga cintamu untukku? Apa aku bisa melihat kamu berduaan dengan wanita lain? Hatiku sangat sakit membayangkannya, Mas," gumam Namira.
Dada Namira semakin terasa sesak berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah di malam hari, ia masih belum bisa memejamkan mata seolah takut hari ini akan berlalu.
Keesokan harinya.
Kabar buruk datang dari rumah sakit, kondisi nenek semakin parah dan selalu menyebut nama Ari. Ari dan Namira pun bergegas ke rumah sakit.
"Pelan-pelan bawa mobilnya, Mas! Kita bisa celaka." Namira takut karena Ari semakin menambah kecepatan mobilnya.
"Semua ini salahku, kalau saja aku bisa membujuk nenek tinggal bersama kita, aku pasti bisa memantau kondisi nenek setiap hari. Nenek pasti tidak akan sakit seperti ini." Ari semakin panik, tidak sabar sampai ke rumah sakit.
Memang. Nek Rusmi selalu menolak tinggal di rumah Ari karena lebih nyaman tinggal di rumah peninggalan suaminya.
"Tolong jangan salahkan dirimu sendiri seperti ini, Mas. Yang penting kita sudah melakukan yang terbaik untuk kesembuhan nenek termasuk setuju kamu menikah lagi dengan wanita pilihan nenek, Mas!"
Ari spontan menekan rem membuat mobil itu berhenti di tengah jalan beruntung, saat itu jalanan lumayan sepi hingga meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas. Ari lantas menepikan mobil dan mematikan mesinnya.
"Kamu serius, sayang? Kamu ijinkan aku menikah lagi?" Ari terkejut mendengar pernyataan istrinya. Padahal, malam tadi Namira sangat menentang keputusannya.
"Di dunia ini tidak ada istri yang rela dimadu, Mas. Tapi terkadang mereka punya alasan lain menerimanya. Seperti yang aku lakukan sekarang ini. Demi nenek, demi kedua orang tuaku, demi kamu dan demi keturunan kita, aku rela kalau kamu menikah lagi.
Jika bicara tentang hati, tidak akan ada habisnya. Luka, kecewa dan berakhir air mata.
Ari menghapus air mata Namira. "Aku bersyukur memiliki kamu, terima kasih untuk pengertian ini," ucap Ari, suaranya hampir tidak terdengar.
Namira tersenyum getir, ia memilih diam dan melihat keluar jendela.
Ari menghela napas berat dan kembali melajukan mobil menuju rumah sakit.
Sementara di rumah sakit.
Dilla seperti patung hidup yang diatur oleh pemiliknya, ia pasrah dan menuruti keinginan ibu tirinya untuk memakai kebaya putih yang diberikan nek Rusmi beberapa hari yang lalu. Dilla duduk di samping nek Rusmi yang masih saja menyebut nama Ari.
"Nenek yakin kalau kamu dan Ari bisa saling mencintai. Kamu gadis yang baik, ramah dan pintar masak. Tidak jauh berbeda dengan Namira. Hanya saja Namira lebih sibuk mengurus butiknya, belum lagi sampai sekarang Namira belum hamil juga. Rasanya nenek sudah lelah menunggu jadi, nenek harap kamu bisa melahirkan keturunan Ari," ucap Nek Rusmi.
Dilla hanya bisa tersenyum masam, dilihatnya pria paruh baya yang duduk di kursi roda tempak tersenyum padanya. Bahkan, ayahnya pun terkesan setuju jika ia dijadikan istri kedua.
*"Assalamualaikum"*
Suara dari pintu membuat semua orang menoleh. Seorang pria berkemeja biru berjalan cepat mendekati tempat tidur pasien. Sementara langkah istrinya terasa berat mengikuti jalannya.
"Siapa dia?" Dilla membatin melihat pria tampan di depannya.
"Maaf Ari baru sampai Nek," ucap Ari setelah mencium punggung tangan nenek. Tanpa sengaja ia melihat wanita berkebaya putih di depannya, mereka saling mengunci pandangan. Ari sudah menduga kalau wanita ini yang akan menjadi istri keduanya.
"Cepat sembuh, Nek," ucap Namira, setelah mencium pipi nek Rusmi, ia seolah mengabaikan perempuan yang masih berpegangan tangan dengan Nenek.
Suara Namira memutuskan pandangan Ari dan Dilla. Dilla menarik tangannya dari genggaman nenek.
"Namira, sayang ... Sayang maafkan nenek, Nak," lirih nek Rusmi.
Namira paham apa yang akan dikatakan nenek selanjutnya.
"Nenek nggak perlu minta maaf, Nenek nggak salah. Namira tahu keputusan Nenek adalah keputusan yang terbaik untuk kita semua." Meskipun mencoba tegar tapi hatinya tetap sakit.
"Dilla ini yang akan menikah dengan suamimu, Nak," ucap nek Rusmi pada Namira.
Namira berusaha tersenyum melihat wanita cantik yang akan menjadi madunya, lalu ia menoleh melihat Ari yang hanya diam dan menundukkan kepala.
"Maafkan aku, Mbak," lirih Dilla, ia bahkan sudah mengeluarkan air mata. Dilla sadar, dirinya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Namira yang tetlihat sempurna. Wajar bila suaminya ini sangat mencintainya. Kalau bukan karena desakan ibu tiri ia tidak akan mau menikah dengan suami orang.
"Sudahlah. Ini jalan yang harus kita lalui bersama, aku rela jika suamiku menikahi kamu," ucap Namira, sebagai seorang wanita, ia sadar sudah mengambil keputusan terberat dan terbodoh dalam hidupnya.
Ari semakin merasa bersalah dan memeluk Namira. "Sampai kapanpun, Mas akan selalu mencintai kamu, sayang," bisik Ari.
Dilla menyaksikan sendiri perlakuan Ari kepada Namira, betapa lembut dan perhatian Ari kepada Namira. Dari tatapan matanya saja sudah tergambar kalau pria tampan itu sangat mencintai istrinya. Wajar saja mereka adalah sepasang suami istri sedangkan ia hanyalah orang ketiga yang sudah lancang masuk ke dalam rumah tangga mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
mdh2 kuat nacax thor...
2022-03-28
0
Naura Rahma Shaffiyya Shaffiyya
otw mewek mlu ni kyanya
2022-01-10
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya kenapa ya kl blm dikasih anak pasti perempuan yg salah 😢😢😢
2022-01-09
0