Tuanku Diktator Ulung
Siang itu Nina pulang kerja dengan sedikit terburu-buru. Letak tempat kerja dan jalan raya lebih kurang dua ratus meter. Rasa malas menyelimuti hatinya Nina untuk menuju jalan raya tersebut. Bagaimana tidak, panas yang cukup ekstrim dan tempat menunggu bis yang agak jauh dari tempat kerjanya membuatnya lebih memilih menelpon taksi dari pada jalan menunggu bis di pinggir jalan sana.
Tak lama taksi yang di pesannya pun datang. Nina segera naik dan taksi pun melaju.
"Kemana neng?"tanya sang sopir.
"Jalan merpati",kata Nina singkat.
Sang sopir pun mengangguk tanpa bertanya lagi. Taksi melaju dengan kecepatan sedang. Setengah perjalanan tiba-tiba Nina teringat akan sesuatu.
"Pak ke minimarket itu bentar ya, ada yang mau aku beli, gak lama bentar aja",kata Nina pada sopir taksi tersebut.
Sang sopir pun meminggirkan taksinya. Nina keluar dari taksi dan menuju minimarket tersebut. Tak lama Nina kembali keluar dengan menenteng kantong plastik kecil. Nina buru-buru menuju taksi. Nina sangat terkejut ketika tiba-tiba ada sebuah motor besar hampir menyerempet tubuhnya. Motor besar itu pun bermaksud untuk ke minimarket tersebut. Nina yang masih dalam keadaan gemetar karena kaget, masih tegak di posisinya semula. Jantungnya serasa mau copot. Sopir taksi yang melihat kejadian itu segera turun dan menemui Nina. Dengan sigap dan cepat sopir tersebut sudah berada di dekat Nina yang masih berdiri bengong.
"Kamu tidak apa-apa?", tanya pak sopir sedikit khawatir.
Nina cuma menggeleng. Tenggorokannya rasa tercekat. Sang sopir yang melihat Nina tidak apa-apa segera menghadang pergerakan pengendara motor tersebut yang ingin memasuki minimarket itu juga yang bergerak melenggang santai tanpa dosa.
"Eehh mas bukannya khawatir melihat orang yang hampir elu tabrak, malah santai seperti tak melihat apa-apa. Coba mas lihatnya pakai mata jangan pakai dengkul jadi kelihatan", kata sopir pada pengendara motor tersebut geram.
"Koq jadi salah saya sih pak?terus kenapa juga anda yang ribut, yang punya badan saja santai, dia tuh yang sembarang, jalan tanpa lihat kiri kanan, coba lihat dia juga gak kenapa-kenapa kan?", kata si pengendara tanpa merasa bersalah.
"Eeh ngeyel nih orang, gak makan bangku sekolah kali ya", kata sang sopir menahan emosinya.
"sudah minggir sana, saya banyak urusan. Malas meladeni orang sakit seperti kalian", kata pengendara motor tersebut seraya sedikit mendorong sang sopir supaya tidak menghalangi jalannya. Sang sopir mulai terpancing, di tariknya tangan si pengendara motor tersebut sehingga mereka kembali berhadapan.
"Ohh ternyata anda mau dengan kekerasan ya", kata pengendara motor tersebut mulai memasang kuda-kuda.
Nina tidak mau urusan menjadi ribet dan panjang. Nina melerai perdebatan keduanya.
"Sudahlah pak lupakan saja, buang-buang waktu saja meladeni orang macam dia",kata Nina yang sudah bisa menguasai dirinya.
"Hei nona, jaga mulut ya, sembarangan. Kamu kan yang salah jalan gak lihat-lihat lagi, jangan salah kan aku kalau aku berbuat kasar pada kalian", kata sang pengendara hendak menarik tangan Nina tapi cepat di tepis oleh Nina. Nina mundur satu langkah ke belakang.
Di saat yang bersamaan ada dua orang pemuda yang melihat kejadian tersebut. Lama mereka memperhatikan.
"Sepertinya aku mengenal wanita itu", kata pria satunya.
"Iya sepertinya Nina, ada apa ya?", kata pria satunya.
"Yuk kita ke sana", kata pria satunya lagi.
Mereka menuju di mana Nina dan pak sopir berada. Mereka memutar arah mobilnya. Dan mendatangi Nina dan sang sopir yang masih terlibat adu mulut dengan si pengendara motor tersebut.
"Benaran Nina",kata pria itu lagi.
Mereka mendekat ke Nina dan kedua pria tersebut melihat perdebatan yang terjadi antara sopir taksi dan seorang pemuda. Mereka yang tak tahu masalah sebelumnya akhirnya bertanya pada Nina.
"Nin, ada apa?",tanya pria satunya.
"Eeh kak Jimmy dan kak Marsel, ini kak tadi aku hampir di serempet oleh dia, untung aku bisa ngelak, dan itu pak sopir yang aku pesan taksinya", jelas Nina.
"Kamu gak apa-apa kan?", tanya Marsel.
"Alhamdulillah nggak kak", kata Nina.
"Syukurlah", kata Marsel lagi.
Sang pemuda pengendara motor ingin berlalu karena melihat tak ada gunanya berlama-lama di situ. Dia membatalkan niatnya untuk belanja di minimarket tersebut. Dia kembali menaiki motor besarnya. Tapi sang sopir taksi tak mau pemuda tersebut kabur tanpa ada penyelesaian masalah, minimal meminta maaf atas kesalahannya.
"Turun atau massa akan bertindak brutal padamu", kata sang sopir kesal sambil memegang jaket pemuda tersebut.
Pemuda tersebut turun dari motornya dengan muka menegang menandakan kalau dia juga menahan emosi yang hampir meledak. Pemuda tersebut menyibakkan jaketnya yang di pegang sang sopir taksi.
"Lepas", kata sang pemuda.
Sang sopir taksi melepaskan pegangannya pada jaket pemuda tersebut. Marsel dan Jimmy bermaksud menengahi.
"Sudahlah kita selesaikan dengan damai, kamu minta maaf dengan mbak ini", kata Marsel menyarankan pada pemuda tersebut untuk meminta maaf pada Nina.
"Minta maaf?dia yang salah kenapa aku yang minta maaf, gak salah apa", kata pemuda itu sambil berkacak pinggang.
"Songong amat ni anak", kata Jimmy yang sedari tadi cuma melihat saja.
Pemuda tersebut mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar seratus ribuan kepada Nina.
"Ini ambil, kamu mau ini kan, minggir aku mau pergi", kata pemuda tersebut memberikan beberapa lembar uang pada Nina, Nina bengong dan pemuda tersebut mendorong si sopir taksi untuk tidak menghalangi pergerakannya lagi.
"Bocah kurang ajar", kata sang sopir seraya menjatuhkan bogem keras ke rahang pemuda tersebut.
Sang pemuda meringis dan bermaksud menyerang balik sang sopir. Sang sopir mengelak. Sang pemuda tak kehabisan akal, dia menendang paha sang sopir sehingga sang sopir terduduk di tanah. Sang sopir bangkit dan kembali membalas menerjang sang pemuda. Satu tendangan mendarat di perut pemuda tersebut. Pertarungan semakin sengit. Banyak orang mulai berdatangan ingin tahu apa yang sedang terjadi. Mereka bukannya melerai tapi asik menonton adegan tersebut.
"Ada tontonan tinju gratis nih", kata seorang emak-emak yang juga ada di situ.
Marsel dan Jimny saling pandang. Nina berusaha melerai tapi tak di gubris kedua orang tersebut.
Jimmy maju ke depan melerai pertarungan yang semakin sengit tersebut.
"Hentikan", teriak Jimmy.
Tapi karena sudah kalap, sang pemuda terus menyerang sang sopir. Jimmy menengahi. Tapi apes bagi Jimmy dia malah kena tendangan dari kaki pemuda tersebut tepat mengenai iganya. Sang pemuda jadi gelagapan. Dia cepat menaiki motornya dan tancap gas meninggalkan tempat tersebut. Sang sopir ingin mengejar tapi gerakannya kalah cepat.
###jangan lupa komen, like dan votenya ya, ma kasih###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
semangat kak ...
Mampir juga yuk ke karyaku
Don't leave me my dear.
Ditunggu dan saling mendukung ya.
Terima kasih😊
2022-07-30
0
rinjani81 jani
semangat kaka dalam berkarya
2022-05-06
1