Nina buru-buru mengambil tas dan sepatunya. Akibat bangun kesiangan, jadi hari ini Nina melewatkan sarapan paginya di rumah.
"Bu, Nina berangkat dulu ya", kata Nina pada ibunya yang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka bertiga.
"Nina kesiangan bu, udah telat, hari ini banyak kerjaan yang harus Nina selesaikan", kata Nina sambil memegang tangan ibunya dan menciumnya.
"Nina pergi dulu ya bu", kata Nina sambil berlalu.
Adelia adiknya Nina keluar dari kamarnya dengan menenteng tas sekolahnya.
"Pagi banget mbak Nina perginya", kata Adel seraya duduk di kursi makan di samping ibunya.
"Mbakmu itu orangnya disiplin, katanya dia banyak kerjaan mungkin biar pekerjaannya cepat selesai jadi pagi-pagi gini dia udah berangkat", kata sang ibu.
"Udah yuk sarapan, entar kamu telat loh", kata ibunya pada Adel lagi.
Ibu dan anak itu menikmati sarapan pagi mereka kali ini tanpa sosok Nina.
"Bu, Adel berangkat dulu ya", kata Adel seraya mengambil tangan ibunya dan mencium punggung tangannya.
*****
Jimmy sudah bersiap untuk kembali bekerja. Jimmy sudah berpakaian rapi. Dengan memakai kemeja merah hati di padu dengan celana hitam metalik menambah tampan seorang Jimmy. Jimmy turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan.
"Kamu yakin tidak merasa sakit lagi?", tanya sang mama di sela makan mereka.
"Yakin Ma, aku merasa udah sehat sekarang, lagian capek ma di rumah terus", kata Jimmy.
"Ya udah tapi jangan capek-capek ya, jaga kesehatan ya, obatnya jangan lupa di minum", kata sang mama mengingatkan.
"Iya", kata Jimmy singkat.
"Oh iya papa mana ma?", tanya Jimmy di sela makannya.
"Tuh", kata mamanya saat melihat suaminya sudah menuju meja makan.
"Udah siap kerja nih rupanya", kata sang papa setelah duduk di kursinya.
"Iya Pa bosan di rumah terus", kata Jimmy seraya mengelap sudut bibirnya dengan tissue.
"Wina koq belum gabung?", tanya sang papa.
"Udah berangkat dari tadi, katanya piket takut telat", jelas mamanya Jimmy.
"Anak itu memang disiplin", kata papanya Jimmy.
Mereka berangkat kerja setelah selesai sarapan. Jimmy lebih suka menggunakan mobilnya sendiri dari pada ikut di mobil papanya. Papanya selalu protes kalau Jimmy yang bawa mobilnya. Jimmy seperti raja jalanan, suka ngebut dan suka mendahului kendaraan yang ada di depannya.
*****
"Wiiihh udah sehat nih, selamat datang kembali tuan Jimmy", seloroh Marsel sambil membungkukkan badannya.
"Lebay loh", kata Jimmy.
Jimmy menatap meja sekretarisnya yang masih kosong.
"Kapan Rini masuk kerja lagi?", tanya Jimmy kepada Marsel.
"Mungkin tiga bulan lagi lah, tapi tenang aku sudah dapat gantinya untuk sementara", kata Jimmy.
"Siapa?koq belum datang jam segini?", kata Jimmy.
Belum sempat Marsel menjawab, Nina datang di hadapan mereka.
"Nina", kata Jimmy tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Kamu..", kata Jimmy terpotong karena di dahului oleh Marsel.
"Iya Nina, dia pengganti Rini. Maaf aku tidak memberitahumu terlebih dahulu, buat kejutan", kata Marsel santai.
"Maaf pak telat, tadi kena macet di jalan xx", kata Nina tak enak hati melihat kedua bosnya sudah ada di kantor.
"Emangnya kamu naik apa kemari?", tanya Jimmy.
"Gojek kak ehh pak", kata Nina tanpa pikir panjang.
"Mulai besok kamu bawa motor fasilitas kantor, Sel tolong kondisikan satu buah motor untuk Nina ya",kata Jimmy memberi perintah pada Marsel.
"Siap bos", kata Marsel sambil berlalu.
Nina masih tegak mematung.
"Koq masih berdiri di sini, meja kamu kan di situ", kata Jimmy yang melihat Nina masih berdiri di hadapannya.
"Ehhmm anu kak eehh salah lagi Pak, Nina minta maaf ya atas kejadian waktu itu, Nina merasa bersalah. Kalau tidak karena saya mungkin bapak takkan mengalami musibah itu", kata Nina menyesal.
"Itu musibah bukan salah kamu, sudah kerja sana, saya bayar kamu untuk kerja bukan untuk tegak-tegak saja", kata Jimmy yang melihat Nina tak beranjak dari tempat berdirinya.
"Eeh iya pak maaf, terima kasih pak", kata Nina.
"Terima kasih untuk apa?", tanya Jimmy.
"Untuk semuanya", kata Nina memandang bos besarnya tersebut.
"Iya sudah kerja sana", kata Jimmy seraya menyuruh Nina untuk pergi dari hadapannya.
Jimmy merasa ada getaran aneh saat melihat Nina. Entah rasa apa itu. Setelah kejadian waktu itu wajah Nina berhasil wara wiri di otaknya. Jimmy tersenyum sendiri. Nina menuju meja kerjanya.
" Huuuhh untung kak Jimmy gak marah, kalau tidak, bisa di pecat aku dari sini", kata Nina mendengus.
Nina meraih laptop yang ada di meja kerjanya. Menghidupkan laptop tersebut. Kemudian membuka file-file yang ada di laptop tersebut. Nina menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan oleh Jimmy. Kemudian Nina membawa berkas-berkas tersebut ke hadapan Jimmy.
"Ini pak berkas-berkasnya", kata Nina dengan sedikit membungkuk.
Jimmy memandangi wajah Nina. Nina terlihat cantik dengan make up tipisnya. Nina tak sengaja melihat ke wajah Jimmy. Tatapan mata mereka bertemu. Jimmy tersenyum. Nina jadi salah tingkah.
"Maaf pak saya permisi", kata Nina setelah meletakkan berkas-berkas tersebut di meja Jimmy.
Ada apa denganku?bisik batin Nina.
Nina merasakan wajahnya panas. Aliran darahnya seperti mengalir semua ke mukanya. Tatapan Jimmy tadi membuatnya kikuk.
"Ehh bentar, jangan pergi dulu", kata Jimmy membuat Nina memutar kembali badannya.
"Iya Pak ada yang kurang?", tanya Nina berusaha menetralkan detak jantungnya.
"Nin, makasih ya", kata Jimmy pada Nina.
"Makasih untuk apa Pak?", tanya Nina tak mengerti.
"Saya senang melihat kamu mencemaskanku waktu itu", kata Jimmy tanpa basa-basi.
"Iya pak itu karena saya sangat merasa bersalah, seharusnya saya yang berterima kasih karena bapak dan pak Marsel sudah membantu saya", kata Nina sambil menunduk.
"Jangan panggil pak kalau kita lagi berdua atau bertiga dengan Marsel, kamu kan biasa panggil kita kakak, panggil itu aja kalau tidak ada orang lain", kata Jimmy pada Nina.
"Baik pak eehh kak", kata Nina tersipu.
Jimmy senang melihat wajah Nina yang merona merah seperti itu. Jimmy tersenyum lagi.
"Kalau tidak ada yang di perlukan, saya permisi dulu", kata Nina.
"Gunakan kata aku saat kita berdua, kata saya terlalu formal", kata Jimmy sambil membuka berkas di hadapannya.
"Baik kak, aku permisi", kata Nina.
Jimmy mengangguk. Nina kembali ke mejanya.
"Kak Jimmy", kata batin Nina.
"Apa sih Nin, jangan aneh-aneh deh", gumam Nina seraya menghempaskan nafasnya.
Nina kembali ke laptopnya seperti mas Tukul. Nina memeriksa beberapa file yang ada di laptop tersebut. Masih ada beberapa berkas yang belum di printnya. Nina mengambil beberapa kertas dan mencetak data tersebut dengan mengeprintnya. Dan siap di berikan ke bos besarnya.
Beri like, komen dan votenya ya readers...
Mampir juga ke karyaku lainnya:
Masih Ada Pelangi (tamat).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments