Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Mama Jimmy yang melihat keadaan tersebut cepat mendatangi sang dokter.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?", tanya mamanya Jimmy masih dalam keadaan cemas.
"Operasinya berhasil, anak ibu baik-baik saja, dalam waktu kebih kurang 1 jam anak ibu akan segera siuman, saya permisi", kata sang dokter.
"Syukurlah, terima kasih banyak Dok", kata mamanya Jimmy dengan senyum di wajahnya.
Dokter segera berlalu. Nina dan Marsel mengucap syukur.
"Terima kasih ya allah", kata Nina seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tante om kak Jimmy sudah selesai operasi, saya pulang dulu", kata Nina pamit pada kedua orang tua Jimmy.
"Biar ku antar", kata Marsel cepat.
"Nggak usah kak, Nina naik taksi aja", kata Nina menolak dengan halus.
"Gak papa sekalian aku juga mau pulang, nanti baru ke sini lagi", kata Marsel pada Nina.
"Iya udah gak usah di tolak, itu rejeki, mumpung Marsel lagi baik", kata papanya Jimmy ikut nyeletuk.
"Iya udah deh, mari om tante", kata Nina lagi.
"Hati-hati", kata mama Jimmy pada Marsel dan Nina.
Nina dan Marsel berlalu.
"Kamu kerjanya tiap hari ya Nin?", tanya Marsel setelah mereka sudah berada di dalam mobilnya Marsel.
"Iya kak, hari minggu pun gak libur", kata Nina.
"Wah capek banget itu", kata Marsel sambil matanya tetap fokus ke jalan raya.
"Sangat, tapi mau gimana lagi kak, cari kerja sekarang susah", kata Nina.
"Bagaimana kalau kamu berhenti saja dari kerjamu?", kata Marsel membuat Nina tercengang.
Berhenti?mau makan apa keluargaku?bisik batin Nina. Nina merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Nina sudah tidak mempunyai ayah lagi. Ibunya sakit-sakitan. Adiknya yang kini duduk di bangku SMA butuh biaya. Bagaimana mungkin dia berhenti dari kerjanya.
"Kak Marsel ternyata suka bercanda ya", kata Nina pada Marsel.
"Maksudnya gini, kamu berhenti kerja di situ dan kamu bisa kerja di perusahaan Jimmy, karena sekarang kami butuh tenaga seorang wanita yang ulet, pintar dan bisa di percaya tentunya", kata Marsel.
Nina kembali tercengang seakan tak percaya dengan pendengarannya.
"Kebetulan sekretaris Jimmy lagi cuti hamil, untuk sementara kamu bisa menggantikannya", kata Marsel sukses membuat Nina bengong.
"Nin koq bengong, kamu dengar kan?", tanya Marsel.
"I i iya kak dengar", kata Nina terbata.
Marsel yakin Nina cocok untuk tugas itu. Nina cantik, tinggi semampai, pintar dan ulet. Walau mungkin nantinya Nina sulit beradaptasi karena Nina kelihatannya pemalu. Tapi Nina punya potensi.
"Terima kasih ya kak udah di anterin pulang, gak mampir dulu nih?", kata Nina berbasa-basi.
"Nggak terima kasih mungkin lain kali, oh iya senin nanti kamu sudah bisa kerja", kata Marsel pada Nina.
Senin?ini kan sabtu?waduh...bisik batin Nina.
Memang pepatah lama memang benar adanya, kalau sudah rejeki tak akan lari kemana.
"Baik kak terima kasih", kata Nina sambil melambaikan tangannya pada Marsel.
Setelah mobil yang di gunakan Marsel tidak terlihat lagi dalam pandangannya, Nina baru masuk ke dalam rumahnya.
*****
Jemari Jimmy bergerak pelan. Perlahan Jimmy membuka matanya. Langit-langit putih rumah sakit adalah pertama yang di lihat oleh Jimmy.
Jimmy masih belum sadar penuh. Perlahan kesadarannya mulai terasa. Jimmy mulai sadar kalau sekarang dia berada di rumah sakit. Mama Jimmy yang menyadari ada pergerakan yang di rasakannya. Dia segera memandang kepada Jimmy.
"Kamu sudah sadar nak",kata mamanya Jimmy seraya memegang tangannya Jimmy.
Mamanya memanggil suaminya yang beada di luar ruangan. Sang mama memberitahu kalau putranya sudah siuman. Sang mama kembali masuk dan mengambil air minum, lalu di berikannya pada Jimmy.
"Syukurlah kamu sudah siuman", kata sang papa.
"Marsel mana Ma?",tanya Jimmy setelah dia menyadari tak ada Marsel di situ.
"Dia tadi mengantar Nina pulang, kemudian langsung pulang ke rumahnya, tapi katanya tadi dia akan kemari lagi", jelas sang mama.
Jimmy baru ingat kalau tadi Nina juga mengantarnya ke rumah sakit tersebut. Jimmy ingin bangun dari tidurnya tapi cepat di cegah oleh sang mama.
"Eeeehh jangan duduk dulu", kata sang mama.
"Kenapa denganku Ma?", tanya Jimmy tak mengerti.
"Kamu kan baru sudah operasi, jadi jangan banyak gerak dulu", jelas sang mama.
"Operasi? operasi apa Ma?", tanya Jimmy semakin tak mengerti.
"Apa kamu tak ingat kejadian beberapa jam yang lalu terhadapmu?", tanya sang mama.
"Aku hanya tahu igaku sakit sekali, setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi", kata Jimmy.
Pikirannya mulai berkelana mengingat kejadian yang terjadi antara sopir dan pemuda pengendara motor tersebut. Jimmy menghela nafasnya. Terasa sakit di iga sebelah kirinya.
"Iga sebelah kiri kamu ada yang patah, makanya cepat di operasi tapi sekarang sudah di tangani oleh dokter, emangnya kamu kenapa sih?", tanya sang mama walau dia sebenarnya sudah mengetahui semuanya dari Marsel.
"Ceritanya panjang ma, tapi sudahlah,,pemuda tersebut juga sudah kabur entah kemana",jelas Jimmy.
"Iya sudah yang penting kamu sudah baikan, istirahat, makan yang banyak dan minum obatnya biar cepat sembuh",kata sang mama mengingatkan.
Jimmy mengangguk. Walau di dalam keluarganya Jimmy terkenal keras kepala, tapi untuk sekarang ini dia tidak membantah setiap yang di katakan mamanya. Jimmy berusaha memejamkan matanya kembali. Dia mengingat kembali kejadian siang tadi. Saat di mana Nina sangat ketakutan dan mencemaskan dirinya. Dia mengingat bagaimana Nina menggenggam tangannya karena khawatir yang berlebihan.
"Nina", bisik batin Jimmy.
Jimmy anak seorang pengusaha ternama di kotanya, Purnama Wijaya. Nama yang cukup di segani oleh banyak orang di kota tersebut. Mempunyai kekayaan yang tak terhitung jumlahnya dan mempunyai perusahaan terkenal yang sedang berkembang pesat.
Jimmy di kenal sangat banyak dekat dengan para gadis cantik. Tapi tak satu pun yang menyangkut di hatinya. Baginya dekat dengan wanita cuma sebagai hiburan semata tidak lebih.
Tapi semenjak kejadian siang tadi, dia jadi kepikiran akan Nina. Gadis biasa yang notabenenya seorang adik kelasnya. Nina terkenal pintar di sekolahnya, pendiam dan kutu buku. Bagi Jimmy itu sangat tidak menarik.
Tapi lagi-lagi mengingat kejadian itu, Jimmy jadi senyum-senyum sendiri.
"Lucu melihat mukanya kalau lagi cemas dan kalut begitu", gumam batin Jimmy.
"Kamu kenapa nak?", tanya sang mama saat melihat Jimmy sedang senyam-senyum sendiri.
Jimmy kaget. Walau bekas operasi masih menyisakan sakit yang tak terkira. Tapi mengingat wajah Nina rasa sakit itu sedikit berkurang.
"Nggak ma, cuma teringat kata-kata Marsel di kantor tadi pagi, mama tahukan Marsel orangnya gimana?",tanya Jimmy pada mamanya.
"Iya Marsel orangnya suka guyon", kata sang mama membenarkan.
Pintu ruangan Jimmy terbuka.
"Nina..", kata Jimmy tersenyum senang.
bersambung....
Jangan lupa komen, vote dan likenya ya..Terima kasih.
Mampir juga ke karyaku yang lainnnya:
Masih Ada Pelangi (tamat).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Nyicil dulu bacanya ya kk nanti di lanjut udah di fav juga ditunggu feedbacknya ya😊
2022-07-30
0