Marsel cepat menghampiri Jimmy yang memegangi iganya. Sang sopir juga maju melihat keadaan Jimmy. Nina yang tak menyangka Jimmy akan terkena pukulan dari pemuda tadi masih menutup mulutnya karena rasa kaget yang tak terhingga. Marsel membawa Jimmy ke dalam mobil. Jimmy menarik nafasnya yang terasa sesak. Nina cepat menengok keadaan Jimmy.
"Kak Jimmy maafin Nina ya, maafkan", kata Nina seraya duduk di samping Jimmy.
"Kak Marsel gimana ini?", kata Nina ketika melihat Jimmy yang mengap-mengap seperti ikan yang hidup di air panas.
"Kita bawa ke rumah sakit aja", kata Marsel pada Nina.
"Bagaimana dengan taksi tadi?", tanya Nina bingung.
"Bayar aja, kamu ikut aku ke rumah sakit", kata Marsel tanpa pikir-pikir lagi.
"Iya udah deh, aku bayar dulu ya", kata Nina turun kembali dari mobil dan membayar ongkos taksi tersebut.
Nina kembali naik ke mobil. Marsel segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga terdengar suara berdecit dari ban mobilnya.
"Kak Marsel maaf ya semua gara-gara aku jadinya begini", sesal Nina.
Seandainya dia tak mampir ke minimarket tersebut, pasti semua ini tak akan pernah terjadi. Kini semua telah terjadi. Nina menyesal.
Nina kembali memandangi Jimmy yang meringis tanpa suara. Sepertinya sangat kesakitan.
"Kak Marsel cepetan dong", kata Nina cemas.
"Iya ini udah cepat", jawab Marsel menambah kecepatan laju kendaraannya.
Nina tambah cemas ketika melihat wajah Jimmy tambah pucat.
"Kak Jimmy ku mohon bertahanlah", kata Nina sambil memegang bahu Jimmy.
Tak ada jawaban dari Jimmy. Jimmy menahan sakit yang tak terhingga pada iganya. Dia tak begitu mendengarkan kata-kata Nina.
Tak lama mereka pun sampai di rumah sakit. Jimmy segera di bawa ke IGD untuk segera di adakan pemeriksaan general check up.
Betapa terkejutnya Nina dan Marsel ketika dokter mengatakan kalau iga Jimmy ada yang patah dan akan segera di adakan tindakan operasi secepatnya.
Marsel tak mau ambil pusing, dia langsung menyetujui ketika dokter bilang kalau Jimmy perlu tindakan operasi. Kalau tidak segera di lakukan operasi maka Jimmy akan tambah susah untuk bernafas.
Dokter segera melakukan tindakan operasi atas persetujuan Marsel. Marsel memberitahukan kepada orang tuanya Jimmy, kalau sahabatnya itu sekarang sedang berada di rumah sakit. Marsel sengaja tidak menceritakan kejadian sebenarnya di telepon. Biar orang tua Jimmy datang dulu ke rumah sakit.
Nina tambah merasa bersalah. Kalau tidak karena membelanya, Jimmy tak akan mengalami hal buruk ini. Nina mondar mandir. Hatinya sangat cemas. Berkali-kali Nina *******-***** tangannya sendiri penuh rasa takut. Takut kalau terjadi apa-apa terhadap Jimmy.
"Kalau kak Jimmy mati gimana?", bisik batin Nina dalam takutnya.
"Ya allah gimana ini, aku sangat takut", gumam Nina.
Sesekali Nina mengusap wajahnya. Telapak tangannya berkeringat. Menandakan Nina dalam keadaaan setres berat.
"Ini ambil", kata Marsel memberikan satu botol air mineral pada Nina.
Nina menerimanya. Nina hanya memegang air tersebut tanpa meminumnya. Hatinya gelisah, pikirannya kalut. Dalam hatinya terus berdoa untuk keselamatan Jimmy.
"Nin, aku lihat kamu mondar-mandir seperti itu aku jadi ikut cemas. Cobalah untuk tenang", kata Marsel mengingatkan Nina.
"Bagaimana aku bisa tenang kak, kak Jimmy begini gara-gara aku", kata Nina kecut.
"Ini cuma kecelakaan, pemuda itu ingin menendang sopir taksi itu tapi malang bagi Jimmy justru dia yang terkena", jelas Marsel.
"Iya kak tapi tetap saja penyebabnya adalah aku, coba kalau kalian tak datang melihatku, semua ini tak akan terjadi", kata Nina menyesali semuanya.
Marsel hanya menghela nafasnya. Dia bingung apa yang akan dia katakan kalau orang tua Jimmy nanti datang. Benar saja tak lama kemudian orang tua Jimmy datang.
"Mana Jimmy? apa yang telah terjadi padanya?", tanya mamanya Jimmy beruntun.
Marsel dan Nina saling tatap sebentar.
"Jak Jimmy...", Nina belum selesai bicara tapi sudah di potong oleh Marsel.
"Ini tante, tadi ada pemuda yang hampir menabrak kami, karena emosi Jimmy pun marah dan terjadilah perkelahian dengan pemuda tersebut. Jimmy patah tulang iga karena tendangan tersebut", jelas Marsel sedikit berbohong untuk menyelamatkan Nina.
Nina menatap tak mengerti pada Marsel. Marsel hanya mengedipkan matanya sedikit pada Nina. Memberi tanda pada Nina untuk tak memperpanjang masalah.
"Ini siapa?", tanya mama Jimmy ke Nina.
Nina baru saja mau menjawab tapi cepat di dahului oleh Marsel.
"Ini Nina tante, kebetulan sebelum kejadian dia ikut kami untuk pulang ke rumahnya, karena kebetulan tadi kami lewat tempat kerjanya dia, melihat dia menunggu taksi iya kami ajak saja sekalian", kata Marsel berbohong untuk kedua kalinya.
Nina mengeryitkan dahinya.
"Oohh, terus Jimmy di mana sekarang?", tanya mamanya Jimmy cemas.
"Masih di ruang operasi tan", kata Marsel.
Mamanya Jimmy terduduk lemas di kursi tunggu. Nina tak tahu harus berbuat apa.
Flashback**
Marsel dan Jimmy adalah temanan semenjak SMA. Jimmy merupakan anak orang terkenal di kotanya. Marsel sekarang bekerja di perusahaan orang tua Jimmy sebagai asisten Jimmy. Mereka sudah seperti saudara.
Nina merupakan adik kelas mereka dulunya. Nina di kenal karena pintar dan juga cantik. Tapi saat itu Jimmy tidak tertarik dengan Nina karena Nina orangnya pendiam dan bisa di bilang kuper.
Mama Jimmy orangnya sangat cerewet. Segala sesuatu kalau tidak sesuai dengan hatinya maka akan timbul keributan. Marsel sebagai sahabat Jimmy sangat mengenal watak mamanya Jimmy.
Flashback end**
Marsel yang sangat tidak ingin Nina jadi sasaran empuk mamanya Jimmy, terpaksa sedikit berbohong demi kebaikan bersama.
"Bagaimana keadaan Jimmy ma?", tanya papanya Jimmy yang baru datang. Nafasnya terengah-engah. Mungkin karena setengah berlari menuju di mana keberadaan Jimmy.
"Masih di ruang operasi pa", kata mamanya Jimmy yang tangisnya mulai meledak.
Tadi cuma di tahannya. Sekarang air mata itu tak bisa lagi di bendungnya. Mama Jimmy menangis meratapi nasib anaknya.
"Kita berdoa saja tante, semoga kak Jimmy tak kenapa-kenapa", kata Nina pada mamanya Jimmy.
Tenggorokan Nina rasa tercekat mengatakan itu. Nina tetap merasa bersalah atas kejadian ini
"Kamu siapa?", tanya papanya Jimmy penuh selidik.
Sebelum menjawab Nina memandang ke arah Marsel sebentar.
"Saya temannya kak Marsel dan kak Jimmy pak", jawab Nina sambil tersenyum tipis.
"Oh gitu", kata papanya Jimmy singkat.
Tak ada lagi pembicaraan. Semua diam. Suasana jadi hening. Sesekali terdengar isak tangis mamanya Jimmy memecah keheningan.
Nina duduk sambil matanya hanya sanggup memandangi ujung sepatunya saja. Rasa bersalahnya yang besar, ia bahkan tak sanggup memandang wajah kedua orang tua Jimmy.
Marsel duduk sambil memainkan kunci mobil yang ada dalam genggamannya. Dia juga bingung mau ngomong apa lagi. Jadi yang bisa dia lakukan sekarang hanya bisa diam.
.
.
.
.
Selamat membaca ya readers...
Jangan lupa beri like, vote dan komennya juga ya.
Mampir juga ke karyaku yang lain:
Masih Ada Pelangi (tamat).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Kaisar Tampan
kak aku udah mampir ni.
bantu dukung karyaku juga ia
simpanan brondong tampan
terima kasih
2022-07-10
0