THE CASE

THE CASE

MARIA DAN PARA MENTERI

-Kasus Tanpa Penyelesaian-

Banyak sekali orang yang mendatangi kediaman kami hari ini. Semua berbondong-bondong memberikan berkas perkara dan meminta kami membantu menyelesaikannya. Sebenarnya kediaman kami bukanlah kantor aparatur negara yang harusnya membantu mereka. Namun, akibat dari kasus yang telah berhasil Naren pecahkan tempo hari membuat kiprah kami menggegerkan seluruh Negeri.

"Ini semua kasus yang konyol, apakah sudah sebobrok ini penegak hukum kami sampai-sampai mereka mengurusi pencurian sapi selama berhari-hari sedangkan kasus korupsi mereka bahkan tak peduli," katanya sambil membalik berkas tentang pencurian anak sapi.

Memang mengejutkan, setelah kami berhasil menyelesaikan kasus berlian yang hilang, selalu saja berkas kehilangan hadir di atas meja kami. Ada seorang warga yang mengeluhkan anak sapinya telah hilang selama lima hari. Dalam berkas itu pemilik menyebutkan bahwa polisi bahkan datang setiap hari mengunjungi rumahnya, hanya sekedar memfoto tempat kejadian perkara atau mengobrol dan numpang ngopi.

"Mereka bahkan tidak menyadari bahwa dari foto mereka sendiri sudah cukup banyak bukti," keluh Naren sembari menatap foto pasak pengikat yang hilang dari tempat semestinya.

Naren menjajarkan semua foto yang ada dan pandangannya ia fokuskan pada salah satu foto di mana terdapat goresan jejak halus di tanah tempat anak sapi itu terakhir kali terlihat. Dengan beberapa ketikan Naren mencoba menghubungi seseorang.

"Pak Mar, apa polisi sudah memberikan berita terkait perkembangan pencarian?" tanya Naren yang sepertinya sedang menghubungi Maryanto pemilik anak sapi.

Naren terlihat menggaruk ujung kepalanya dan mengacak-acak rambut yg menutup dahinya. Aku tahu pasti dia sedang frustasi bila melakukan hal semacam ini. Mungkin lawan bicaranya di seberang memberikan jawaban tidak sesuai dengan yang ia harapkan.

"Sekarang coba anda susuri saja arah goresan tanah itu, ada baiknya jika areanya menuju padang rumput atau tepi sungai. Bila sudah ada perkembangan setelah ini segera hubungi kami." Naren menutup teleponnya.

Satu masalah selesai, Naren mengatakan bahwa sapi itu bukan dicuri melainkan melarikan diri. Naren berharap sapi kecil akan segera di temukan di samping area persawahan atau sungai. Jelas saja polisi tidak mendapatkan perkembangan, karena mereka hanya terfokus pada jejak terompah yang tertinggal di depan kandang. Namun hanya dengan melihat data si pemilik sapi saja, bisa dipastikan bahwa itu jejak kakinya sendiri.

*******

Naren membuka berkas berikutnya, sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang telah aku sediakan tadi. Orang memanggilku Farel tangan kanan Narendra, mereka tidak tahu bahwa Naren selalu bisa menyelesaikannya sendiri sedang diriku hanya berguna sebagai pengaduk kopi.

"Rel, kopi buatanmu hari ini sangat menggugah hati," pujinya seraya menyeruput kopi itu kembali.

Andai ia tahu kalau hanya aku yang bisa bertahan bersamanya di sini, beberapa asisten kami sebelumnya memutuskan untuk pergi. Mereka tidak tahan berdiam lama seorang diri saat menanti Naren memecahkan beragam teka-teki. Kalau bukan karena janji persahabatan kami mungkin aku juga memilih pergi alih-alih menemaninya memecahkan misteri.

"Rel, coba kemari dan lihat ini," serunya tiba-tiba sembari melambaikan tangan memintaku menghampiri.

Akhirnya, setelah tiga jam menanti ia membutuhkan bantuanku lagi. Aku sebenarnya sangat benci berdiam diri, namun sudah nasibku memiliki sahabat yang lebih sering tenggelam dalam dunianya sendiri.

'Maria Amanda' nama yang tertulis sebagai identitas pemilik berkas ini. Ia mengatakan bahwa saat ini tengah di bawah sebuah ancaman. Tidak banyak informasi yang dapat kami peroleh dari berkas ini, hanya data Maria Amanda sendiri serta alamat tinggal terbarunya saat ini. Namun, ada satu yang mengusik pikiran kami, aku yakin Naren pun memikirkan hal ini.

'Bila kalian tidak datang malam nanti maka aku akan mati.'

Permintaan macam apa ini, bagaimana bisa ketidakhadiran kami berkaitan dengan penyebab ia mati. Naren melirik meminta pendapatku, percuma saja ia pasti sudah memiliki keputusannya sendiri yang tidak akan bisa kuhalangi.

"Aku ikut kamu aja, Ren ... tidak ada salahnya kita berjalan-jalan malam ini," ucapku sembali berjalan kembali ke kursi malas di dekat mesin pembuat kopi.

"Nah, kau memang sahabat terbaikku, Rel."

*******

"Naren dan Farel ya?" tanya wanita muda di hadapan kami.

Seperti biasa Naren memberikan kartu namanya yang ia buat sengaja untuk mempromosikan diri. Setelah mengambil beberapa kudapan untuk kami Maria mulai memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Maria, saat ini saya dipercaya untuk menangani sebuah kasus dugaan korupsi di instansi kami. Sebenarnya semua berjalan sangat baik hingga satu persatu teman kami mendapatkan kecelakaan saat mencoba mencari bukti," ucapnya sembari menuangkan teh ke cangkir kami.

Naren memilih menikmati teh sembari mendengar penjelasan dari klien kami. Sesekali kupergoki ia tengah mencuri pandang kearah Maria. Ia sepertinya menyadari kejanggalan yang ada di sini.

"Baik, berarti tugas kami adalah memberikan informasi terkait kondisi rekan anda saat ini dan juga mencari cara agar Anda bisa masuk kesana dengan aman tanpa ada yang mengikuti? Lalu menyelidiki beberapa orang di dalam daftar ini?" tanya Naren memastikan apa yang Maria ingin kami lakukan.

"Iya benar, saya sangat mengkhawatirkan mereka namun saya juga tidak bisa mengambil resiko dengan keamanan saya sendiri," ucap Maria kembali memberikan alasan.

Setelah mengambil berkas untuk menunjang penyelidikan kami pamit pulang. Sepanjang perjalanan Naren hanya memandang fokus kedepan, sekali lagi meninggalkanku terdiam di sini.

"Rel," ucapnya

Aku memilih diam dan tidak menyahutnya, sesekali biar Naren merasakan kalau dianggap tidak ada itu tidak menyenangkan.

"Farel!" Rupanya Naren sudah habis kesabarannya.

"Apa? Kamu masih inget kalau aku ada di sini?" ucapku memberikan sindiran padanya.

"Iya, maaf ... maaf ... aku tidak bermaksud mendiamkanmu tadi. Jujur saja mengingat Maria membuatku sedikit lupa diri."

"Kenapa? Kamu menyadari dandanannya?" ucapku masih tanpa menatap ke arahnya.

Naren terdiam, dari sudut mata aku tahu ia kini menatap kearahku. Sepertinya ia terkejut karena aku mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Mungkin dia lupa bahwa sudah lebih dari lima tahun aku menghabiskan waktu menemani petualangannya. Bahkan mungkin aku juga tahu baju dalam warna apa yang saat ini ada di balik kemejanya.

"Kamu juga menyadarinya ternyata," ucapnya kembali fokus berkendara.

"Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya, seorang wanita yang tengah dilanda ketakutan akan kematian tapi berdandan seolah ia akan pergi ke pesta pernikahan." Aku mengingat kembali gaun brukat merah yang tadi Maria kenakan beserta dandanannya yang aku sangat yakin tidak cukup satu jam duduk di depan kaca.

"Aku lebih curiga pada Maria, sepertinya kita butuh lebih banyak info tentanya, Rel," ucap Naren

Tanpa menunggu instruksinya lagi jariku telah menari di papan tuts netbook milikku ini. Dengan kemampuan berselancar di alam maya yang aku miliki tidak butuh waktu lama sampai data lengkap Maria terpampang di layar mini. Mulai dari data diri hingga segala data keluargannya kini tertuang di dalam file yang kutemukan.

'Nama Ayah : Anthony Hari Atmaja'

Rupanya benar kecurigaan kami, Maria bukan orang biasa. Dia adalah cucu dari konglomerat terkaya nomor tiga di Indonesia sekaligus Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Hari Atmaja. Namun, untuk apa seorang cucu konglomerat bekerja di sebuah instansi kecil yang bahkan tidak bisa membiayai tagihan listrik di apartemennya tadi.

"Menarik bukan, Rel?"

Melihat senyum di wajah Naren justru membuatku bergidik ngeri. Terlebih lagi beberapa saat kemudian aku telah berdiri di depan brankas milik salah satu petinggi Negeri ini. Ya, Naren mengajakku mencari bukti dengan menyelinap ke rumah salah satu menteri, anehnya kami tidak tertangkap bahkan terdeteksi. Suasana baik-baik saja esok harinya tanpa mereka sadari Naren berhasil mengambil surat penting yang berkaitan dengan sebuah kasus dugaan korupsi. Surat inilah yang akan menjebloskan semua oknum itu ke dalam penjara.

*******

Terpopuler

Comments

Putu Mayang

Putu Mayang

Waw, aku ngakak baca pembukaan ceritanya.

2020-09-29

0

альфа

альфа

wow keren 😍😍😍

2020-08-30

0

Hyuga Hinataa

Hyuga Hinataa

Akhirnya novel yang ditunggu tunggu CINTA DALAM MUNAJAT rilis juga silahkan baca

2020-08-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!