-Rahasianya Ada Pada Kita-
Malam ini kami mendengarkan semua hasil penyelidikan Maria dan Sonia. Memang ada beberapa fakta yang telah aku dan Naren ketahui sebelumnya. Sayangnya mereka sendiri dalam kondisi yang belum dapat memberikan bukti. Meskipun begitu, bila mengingat data yang telah kami temukan tadi pagi, bisa saja benar yang Sonia dan timnya khawatirkan.
"Semua sudah sangat mengakar begitu dalam, akan terjadi perombakan besar bila memang kecurigaan kami terbukti," ucap Sonia menutup penjelasannya.
"Jujur saja saya berharap bisa mempercayai kalian berdua, tapi saya sendiri sudah terlalu letih dengan sandiwara ini," ucap Naren menatap lekat ke arah dua Wanita di hadapannya.
Maria dan Sonia berpandangan, ada yang sepertinya mereka pertimbangkan. Sebenarnya aku yakin Naren sudah sedikit mempercayai mereka sejak ia merubah posisi duduknya dengan bersandar ke sofa. Aku mengenal jelas sahabatku ini, pantang baginya untuk tidak waspada pada setiap klien yang kami temui. Tapi, bila ia sudah menaruh rasa percaya maka ia akan bersikap rileks seperti saat ini. Mungkin pura-pura tidak percaya adalah cara untuknya meminta penjelasan lebih mendalam lagi.
"Kami tidak menyalahkan bila kalian berdua tidak percaya, wajar saja oknum dalam instansi kami pun beberapa kali terbukti dapat dibeli. Mungkin rakyat pun banyak yang akan berpikiran bahwa kami tidak serius dalam hal ini. Namun, percayalah mereka hanyalah oknum dan banyak dari rekan kami yang memang mendedikasikan diri mereka untuk kebaikan Negeri ini." Maria menjelaskan pendapatnya dengan berapi-api.
"Sudahlah, Maria ... aku yakin bukan penjelasan semacam itu yang mereka minta." Rupanya Sonia lebih menangkap apa yang ingin kami ketahui.
"Orang-orang yang Maria minta untuk kalian awasi itu adalah bagian dari tim ini. Mereka semua mendapatkan kecelakaan sewaktu akan menyelidiki kediaman Hari Atmadja. Salah satu informan kami di sana mengatakan bahwa sebuah berkas telah datang ke kediaman Atmadja. Berkas itu adalah kunci penting dalam pemecahan kasus kami nantinya. Namun di saat akan meluncur ke sana, mereka mendapatkan kecelakaan itu." Sonia menjelaskan kondisi sebenarnya.
"Kami diberitahu esok paginya bila Nouval dan Andrea mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil mereka. Kami sudah melaporkannya ke pihak berwenang, namun dengan alasan tidak memiliki cukup saksi dan bukti kasus ini terhenti dengan dugaan itu hanya tabrak lari atau dendam pribadi. Penyelidikan hanya dikembangkan pada orang-orang yang berurusan dengan mereka selama ini. Namun, kami sangat yakin, bahwa ini semua berhubungan dengan kasus yang saat ini sedang kami tangani." Maria mulai menunjukkan emosinya.
Aku dan Naren sangat sependapat dengan kecurigaan Maria. Karena kami merasa pelaku penyerangan dari dua rekannya adalah orang yang sama yang melakukan percobaan pembunuhan pada Hari Atmadja. Kami tahu jelas orang itu bukan Anita, melihat bagaimana ia memilih titik buta pada kecelakaan itu dan luka tusukan yang Hari Atmadja derita kami bisa menyimpulkan bahwa pelaku adalah orang yang sangat berpengalaman di bidangnya. Sedangkan Anita, wanita yang bahkan gemetar dihadapan kami berdua jelas tidak mungkin bisa melakukannya.
"Tolong ambilkan berkas-berkas yang kita temukan, Maria," ucap Sonia pada Maria.
Maria memberikan berkas setebal dua centi yang ketika diperiksa mirip dengan yang kami curi di kediaman Hari Atmadja tempo hari. Ia mengatakan bahwa berkas yang mereka kejar di kediaman Atmadja adalah bagian yang nantinya akan melengkapi berkas ini. Aku memandang deretan foto orang-orang berdasi yang terpampang dalam berkas di hadapan kami. Wajah mereka membuatku mengingat peristiwa tadi pagi.
(Flashback)
"Rel, coba amati kode di belakang berkas ini. Apakah ada yang bisa kamu temukan di sana?" ucap Naren sembari memberiku berkas yang telah ia tandai.
NAMA/KODE
Perusahaan A/125KDN#1
Perusahaan B/455KK#1
Yayasan C/275KSN#1
Yayasan D/305KPAN#1
dst
"Fokus pada angka yang ada di situ, Rel," ucap Naren padaku.
"Jumlah angka yang ada di kode perusahaan sebanding dengan jumlah angka dari kode yayasan, Ren?" tanyaku pada Naren sembari mengamati 137 daftar yang ada di hadapanku ini.
Aku bisa melihat bahwa Naren sedang memikirkan sesuatu. Sejauh ini penyelidikan kami memang tidak semakin mengerucut seperti seharusnya. Namun justru menggapai lingkup yang lebih luas lagi. Entah apakah kami yang telah salah dalam memahami, atau memang misteri ini sebenarnya lebih besar lagi.
"Pertanda buruk, Rel."
"Kelihatannya memang begitu," jawabku tidak bertenaga.
"Dirimu lihat kode huruf yang mengikutinya, Rel? Coba perhatikan dan katakan apa yang kau pikirkan."
"Ya, sepertinya ada yang aneh, Ren."
"Nah, coba carilah apa yang mungkin dari maksud kode huruf dan angka itu, Rel. Aku yakin dirimu akan terkejut setelah mendapatkan pemikiran yang sangat gila."
Satu yang seketika langsung aku pahami, adalah dari 137 daftar yang ada dalam berkas ini, kode hurufnya hanya terbagi menjadi 9 jenis :
KDN
KA
KESDM
KHAM
KK
KKU
KDIK
KSN
KPAN
"Bila dirimu masih tidak mengerti, lihat juga data yang kita temukan tentang yayasan dan perusahaan itu tadi."
Perusahaan A 125KDN#1 Pemenang tender ID masyarakat dari Kementerian Dalam Negeri.
Perusahaan B 455KK#1 Jasa pengiriman supply obat Kementerian Kesehatan.
Yayasan A 275KSN#1 Tempat rehabilitasi mantan narapidana yang mendapatkan grasi, amnesti dan abolisi di bawah naungan Kementerian Sekretariat Negara.
Yayasan B 305KPAN#1 Yayasan yang memiliki anggota para mantan pegawai negeri di bawah naungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara.
dst.
Aku menatap takjub semua data ini, berulangkali coba kubaca dan mengerti, memasangkan satu persatu teka-teki ini. Namun, pikiran gilaku ini terus saja menghantui. Apakah mungkin ada hal gila semacam ini? Aku memang pernah mendengar desas-desus tentang kegilaan semacam ini, namun setelah beberapa konfirmasi, publik meyakini bahwa itu hanyalah sebuah opini para pembenci.
"Hal gila apa yang dapat kau pikirkan sekarang, Sahabatku?"
(Flashback end)
"Namun, ada yang aneh di sini, kami sudah menggunakan semua koneksi yang kami miliki untuk mencari tahu tentang berkas itu, tapi nihil semua petugas penyelidikan yang kami kenal tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaan berkas itu. Seolah berkas penting itu telah hilang diambil hantu."
Naren memandangku, kami tahu pasti siapa hantu yang telah menyembunyikan berkas penting itu. Namun, ia menggelengkan kepalanya memberiku kode agar tidak mengatakan bahwa kami yang mengambil berkasnya.
"Apakah mungkin pembunuh itu berhasil menemukannya lebih dulu?" tanya Naren bersandiwara.
"Tidak, itu tidak mungkin ... " ucapan Maria terhenti saat Sonia menatap ke arahnya.
Seketika Naren memahami bahwa mungkin saat ini mereka berdua tidak dapat mengatakan alasannya.
"Kasus ini membuatku penasaran," kata Naren.
"Setelah beberapa petunjuk kita temukan, masalah penyerangan rekan kalian dan percobaan pembunuhan Hari Atmadja tidak semakin jelas, namun seolah menggiring kita ke sesuatu yang lebih dalam lagi."
Kasus ini memang semakin bias bagi kami, di sisi lain justru menemukan petunjuk yang saling berkaitan. Namun, semua petunjuk ini tidak mengarahkan pada pelaku kejahatan yang di cari, justru mengarahkan ke masalah yang selalu berusaha kami hindari selama ini, korupsi. Dimulai dengan berkas yang kami temukan di rumah Hari Atmadja tempo hari, sampai hasil penyelidikan Maria dan rekannya malam ini membuat kami yakin bahwa memang ada yang salah di sini.
Kemungkinan akan hal gila itu kini mulai terbayang dalam hayalan kami. Naren menatap ke luar jendela dengan pandangan menerawang angkasa. Maria dan Sonia memilih duduk menunduk, mungkin mereka tidak berani membayangkan imajinasi gila yang kini terpampang nyata.
"Apakah dirimu ingat kesimpulan gila kita tadi pagi, Rel?" Naren bertanya padaku tanpa membalikkan badannya.
Beberapa kali rasanya kami ingin menolak pemikiran gila itu. Perhatian selalu coba kami alihkan pada kemungkinan-kemungkinan lain meskipun itu sangat kecil. Naren bahkan masih mempertimbangkan bahwa dia telah salah dalam menyimpulkan hal ini. Namun, berkas tandingan yang Maria berikan membuat kami menyadari satu hal, bahwa sepertinya benar bila orang-orang berdasi ini telah menyeret Negeri menuju jurang kehancuran. Lalu, pelaku yang kami cari dari kasus rekan Maria dan juga Hari Atmadja pasti hanya akan dapat kami temui bila kami memecahkan misteri pelik ini. Perjalanan yang masih panjang dan sepertinya akan banyak penghalang di depan. Sebenarnya bukan hal yang aneh bila setiap menerima kasus kami selalu menghindari masalah korupsi, tidak lain karena aparat Negeri ini sendiri masih enggan menerima fakta yang telah susah payah kami temui. Itulah yang membuat Naren selama ini menolak membantu kasus seperti ini.
"Apakah ini tandanya penyelidikan kalian mengarah ke jawaban yang sama?" tanya Sonia saat melihat ekspresi kami berdua.
"Mungkin saat ini kita berada dalam kereta yang sama, Nyonya. Tapi kemungkinan-kemungkinan lain itu masih ada. Pantang bagi kami untuk mengucapkan pasti sebelum bukti itu terpenuhi."
"Baik, misalkan begitu apakah kami dapat melanjutkan kembali cerita kami?" tanya Sonia.
Naren kambali ke kursinya lagi, ia sempatkan menyeruput kopi yang telah dingin. Seperti biasa ia dekapkan tangannya dan memberi kode pada mereka untuk memulai kembali ceritanya. Sonia mengangguk pada Maria tanda memberikan persetujuan pada apa yang kemudian akan ia sampaikan.
"Kantor kami diacak-acak orang ..."
"Ada pihak yang mencari berkas milik Hari Atmadja itu?"
Maria menganggukkan kepala tanda membenarkan dugaan Naren.
Naren terdiam sejenak, sepertinya ia merasakan firasat yang buruk. Ia kemudian menanyakan pada Maria apakah ada hal lain yang hilang dari kantornya?
Sonia dan Maria menggeleng, tidak ada berkas atau barang apapun yang hilang dari kantor mereka. Tampaknya tamu tidak di undang itu hanya mencari benda yang sebenarnya tidak mereka punya.
"Apakah di kantormu terpasang kamera cctv?"
Sonia menggeleng.
Wanita berkucir kuda itu mengatakan bahwa beberapa hari sebelum kejadian cctv di kantor mereka mengalami masalah. Lalu, karena kasus yang menimpa dua rekan mereka sebelumnya cctv itu belum sempat di perbaiki lagi. Seluruh staff sedang berfokus pada tugas dan keamanan mereka masing-masing sehingga lupa bila belum melaporkan kerusakan cctv.
Naren tampak memikirkan sesuatu, jemarinya kembali menari di dahi.
"Apakah ada orang di kantor kalian yang mengetahui apartemen ini?" tanyanya sembari berjalan ke arah jendela.
"Tentu, hampir semua staff mengetahui apartemen ini karena sering kami gunakan untuk pertemuan-pertemuan penting di luar jam kerja kami."
Mendengar ucapan Sonia seketika Naren menutup semua korden jendela. Ia memberikan kode padaku untuk memeriksa seluruh ruangan ini. Sedangkan Sonia dan Maria hanya terdiam menyaksikan semua yang kami lakukan dengan pandangan penuh tanya.
"Tidak ada, Ren" ucapku setelah memeriksa seluruh ruangan.
"Nona-nona, sekarang juga kita harus berpindah ke tempat yang lebih aman," ucap Naren pada kami yang langsung mendapatkan tatap tajam dari dua wanita di hadapannya.
Maria dan Sonia menanyakan apa yang Naren katakan, dan apa yang dia maksud untuk berpindah ke lokasi yang lebih aman?
Bagi kami yang sudah sering berurusan dengan para kriminal tentu penjelasan Maria dan Sonia terkait peristiwa di kantornya tadi sudah cukup menjadi alasan kekhawatiran. Bagaimana seseorang bisa tahu pasti bahwa ia sama sekali tidak akan terdeteksi saat mengacak-acak ruangan penting di sebuah instansi. Sebuah instansi kecil sekalipun pasti memiliki sistem keamanan selain cctv, baik itu dengan ID maupun detektor sidik jari. Sedangkan penyusup itu ia tidak hanya bisa mengetahui bahwa situasi aman untuknya karena rusaknya cctv, tapi juga ia bisa dengan mudah masuk ke kantor yang menggunakan sistem keamanan berbasis ID.
"Maksudmu ada pengkhianat di antara staff kami?" Sonia tidak percaya dengan apa yang Naren sampaikan, sedang Maria terlihat bingung dengan apa yang sesungguhnya terjadi.
"Bila dugaanku benar, hanya staff kalian yang mengetahui Nouval dan Andrea pergi untuk menyelidiki kediaman Atmadja, bukan?"
Maria membulatkan matanya, lagi-lagi ia terkejut dengan perkataan pria dihadapannya.
"Bagaimana Anda tahu? Memang sebelumnya aku yang seharusnya menyusup ke tempat kakek, namun sesaat sebelum aku kesana Bu Sonia memutuskan untuk meminta Nouval dan Andrea yang pergi."
Sonia menganggukkan kepala membenarkan perkataan Maria.
"Maka seharusnya kita segera pergi dari sini. Bila memang berkas yang ia cari di kediaman Atmadja tidak ia temukan di mana-mana, Maria lah yang akan menjadi sasaran pertama. Hubungan kekerabatannya dengan Hari Atmadja serta kiprahnya dalam penyelidikan ini tentu membuat dirinya menjadi sasaran utama. Terlebih bila penjahat ini tahu bahwa Maria tinggal sendiri di apartemen yang nyaris sepi penghuni ini."
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Kim Miso
lanjuttt thorr
2020-04-08
1