CARA UNTUK HIDUP

-Pilihan Untuk Bertahan Hidup-

Aku merasa gila bila mengingat apa yang telah terjadi semalam. Bagaimana bisa secara sadar aku mengikuti Naren menyusup ke rumah seorang menteri. Di saat jantungku masih berlarian seperti ini dengan seenaknya Naren menyunggingkan senyum puas sembari melajukan kendaraan kami.

*******

"Gimana, Rel?"

"Aku tidak tahu lagi apa yang ada dalam pikiranmu, Ren. Bagaimana bisa kita mencuri semua ini?" keluhku sembari melemparkan berkas ke meja Naren.

[tok ... tok ... tok ...]

"Lihat, bahkan sudah ada yang berhasil mengikuti kita sampai sini." Aku berteriak kesetanan merasa kami telah ketahuan.

Naren mendekat ke tepi jendela, jari telunjuk ia arahkan ke depan bibirnya. Aku mengikuti gerakan yang sama, mendekat ke arah jendela dan mencoba melihat sosok wanita muda yang berdiri di depan sana. Naren memberikan kode untuk membereskan semua berkas yang ada di meja. Ia meraih jas hitam terbaiknya lalu mengajakku menemui wanita itu.

[Brak ...]

"Cepat tutup pintu itu!" teriak wanita muda yang baru saja berlari menabrak pintu kami.

Aku dan Naren berpandangan, ia mengangguk tanda memintaku melakukan apa yang wanita muda itu inginkan. Setelah pintu kami tutup wanita itu berlarian kesana-kemari memastikan semua jendela telah terkunci. Apa sebenarnya mau wanita ini? Saat aku ingin menghardiknya Naren mengentikanku dengan lengannya.

"Jadi, adakah penjelasan dari semua ini nona? Tentu saja bukan penjelasan tentang pekerjaanmu sebagai pramuniaga dan juga gaji bulananmu yang tertunda."

Aku sudah biasa melihat cara Naren mengamati lawan bicaranya. Dengan sekali pandang bisa dilihat nama perusahaan yang memperkerjakan wanita ini tertera dalam name tagnya. Selain itu bagi pramuniaga sepertinya sangat wajib menjaga penampilan prima. Hanya saja saat ini hasil catokan rambutnya tampak kemerahan dan tidak lagi tertata. Bisa disimpulkan biaya perawatan bulanannya belum ia terima sedangkan ini sudah memasuki minggu kedua.

Wanita muda itu tampak takjub mendengar semua yang Naren ucapkan. Mungkin ia akan berpikir sama seperti klien kami yang lain bahwa Naren adalah dewanya analisa. Entah siapa orang bodoh pertama yang meberikan julukan itu padanya.

"Baik, sepertinya saya datang ke orang yang tepat. Tapi sebelum itu, saya mohon sembunyikan saya di tempat terbaik yang kalian punya. Setelah orang yang mengikuti saya pergi akan saya jelaskan semua."

[tok ... tok ... tok ...]

Benar saja, seorang pria yang kami kenal telah berdiri di depan sana. Naren memutar matanya, dia mengatakan pada wanita muda itu bahwa tidak akan ada yang bisa bersembunyi dari pria di depan sana. Wanita muda itu menampakkan raut wajah kecewa, Naren hanya bisa menjanjikan bahwa kami akan meminta waktu untuk mendengarkan ceritanya.

"Halo Pak Pramono, lama sekali kita tidak berjumpa," ucap Naren menyapa pria paruh baya dihadapan kami.

"Entah kenapa aku lebih memilih tidak berjumpa dengan kalian berdua selamanya, karena terakhir kali kita berjumpa adalah saat di mana pembunuhan berantai terjadi di kota," ucap Pak Pramono sembari mengedarkan pandangannya.

"Hahaha, jadi anda merasa hubungan kita hanya terikat dengan bau amis darah, begitu kah?" Tawa Naren menggema keseluruh rumah.

"Tidak untuk kali ini anak muda, sepertinya ada gadis cantik yang akan hadir di antara kita," ucapnya sembari menatap tajam pada wanita yang bersusah payah menyembunyikan dirinya di gorden jendela.

Wanita bodoh, sudah kami katakan kalau percuma saja bersembunyi darinya. Hidung pria ini bahkan bisa mencium aroma darah dari jarak tujuh kilometer jauhnya. Sangat bodoh bersembunyi dengan tetap membiarkan aroma parfumnya menyebar di seluruh ruangan ini.

"Karena dia sudah datang ke rumah kami, maka otomatis wanita ini klien kami." Naren berusaha menunjukkan posisinya.

"Apa kalian tidak melihat berita pagi ini? Wanita itu adalah milik kami dan harus di bawa untuk penyelidikan saat ini juga." Pak Pramono mencoba membuktikan otoritasnya.

Bagaimana kami bisa tahu berita pagi ini, bila baru saja kembali dari mencuri. Sampai saat ini aku masih menyesali perbuatan kami tadi malam. Dengan langkah gontai aku menuju meja dan menyalakan peralatan komputer milik Naren. Ketika jaringan telah tersambungkan sebuah headline berita terpampang jelas dengan pilihan warna font merah.

'Percobaan Pembunuhan Pada Hari Atmadja'

Seketika aku menoleh pada Naren, Ia menatap fokus pada layar di hadapannya. Beberapa saat kemudian tawanya kembali menggema keseluruh ruangan. Bagaimana bisa di saat seperti ini ia masih tertawa seperti orang gila.

"Menarik, ini menarik Pak Pramono," ucap Naren ada pria paruh baya dihadapannya.

Pak Pramono dan wanita itu hanya menatap Naren penuh tanya. Apa yang menurutnya menarik dengan berita seseorang yang mengalami tusukan di perutnya. Dan lagi tersangkanya adalah seorang wanita yang kami yakin mendorong tubuh korbannya saja tidak bisa. Mereka tidak tahu bahwa beberapa saat sebelum kejadian itu aku dan Naren ada di sana. Tepatnya di seberang ruang Hari Admadja nyaris meregang nyawa.

"Apa yang membuat kasus ini menarik, Ren?" Pak Pramono menunjukkan rasa penasarannya.

"Jadi, wanita ini maksud saya, Mbak Anita yang menjadi tersangka dari percobaan pembunuhan itu?" tanya Naren masih sembari menahan tawa.

Yang benar saja, seorang Pak Pramono yang kami kenal bisa mempercayai skenario picisan semacam ini. Dengan sekali gampar saja aku sangat yakin Anita akan terlempar jauh dari Hari Admadja. Bagaimana mungkin kami percaya bahwa dia pelakunya. Dan, bagaimana bisa Hari Atmadja sendiri yang memberikan kesaksiannya. Apa dia tidak sadar bahwa secara otomatis dia memproklamirkan diri sebagai pria terlemah abad ini. Serta, hanya dengan sekali teriakan pasti ajudan Hari Atmadja bisa langsung meringkusnya. Tapi ini, Anita bisa selamat bahkan sampai berlari sangat jauh sampai kediaman kami.

"Baik, begini saja ... bagaimana kalau kita biarkan Anita memberikan cerita menurut versinya?" tawar Naren pada pria dihadapannya.

"Aku yakin, Anda pun juga belum memoercayaianya kan?" imbuhku meyakinakan Pak Pramono.

"Baik, mari kita dengarkan dan lihat apa yang bisa kita temukan." Dengan suara lantang ia menyetujui usul kami, seolah-olah kalimat itu yang sedari tadi ia nanti.

Anita kami minta mempercepat ceritanya, karena sebentar lagi anak buah Pak Pramono akan merasa ada yang tidak beres dan menghambur kemari.

"Jujur saja saya tidak mengenal Hari Atmadja sebelumnya, ya maksud saya tentu saja mengenalnya sebagai menteri namun tidak secara pribadi. Semua bermula saat ia mengunjungi stand pameran kami. Sebelum pergi ia memberikanku surat ini secara diam-diam," ucapnya seraya mengeluarkan surat dari jaket yang ia kenakan.

'Datang ke alamat ini, akan kuberikan semua yang engkau inginkan'

(Hari Atmadja)

"Saya hanya wanita biasa yang membutuhkan uang untuk menyambung masa depan. Tentu saja tanpa ragu aku menerimanya, apalagi bukan hal biasa bagi kami menerima tawaran semacam itu." Tanpa malu sedikitpun ia menjelaskan seolah biasa para politisi itu memesan tubuh mereka.

"Ta-tapi bukan saya yang mencoba membunuhnya. Saat pulang ia masih baik-baik saja, bahkan ajudannya sendiri yang mengantarkanku keluar melalui pintu belakang, demi keamanan dalihnya. Namun, di saat berita ini mulai tersebar saya mencoba mendatangi rumah sakit tempatnya di rawat, sungguh mengejutkan saat mendengar kabar ajudannya meninggal di tempat saat melawan pembunuh gelap itu." Tubuhnya mulai gemetar, sepertinya ia sadar satu-satunya harapan telah hilang.

"Menarik, lebih menarik," ucap Naren sembari memainkan penanya.

"Sungguh bukan saya yang mencoba membunuhnya, saya sendiri tidak mengerti kenapa ia menuduh saya." Kini ia mulai menangis meratapi nasibnya.

Pak Pramono dan Naren menerawang menatap atap. Bagaimanapun juga kami tidak bisa mencegah saat telah di tunjukan surat berita penangkapan. Saat ini Anita harus mengikuti proses hukum yang sudah ada.

*******

Terpopuler

Comments

L I N

L I N

Susah untuk nyari cerita yang bagus dan serius di platform ini, yang plot cerita dan tulisannya bagus + rapi. Tapi akhirnya aku menemukan satu, yakni cerita ini. Good job, Author 👍 Semangat terus nulisnya 👀

2020-09-09

4

ini_aku

ini_aku

keren💜

2020-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!