-Muara Semua Tanya-
Setelah anak buah Pak Pramono membawa pergi Anita kami bertiga tenggelam dalam danau analisa. Naren seperti biasa duduk di atas kursi, sembari mengetuk dahi dengan jemarinya. Pak Pramono menatap jendela besar di ruangan ini dan sedari tadi entah pandangan ia layangkan kemana. Aku? jangan ditanya, seperti biasa ada di pojok ruang mengaduk kopi sembari menatap mereka berdua.
"Silahkan kopinya," ucapku kepada Pak Pramono sembari menyerahkan secangkir kopi.
"Seperti biasa, Rel ... kopi buatanmu ini dapat menggugah inspirasi," Aku tersenyum jengah mendengar pujian Naren yang sudah basi.
"Bagaimana menurutmu, Ren?" Pak Pramono akhirnya membuka suara.
"Seorang pria yang sengaja mengundang macan betina ke sarangnya, namun di saat yang sama rupanya ada serigala yang telah mengintainya. Identitas serigala sepertinya membuat dia berpikir lebih baik mengorbankan sang macan betina," ucap Naren masih sembari duduk dan mengetuk kepalanya dengan jari.
"Jadi, siapa menurutmu serigala itu?" tanya Pak Pramono lagi.
"Entahlah, bisa jadi orang yang sangat dikenalnya."
Kami bertiga mulai memikirkan beberapa kemungkinan yang ada. Naren melangkah ke arah jendela, ia menatap keluar tanpa mengedipkan mata. Selama beberapa saat kami terdiam dan tenggelam dalam pemikiran masing-masing. Tiba-tiba Naren membalikkan tubuhnya menghandap ke arah Pak Pramono.
"Bolehkah kami berkunjung ke tempat kejadian perkara, Pak?" tanyanya.
*******
Setelah mengurus beberapa perijinan akhirnya kami diperbolehkan masuk tempat kejadian perkara. Terasa aneh saat kedua kalinya memasuki rumah ini dan tidak ada satu orang pun yang menyadari bahwa semalam kami berdua menyelinap kemari. Awalnya kami pikir Pak Pramono akan mengantarkan ke kamar Hari Atmadja, namun ia justru mengarahkan kami ke ruang kerja yang terletak di seberang kamarnya. Ruangan yang sama yang kami masuki semalam.
"Ada yang ingin aku perlihatkan pada kalian," ucap Pak Pramono.
Aku dan Naren saling berpandangan, jangan-jangan ada jejak yang tanpa sengaja kami tinggalkan. Aku segera memeriksa kancing bajuku, begitu juga Naren. Tidak ada yang hilang, lalu apa yang ingin Pak Pramono tunjukan?
"Apa-apaan ini?" teriakku saat memasuki ruangan itu.
Bagaimana mungkin ruangan yang kami tinggalkan dalam kondisi rapi semalam kini hancur begini. Beberapa buku yang ada di rak berjatuhan, ditambah lagi semua barang di meja berserakan. Naren menarik lengan bajuku, ia mengedipkan mata dan memberi kode untuk membuka ponselku.
[Berkas itu, Rel]
Aku langsung mengerti dengan apa yang Naren pikirkan. Siapapun orang yang menghancurkan ruangan ini, pasti ia mengincar berkas yang telah kami curi. Sayangnya aku dan Naren sama sekali belum sempat memastikan isi dari berkas yang kami curi semalam.
[Hubungi Maria, SEKARANG!]
Aku bergegas meninggalkan Naren dan Pak Pramono, dengan maksud mengambil catatan yang ketinggalan di mobil kami. Tentu saja itu hanya alasan, aku keluar untuk menghubungi klien kami Maria, cucu sang konglomerat yang terancam nyawanya. Naren memintaku bertanya pada Maria, barangkali ada yang ia ketahui dari percobaan pembunuhan kakeknya.
"Selamat siang, Maria ... saya Farel yang beberapa waktu lalu menemui, Anda."
"Oh, iya, Farel rekan Narendra ya? Bagaimana apakah ada perkembangan?"
Cucu macam apa yang sempat-sempatnya menanyakan perkembangan di saat kakeknya sedang bertaruh nyawa.
"Seharusnya kami yang bertanya, di mana Anda saat ini? Apakah anda tahu bahwa Pak Hari Atmadja mengalami penyerangan?"
"A-a-apa? Ka-ka-kakek diserang? Lalu bagaimana dengan berkas itu?"
"Berkas? berkas apa yang Anda maksud?"
"Oh, ma-maaf ti-tidak ada berkas apa-apa, saya hanya sedang terkejut saat ini, nanti akan saya hubungi lagi."
Aku menyimpulkan bahwa Maria tidak memiliki info apapun terkait kasus ini, kecuali satu hal yang ia sebut berkas tadi.
"Berkas? Berkas apa lagi yang dia bicarakan?"
"Entahlah, hanya pikiranku saja atau dia memang membahas berkas yang telah kita curi tadi malam," ucapku pada Naren.
"Tapi bahkan kita belum memberitahu dia tentang berkas itu, sebenarnya apa yang terjadi di sini?" ucap Naren sembari mengacak-acak rambut yang menutupi dahinya, aku yakin ia frustasi.
Tidak ada info penting yang bisa kami dapatkan dari tempat kejadian, selain fakta bahwa mungkin ada pihak lain yang saat ini tengah mencari berkas yang kami bawa. Namun, siapa mereka dan ada hubungan apa dengan Maria?
Setelah mendapatkan kabar kalau Hari Atmadja belum bisa memberikan keterangan, Naren memutuskan kembali ke rumah dan sekaligus berniat memastikan sebenarnya berkas macam apa yang kami temukan tadi malam. Pak Pramono tentu tidak keberatan kami pulang, bahkan dia berjanji akan mengunjungi kami esok pagi untuk mendiskusikan temuan-temuan di tempat kejadian serta berdiskusi terkait kasus ini.
"Rel, coba kita perdalam lagi hubungan antara Anita dan Hari Atmadja, aku yakin hubungan mereka tidak sesingkat yang Anita katakan. Bahkan bila mungkin kaitkan juga dengan ajudan yang tewas itu serta Maria," ucapnya sembari membaca semua berkas yang ia hamparkan di meja.
"Maksudmu ada kaitan antara Anita dan Maria juga?"
"Itu baru praduga sementara, Rel. Segera bekerja, akan lebih baik kita segera mendapatkan benang merah dari aroma darah ini. Kalau tidak lelaki tua itu tidak akan berhenti mengejar kita."
"Pak Pramono maksudmu?"
"Siapa lagi, Rel. Lebih baik kita tidak terlalu dekat dengannya, sekedar berjaga-jaga."
Kami berdua mulai larut dalam kesibukan masing-masing. Naren dengan berkasnya dan aku dengan laptopku.
"Ren, coba kemarilah," ucapku pada Naren.
Saat ia datang kutunjukkan beberapa hasil rekaman cctv yang berhasil aku dapatkan. Dari salah satu rekamannya dapat dipastikan bahwa wanita bergaun merah itu adalah Maria. Ia mendatangi booth pameran yang Anita jaga sesaat sebelum kakeknya ke sana. Sebelum ia pergi Maria terlihat memberikan sesuatu pada Anita, sepertinya bukan bayaran untuk salah satu produknya, karena ia pulang tanpa membawa apa-apa.
"Menarik, semakin menarik," ucap Naren sembari membuka video rekaman selanjutnya.
Dalam rekaman kedua dapat kami pastikan bahwa Maria mengunjungi Anita tepat sebelum ia menemui kami di apartemennya. Karena dari dandanan dan pakaiannya yang terekam jelas di lahan parkir itu persis seperti saat ia menemui kami.
Naren terdiam sembari mengetukan jari ke dahinya, sepertinya ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Ia bergegas kembali ke mejanya, mengambil beberapa berkas yang telah ia bubuhi dengan coretan di sana-sini.
"Rel, coba pastikan nama-nama stand dalam pameran nasional itu dan apakah ada yang sama dengan daftar perusahaan dan yayasan yang aku tandai di berkas ini," ucap Naren sembari memberiku salinan berkas yang kami curi dari kediaman Hari Atmadja.
Tidak perlu lama dengan kemampuanku untuk memperoleh semua data yang Naren minta. Hasilnya hampir semua bagian yang ia tandai sesuai dengan nama perusahaan dan yayasan yang ada dalam pameran itu. Tentu saja salah satunya adalah perusahaan tempat Anita bekerja. Setelah kami teliti lebih lanjut semua cctv, Hari Atmadja hanya mengunjungi stand-stand dari perusahaan dan yayasan yang terlampir di berkas ini.
"Pertama hubungan antara mereka dan sekarang fakta tentang pameran ini. Bagaimana kalau sekarang kita cari semua data yang berkaitan dengan latar belakang perusahaan dan yayasan ini, Rel?"
"Aku setuju denganmu, sepertinya ada rahasia besar di sini. Tapi apakah tidak apa-apa kita menyelidiki di luar permintaan Maria?"
"Paling tidak bukan hanya kita yang bermain di sini, Maria sepertinya juga menyembunyikan sesuatu dari kita. Jadi anggap saja ini adalah data penunjang penyelidikan yang berkaitan dengan kasusnya."
Beberapa menit berlalu aku dan Naren masih fokus di hadapan layar masing-masing. Setelah merasa cukup dengan apa yang kudapatkan aku berjalan menuju sudut ruang, mengambil beberapa berkas yang sudah aku cetak tadi.
"Rel, ambilkan milikku juga, ini sudah mau selesai."
Baik, kini kami telah mempunyai data hubungan antara mereka dan juga beberapa berkas yang pasti ada hubungan dengan kasus ini. Aku sangat percaya diri bahwa sebelum Pak Pramono datang besok pagi kami sudah bisa menemukan garis merah yang beraroma darah ini.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Sasaaaa_~
Lanjut kakkk,
Ceritanya bagus banget, aku udah baca + boom like + coment + rate bintang 5. Tetep semangat ya nulisnya ^^
Jangan lupa baca juga cerita aku judulnya 'BUTTERFLY EFFECT' yaaa
2020-04-06
4
Ilwa Iradian, D.R
semangat
2020-04-06
1
AdMD
Baguss kak, lanjut terus!
Kalo kakak suka FANTASI, mampir novelku juga yaa
-> EARTH OF MONSTER <-
2020-04-06
1