Cinta Pertama Kalila
Hola Readers,
Bertemu lagi di novel ke-5 ku.
BAGI KALIAN YG SUDAH MEMPERBAHARUI APLIKASI MANGATOON / NOVELTOON, KALIAN BISA MEMBERIKAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF LOH. CARANYA CUKUP TEKAN, PARAGRAF YG INGIN DIKOMENTARI.
YUK BANTU AKOH MENINGKATKAN POPULARITAS NOVEL INI, DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA 🤭
SAAT KALIAN BACA NOVEL INI, AKU SUDAH SELESAI MENULIS HINGGA EPISODE-35 (TERBIT 3 EPISODE/HARI LOH).
MOHON DUKUNGANNYA YA 🙏
HAPPY READING ❤️
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
Kalila Nasution Point of View
“Kalila ... jangan main jauh-jauh!”
Kalian mendengar suara teriakan itu? Itu suara nenekku. Namanya Nenek Laila Tanjung. Bukan Laila canggung seperti lagu Melayu itu, ya. Tapi, Laila Tanjung. Salah satu marga dari daerah Sumatera Utara, tanah kelahiran kami.
Kalian tau, hanya bermain di pekarangan rumah tetangga saja, nenekku sudah berteriak seperti itu. Karena aku, hanya boleh bermain sebatas di pekarangan rumah saja. Tentu saja aku menuruti keinginan nenek itu. Karena aku—Kalila Nasution, seorang gadis kecil yang penurut.
Bukan tanpa alasan aku selalu jadi gadis kecil penurut. Pernah suatu hari, aku bermain di taman yang terletak tidak jauh dari kediaman kami. Taman itu hanya berjarak 200 meter dan berada di sebuah komplek perumahan.
Ketika teman-teman mengajakku bermain di sana, aku pun memutuskan untuk ikut bermain ke taman itu. Di taman itu ada perosotan, ayunan dan jungkat-jungkit. Untuk anak-anak sepertiku, yang berusia delapan tahun, tentu saja semua permainan itu sangat menarik. Hari itu aku senang sekali. Aku bermain ayunan sambil tertawa riang bersama teman-temanku.
Namun, tanpa aku ketahui, ternyata nenek tengah sibuk mencari ku ke sana ke mari. Dan ketika aku kembali ke rumah, sabetan dari seikat sapu lidi pun mampir di betis ku. Perih!
“Ampuun Nek ... Ampuuun,” teriakku. Nenek pun menghentikan sabetannya, setelah tiga kali sapu lidi itu mendarat cantik di betis ku.
“Nenek kan sudah bilang, kalau bermain jangan jauh-jauh! Bagaimana nanti kalau diculik!” teriak Nek Laila.
Yang aku rasakan saat itu bukan hanya sakit di bagian betis ku, tapi juga malu dengan teman-temanku yang hanya jadi penonton di sana.
Itulah untuk pertama dan terakhir kalinya aku di pukul oleh nenek, maupun keluargaku yang lain.
Sejak saat itu, aku benar-benar hanya bermain di teras rumahnya saja. Setiap hari teman-teman selalu datang mengunjungi dan bermain bersama di rumahku.
Seperti siang ini, sepulang sekolah teman-temanku langsung menghampiri. Ada Rani, Tri dan Ajeng. Rumah mereka persis di seberang rumah ini.
Inilah ritual yang selalu kami jalani sekarang setelah sepulang sekolah. Makan siang bersama yang dilanjutkan dengan bermain hingga sore hari.
***
Jika siang hingga sore hari seperti sekarang, di rumah ini hanya ada tiga orang— aku, nenek dan kakek.
Sebenarnya aku mempunyai dua orang kakak laki-laki, yang biasa aku panggil dengan sebutan abang.
Yang pertama bernama Bang Khalid. Seperti kebanyakan anak sulung lainnya, Bang Khalid begitu keras kepala dan suka mengatur. Tapi, Bang Khalid itu pria penyayang. Umur kami terpaut lima tahun.
Sedangkan yang kedua bernama Bang Kairav. Antek-anteknya Bang Khalid. Usiaku dengan bang Kairav hanya terpaut tiga tahun. Sssttt ... Dia sedikit gila!
Mereka berdua selalu pulang sore hari. Karena saat ini mereka sibuk belajar untuk menghadapi ujian akhir. Jika Bang Khalid akan lulus dari bangku SMP tahun depan, Bang Kairav akan segera lulus dari sekolah dasar di tahun ini. Sedangkan ibuku juga sibuk bekerja hingga sore hari.
Ibuku seorang wanita karir. Kami biasa memanggilnya dengan sebutan mamak.
Dulu mamakku seorang teller biasa di salah satu bank swasta di kota kelahiran ku— Kota Medan. Namun, sekarang mamakku sudah menjadi head teller di sana. Berkat mamakku lah kami dapat hidup layak, walau tanpa seorang ayah.
Ayahku?
Kalian pasti berpikir jika dia telah tiada, sehingga mamak harus banting tulang menghidupi kami semua.
Tidak! Perkiraan kalian salah. Ayahku masih hidup. Namun dia meninggalkan kami semua.
Apa alasannya?
Aku sendiri tidak tau. Seluruh keluargaku tidak ada yang memberitahukan mengapa ayah meninggalkan ku. Meninggalkan kami.
Sampai saat ini, yang aku tau, kami hidup berkecukupan berkat kerja keras mamak. Dari hasil tetesan keringat mamak. Karena itu, kami semua— aku, Bang Khalid dan Bang Kairav, tidak ada yang berani membantah mamak.
Aku sangat mencintainya, tentu saja. Dia adalah alasan aku belajar dengan giat. Bukan hanya aku, Bang Khalid dan Bang Kairav juga sama. Kami berlomba-lomba menjadi juara di setiap semester. Hanya satu tujuan kami, melihat raut bangga di wajah mamak.
Tentu saja, kami bertiga selalu mendapatkan juara. Bahkan Bang Khalid, selalu mendapatkan beasiswa sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bukan hanya mamak, kami semua bangga padanya.
Mamak kami memang seorang wanita karir. Walaupun begitu, dia tidak lupa untuk mengurusi kebutuhan kami bertiga. Mamak selalu memasak makanan untuk sarapan, dan menyiapkan bekal untuk kami bawa ke sekolah.
Ya ... kami bertiga selalu membawa bekal ke sekolah. Termasuk Bang Khalid yang sudah duduk di bangku SMP. Hingga kami hampir tidak pernah berbelanja di kantin sekolah. Uang saku yang diberikan oleh mamak setiap hari, akhirnya kami tabung.
Mamak ku hebat, bukan begitu?!
***
Setiap pulang bekerja, mamak selalu membawa banyak jinjingan. Bukan kudapan untuk kami santap saat itu juga. Tapi mamak selalu membawa bahan makanan untuk menu masakan esok hari.
Seperti hari ini, mamak tiba di rumah saat azan isya berkumandang. “Assalamu'alaikum,” ucap Mamak saat baru berada di teras rumah.
Bang Khalid dengan sigap berjalan cepat dan mengambil beberapa kantong plastik yang dijinjing oleh mamak. Aku pun turut berlari menghampiri mamak, menyusul Bang Khalid.
“Masak apa besok, Mak?” tanyaku penasaran.
“Sibuk kali muncung mu itu. Tinggal makan saja kau besok,” balas Bang Khalid. Bang Khalid memang begitu, ada saja celotehannya yang membuatku kesal. Tapi aku tau, jika dia sangat menyayangi aku. Bukan hanya dia, seluruh isi rumah sangat menyayangi dan memanjakan aku.
“Tau nih si kuntet! Bantuin tidak pernah, taunya makan saja! Jangan banyak tanya kau!” lanjut Bang Kairav.
Dan, entah mengapa, walaupun aku tau kalau mereka hanya bercanda, wajahku selalu cemberut mendengar celetukan-celetukan kedua abangku itu.
“Neneeeeek ...,” rengek ku. Merengek kepada nenek adalah jalan ninja ku. Karena nenek memang selalu membela aku. Malaikat penolongku.
“Kalian berdua ini selalu saja menggoda Lila,” ujar Nek Laila.
Jika nenek sudah turun tangan, Bang Khalid dan Bang Kairav tidak berani meneruskan untuk menggodaku. Mereka hanya terkikik-kikik seperti biasa.
Aku selalu merasa bahagia walaupun menjalani hari-hari tanpa seorang ayah. Bang Khalid terkadang mengganti perannya menjadi seorang ayah. Dia yang selalu melindungi ku, menjaga ku.
Dialah cinta pertama ku.
Khalid Nasution.
Aku menyayanginya. Aku juga menghormatinya. Namun kami harus tinggal terpisah.
Ketika aku berusia sepuluh tahun, mamak membeli sebuah rumah yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal kami. Dengan menaiki angkutan umum, butuh waktu 45 menit untuk tiba di rumah itu.
Bang Khalid dan Bang Kairav ikut pindah dengan mamak ke sana. Sementara aku, harus tetap tinggal dengan nenek dan kakek, karena harus melanjutkan pendidikan ku satu tahun lagi di sekolah yang lama.
Selama satu tahun kami tinggal terpisah. Tapi setiap hari sabtu, sepulang sekolah, nenek dan kakek mengantarkan aku ke rumah mamak. Dan pada hari Minggu, aku kembali ke rumah nenek dan kakek. Biasanya, Bang Khalid ikut serta bersamaku ke rumah nenek. Bahkan Bang Khalid selalu mengunjungi ku setiap hari, selepas dia pulang sekolah.
Dan setelah aku lulus sekolah dasar, aku pun ikut pindah menyusul Bang Khalid dan Bang Kairav. Begitu juga dengan kakek dan nenek yang ikut tinggal bersama kami. Sedangkan rumah yang selama ini kami tempati, langsung di sewakan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nantikan kelanjutan kisah Kalila ya 🤗
Hari ini terbit 3 Episode 💕
Jejak 👣 :
Muncung : Mulut (biasa orang Medan bilang mulut itu muncung 😅 )
Kuntet : Pendek
...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE 👍, tuliskan KOMENTAR✍️ kamu dan BERI HADIAH & VOTE yaaa .......
...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...
...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Ndhe Nii
akuu senang kalo sudah ada logat Medan ...kasar...tp bikin ngakak 😀👍
2022-10-09
1
👑ᰚcᷤhᷢaⷶ👑
hola makkkk.... aq mampir 😊😊😊
2022-05-19
4
👑ᰚcᷤhᷢaⷶ👑
hahahaah gila
2022-05-19
2